Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4 Institut Teknologi Padang (ITP, Padang, 27 Juli 2017 ISBN: 978-602-70570-5-0 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017 Optimalisasi Tekanan Cetak Komposit Clay Brick menuju kualitas Standar Nasional Indonesia Ade Indra 1, *, Edison 1, Hendri Nofrianto 2 1 Teknik Mesin, Institut Teknologi Padang Jalan Gajah Mada Kandis Nanggalo, Padang, Indonesia 2 Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang Jalan Gajah Mada Kandis Nanggalo, Padang, Indonesia *Correspondence should be addressed to adeindra@itp.ac.id Abstrak Clay Brick atau yang dikenal dengan sebutan bata merah adalah salah satu bahan bangunan yang berfungsi sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada di atasnya seperti rumah sederhana dan pondasi, jika bata merah yang digunakan kekuatannya tidak memenuhi standar baik pada SNI maupun standar lainnya, maka akan sangat berbahaya bagi keselamatan manusia yang tinggal di bangunan tersebut. Dari hasil penelitian kami sebelumnya banyak ditemukan bata merah yang tidak berkualitas karena belum tepat dalam proses pembuatannya. Bata Merah adalah merupakan golongan material keramik yang harus bersifat keras dan tidak boleh hancur bila terkena air. Proses pembuatan bata merah harus mendapatkan perhatian yang serius terutama dalam proses pencetakan. Tujuan jangka panjang yaitu tersedianya bahan bangunan khususnya bata merah yang berkualitas dari segi fisik dan mekaniknya dengan harga yang murah, sehingga terciptanya pengadaan perumahan yang berpihak kepada masyarakat golongan bawah. Target khusus yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan produk bata merah yang memenuhi standar SNI dan merupakan salah satu bahan bangunan yang ramah terhadap gempa. Metode untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menciptakan komposit lempung/silika RHA yang diaplikasikan langsung pada produk bata merah home industry. Pengujian lanjut ini lebih menfokuskan untuk mendapatkan tekanan pencetakan yang optimal, maka dalam penelitian ini dibuat beberapa fariasi tekanan pencetakan (0.5; 0.7; 0.9; 1.1; 1.3; 1.5 MPa. Proses pembuatan komposisi dan temperatur pembekaran disesuaikan dengan hasil penelitian kami sebelumnya. Hasil yang diperoleh sebagai berikut, ditinjau dari segi sifat mekanik yaitu Compressive Strength meningkat seiring panambahan tekanan pencetakan dari 47,07 kg/cm 2 menjadi 64,24 kg/cm 2, terjadi peningkatan 36% (bata menjadi lebih kuat. Ditinjau dari segi sifat fisis yaitu Densitas meningkat dari 2,29 gr/cm 3 menjadi 2,33 gr/cm 3, terjadi peningkatan (porositas menjadi lebih kecil, relative density meningkat dari 88,68% menjadi 90,49%. Untuk Suction rate turun dari 21,98 gr/dm 2 /mnt menjadi 13,30 gr/dm 2 /mnt hal ini menunjukkan penyerapan air menjadi lebih kecil. Hasil yang diperoleh telah memenuhi persyaratan pada SNI. Kata kunci: Compressive Strength, suction rate, tekanan cetak, komposit, lempung, silika RHA, bata merah 1. Pendahuluan Clay Brick atau Bata merah merupakan bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik yang dibangun masyarakat untuk memproduksi bata merah. Penggunaan bata merah banyak digunakan untuk aplikasi teknik seperti dinding pada bangunan perumahan, bangunan gedung, pagar, saluran dan pondasi. Bata merah umumnya dalam konstruksi bangunan memiliki fungsi sebagai bahan non-struktural dan juga bisa sebagai struktural. Sebagai fungsi struktural, bata dipakai sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada diatasnya seperti pada konstruksi rumah sederhana dan pondasi. Dalam pembangunan perumahan khususnya bagi kalangan masyarakat kecil, bahwa bata merah masih merupakan pilihan utama. Saat ini memang sudah ada dijual dipasaran bata ringan yang sering disebut bata Autoclaved Aerated Concrete (AAC, namun penggunaanya masih terbatas pada kalangan masyarakat menegah keatas, pihak swasta, dan pemerintahan yang mempunyai dana lebih dalam pembangunan perumahan maupun gedung. Bagi masyarakat kecil itu bukan pilihan mereka, karena harga bata AAC tersebut jauh lebih mahal dibanding dengan pilihan menggunakan bata merah, sebagai 2017 ITP Press. All rights reserved. DOI 10.21063/PIMIMD4.2017.27-26
28 perbandingan bahwa bata AAC dijual per m 3 diatas Rp 750.000, untuk material dinding dengan ukuran 20x60 cm dan tebal 10 cm, berarti 1 m 3 terdiri dari 83 bata ringan, berarti harga satu buah bata ringan lebih kurang Rp 7.850, sedangkan untuk pemasangan dinding 1 m 2 membutuhkan 8,5 bata AAC atau senilai Rp 66.725 [1]. Sedangkan jika dibandingkan dengan penggunaan bata merah dengan harga Rp 500,- per bata, maka untuk pemasangan dinding 1 m 2 membutuhkan 60 batu bata atau senilai Rp 30.000,-. Dari perbandingan tersebut di atas, bahwa dengan pemasangan dinding mengunakan bata merah harganya jauh lebih murah, bata merah masih menjadi pilihan bagi masyarakat kecil dalam pembangunan perumahannya. Sumatera Barat terletak dibagian pantai barat pulau Sumatera yang beberapa tahun terakhir ini sering dilanda bencana gempa bumi dengan skala yang cukup tinggi. Gempa yang terjadi pada tahun 2005, 2007 dan terakhir 30 September 2009 dengan skala 7,9 SR yang membuat sebagian besar rumah penduduk, perkantoran dan bangunan lainnya rusak berat. Salah satu kerusakan yang banyak terjadi pada bangunan adalah pada bagian dinding yang terbuat dari bata merah. Pada konstruksi bangunan, bata merah dipakai sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada diatasnya, seperti pada konstruksi rumah sederhana dan pondasi, jika bata merah yang digunakan kekuatanya tidak memenuhi standar baik pada SNI maupun standar lainnya, maka akan sangat berbahaya bagi keselamatan manusia yang tinggal dibangunan tersebut [2]. Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama, bagaimana membuat dan memproses bata merah yang berkualitas sesuai dengan SNI [3]. Dari hasil pengamatan kami pada home industri bata marah daerah Payakumbuh Sumatera Barat, ada tiga kelemahan dalam pembuatannya yaitu: 1 Komposisi bahan yang dipakai kurang memadai untuk batu merah yang berkualitas. 2 Proses pencetakan. 3 Temperatur pembakaran dengan bahan bakar sekam padi sangat rendah (600 o C yang semestinya harus mencapai 1000 o C. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan solusi pada masalah tersebut di atas, agar bata merah yang dihasilkan memenuhi kualitas standard dan tergolong bahan bangunan yang ramah gempa [4]. Pada makalah ini difokuskan pada poin nomor 2 yaitu meneliti mengenai tekanan saat pencetakan, sehingga diperoleh tekanan cetak Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang yang optimum untuk menghasilkan kualitas bata yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI. 2. Metodologi Bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah bahan bangunan yang berbentuk prisma segi empat panjang, pejal atau berlubang dengan volume lubang maksimal 15% dan digunakan untuk kondtruksi dinding bangunan, yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa dicampur bahan aditif dan dibakar pada suhu tertentu [5]. Secara singkat mengenai metode atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian sebagai berikut: Proses pengambilan Sampel Lempung terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis yang berbentuk lempengan pipih dan merupakan partikel mika, mineral lempung, dan mineral-mineral lain yang sangat halus dengan ukuran 0,002 mm. Penggunaan lempung untuk pembuatan batu bata, harus diperhatikan beberapa hal yaitu [6]: (a memenuhi sifat plastis dan kohesif, sehingga dapat mudah dibentuk. Lempung yang memiliki nilai plastis yang tinggi dapat menyebabkan batu bata retak atau pecah saat dibakar, (b lempung harus mempunyai kemampuan kering tinggi dan susut kering rendah (maksimum 10%, (c tidak boleh mengandung butiran kapur dan kerikil lebih besar dari 5 mm, (d lempung berpasir akan menghasilkan produk batu bata yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan lempung murni [7-8]. Pengambilan material untuk pembuatan sampel uji bata merah dilakukan langsung di tempat pembuatan bata merah home industry kelurahan Koto Panjang, Lamposi Tigo Nagori, Payakumbuh. Material terdiri dari tanah lempung yang telah dicampur dengan pasir putih dengan komposisi 2;1 yang telah dicampur dan diaduk terlebih dahulu (sebagai matrix, sedangkan untuk material tambahan digunakan silika RHA yang merupakan limbah hasil pembakaran batu bata itu sendiri dengan bahan bakar sekam padi. Pembuatan sampel uji Pada proses ini diawali dengan pencampuran material komposit pada komposisi yang telah ditentukan. fariasi komposisi komposit dibuat dengan pencampuran antara matrix dengan bahan tambah berdasarkan perbandingan persen
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 29 volume [2]. Air dipakai untuk proses reaksi pengikatan material dalam pembuatan batu bata. Supaya batu bata mudah dicetak, perlu penambahan air pada kadar tertentu. Dalam pembuatan batu bata lempung, penambahan kadar air ditandai dengan tidak adanya penempelan lempung pada telapak tangan. Proses selanjutnya melakukaan pencetakan bata merah dengan ukuran sampl uji 5x5x5 cm dengan memfariasikan tekanan cetak: 0.5; 0.7; 0.9; 1.1; 1.3; 1.5 MPa. Selanjutnya dilakukan proses pegeringan tanpa terkena sinar matahari langsung. Proses sintering atau pembakaran sampel dilakukan dengan metode yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya dengan bahan bakar sekam padi [3]. Temperatur pembakaran secara signifikan mempengaruhi sifat sifat yang dihasilkan, dan temperatur pembakaran adalah salah satu kunci untuk memodulasi sifat-sifat pada batu bata tanah liat [7]. Proses pembuatan sampel uji mulai dari pencetakan sampai pada benda uji dapat dilihat pada gambar 1. dalam fluida (gr dan fluida (gr/cm 3 sampel air timbangan Gambar 2. Skema uji densitas f adalah densitas sampel Uji Suction Rate Salah satu sifat bata yang mempengaruhi pekerjaan konstruksi adalah daya serap air. Daya serap air harus dikontrol, untuk mencegah kehilangan air dari mortar. Daya serap air maksimum yang disyaratkan untuk batu bata adalah 20 gr/dm²/menit, apabila nilai suction rate bata lebih besar dari yang disyaratkan, maka batu bata tersebut perlu direndam dalam air sebelum dipasang [4]. Dihitung dengan persamaan 2: a b c W Wk SR A b 1 menit (2 Proses pengujian ditunjukkan pada skema pengujian seperti pada Gambar 3. ditimbang kering Penyerapan air pada permukaan bawahbawah ditimbang basah d e Gambar 1. Proses pembuatan sampel uji, a Pencetakan, b Pengeringan, c Pembakaran, d Pembentukan, e Sampel uji Uji Densitas Densitas teoritis untuk fasa tunggal dapat ditentukan atau dipedomani dari sumber literatur yang ada, sedangkan densitas aktual fasa tunggal maupun komposit diuji dengan menggunakan teori Archimedes [6]. Wu (1 W W f u f Dimana adalah densitas (gr/cm 3, W u adalah berat di udara (gr, W f adalah berat Gambar 3. Skema Pengujian Suction Rate Uji Penyerapan Air (Water Absorption Sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan oleh SNI 15-2094-2000, bahwa penyerapan air maksimum bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah 20%. Uji penyerapan air dilakukan dengan prosedur yang ditetapkan SNI 15-2094-2000, dan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [5] PA A B x100% B (3
30 Uji Kuat Tekan (Compressive Strength Sebelum melakukan pengujian, sampel uji kuat tekan diratakan permukaannya dengan menggunakan amplas, agar plat tekan mesin uji menempel dengan rata pada seluruh permukaan benda uji, kemudian sampel diukur kembali dimensi panjang dan lebar sehingga dapat dihitung luas penampang yang tertekan oleh mesin uji. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan mesin uji Universal Testing Machine dengan program travezium2. Nilai kuat tekan ditentukan dari rata-rata hasil pengujian dengan persamaan 4: Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang udaradengan temperatur yang dihasilkan Gambar 6. Hubungan antara lama pembakaran F c A (4 dengan temperatur pembakaran Poses pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Proses pengujian kuat tekan dengan menggunakan universal Testing machine 3. Hasil dan Pembahasan Dari hasil penelitian yang mencakup proses pencetakan, pengeringan, pembakaran, pembuatan sampel uji dan pengujian dapat diuraikan sebagai berikut. Proses Pembakaran Pembakaran sampel uji mengacu pada rekomendasi penelitian sebelumnya, yaitu dengan menggunakan temperatur pembakaran pada kisaran 930 o C, dengan kecepatan tiupan udara pembakaran 0,25 m/s dengan menggunakan dapur pembakaran yang telah dibuat sebelumnya. Berikut data hasil pengujian: Dengan penambahan udara pada proses pembakaran, temperatur meningkat dengan sangat signifikan jika dibandingkan pada pembakaran tanpa diberi tiupan udara. Kenaikan temperatur diduga karena terjadinya pembakaran yang lebih sempurna yaitu terjadi keseimbangan antara bahan bakar dengan udara. Hal ini terjadi pada tiupan udara 0,25 m/s; 0,5 m/s dan 0,75 m/s (temperatur yang dihasilkan memenuhi syarat sintering untuk bahan lempung. Dari penelitian sebelumnya direkomendasikan pada tiupan udara 0,25 m/s, karena menghasilkan bentuk dan warna bata yang baik [3]. Densitas dan relative density Pengujian densitas menggunakan prinsip teori archimedes, hasil dapat dilihat pada table 2, gambar 7 dan 8 dibawah ini, dan nilai densitas dihitung dengan menggunakan persamaan 1. Tekanan cetak (MPa Tabel 2. Data uji densitas Densitas (gr/cm 3 Relative Density (% 0.5 2.29 88.68 0.7 2.30 88.98 0.9 2.30 89.11 1.1 2.30 89.22 1.3 2.31 89.63 1.5 2.33 90.49 Gambar 7. Hub densitas dengan tekanan cetak Tabel 1. Temperatur pembakaran Kec.Tiupan Udara (m/s Temp.maksimum ( 0 C 0 498,3 0,25 934,7 0,50 964,3 0,75 1.035 1,00 824,0 Gambar 5. Hubungan antara kecepatan tiupan
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 31 Gambar 8. Hub relative density dengan tekanan cetak Hasil pengujian densitas dan perhitungan relative density yang dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8, dimana uniaxial pressing dalam pencetakan batu bata nampak dengan jelas memberikan pengaruh terhadap kulitas. Tekanan pencetakan difariasikan mulai dari 0,5 MPa sampai dengan 1,5 MPa, metode dan temperatur pembakaran mengacu kepada hasil penelitian tahun lalu (2013. Ikatan partikelpartikel batu bata mengalami perubahan bentuk yang saling mengisi pori-pori, sehingga kekuatan batu bata menjadi meningkat. Batu bata hasil pembakaran yang sempurna akan berwarna merah tua serta mengeluarkan suara nyaring apabila dipukul. Dari hasil pengujian densitas pada variasi penekanan pencetakan 0,5 MPa di dapat nilai yg minimum yaitu 2.29 gr/cm 3 dan terus mengalami kenaikan pada variasi penekanan berikutnya samapai pada variasi penekanan 1,5 MPa, dengan nilai 2.33 gr/cm 3. Grafik juga menujukan tren kenaikan nilai, sehingga dapat disimpulkan penambahan variasi penekanan pencetakan berdampak pada hasil densitas yang terus mendekati nilai densitas teoritis dari bahan komposit bata merah yang dibuat. Untuk grafik relative density, perbandingan antara densitas teoritis dan densitas actual terus mengalami peningkatan persentase dari variasi penekanan pencetakan 0,5 MPa sampai dengan 1,5 MPa, yang artinya hasil dari nilai densitas actual mendapatkan hasil yang baik yaitu di atas 80 % dan terus mengalami peningkatan pada tiap-tiap variasi penekanan pencetakan. Pada tekanan pencetakan 1,5 MPa persentasenya yaitu 90.49 %. Suction rate dan penyerapan air Sampel yang telah di sintering (dibakar dilakukan pengujian suction rate. Proses tersebut dengan melakukan penimbangan sampel pada keadaan kering, kemudian dilakukan perendaman permukaan sampel sedalam 1 cm kedalam permukaan air, dengan fariasi lama perendaman 3 dan 4 menit. Kemudian sampel diangkat dan dilakukan penimbangan basah setelah terjadi penyerapan air. Selanjutnya data yang didapat dihitung menggunakan persamaan section rate pada persamaan 2. Teknik pengujian dapat dilihat Gambar 2. Salah satu sifat bata yang berpengaruh terhadap kekuatan pekerjaan bangunan adalah daya serap air (suction rate. Daya serap air harus dikontrol untuk mencegah kehilangan air dari adukan yang sedang di gunakan dalam pemasangan. (a (c (b (d Gambar 9 pengujian Suction Rate, (a dan (b perendaman sampel dalam air, (c penimbangan sampel kering, (d penimbangan sampel basah Data yang didapatkan sangat penting untuk mengetahui apakah sampel yang telah di uji mempunyai suction rate atau daya serap air yang sesuai dengan SNI. Kualitas batu bata salah satu ditentukan oleh besar kecilnya suction rate. Tabel 3. hasil pengujian suction rate Tekanan cetak Rerata Suction Rate (g/dm 2 /min (MPa 3 min 4 min 0.5 21.98 13.23 0.7 15.01 16.98 0.9 13.30 7.73 1.1 10.56 8.85 1.3 12.34 14.06 1.5 11.26 11.63 Gambar 10. hubungan suction rate dengan Tekanan cetak
32 Tabel 4. Hasil pengujian penyerapan air Pressure in mold Average (Mpa Water Absorption (% 0.5 23.59 0.7 23.90 0.9 23.90 1.1 23.51 1.3 23.60 1.5 23.17 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Gambar 12 menunjukkan F adalah gaya dari UTM (Universal testing machine yang menekan sampel uji. Nilai dari F akan diketahui dari mesin uji tekan. Kerataan sampel sangat diperhatikan pada saat melakukan pengujian untuk mendapatkan nilai uji tekan yang akurat. Sampel uji berbentuk kubus dengan ukuran 5cm x 5cm x 5cm. setelah gaya menekan sampel uji, maka nilai uji tekan akan dapat diketahui dari UTM (Universal testing machine dan juga nilai kuat tekan dapat dihitung dengan cara membagi gaya tekan dengan luas penampang dari sampel uji. Gambar 11. hubungan penyerapan air vs Tekanan cetak Penyerapan air seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4 gambar 11, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penyerapan air dengan variasi tekanan pencetakan, ini diduga masih adanya retak-retak halus pada benda uji yang kemungkinan disebabkan oleh kualitas dari material komposit Kuat Tekan (compressive strength Kuat tekan adalah salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kemampuan suatu material untuk menerima beban hingga material itu retak dan pecah. Uji kuat tekan dilakukan menggunakan mesin UTM (Universal Testing Machine. Luas penampang dari sampel yang diuji adalah bidang yang bersentuhan langsung dengan beban. Bidang yang diberi beban harus mempunyai penampang yang datar, agar beban yang diberikan menekan seluruh bidang dari sampel uji. Juga bidang yang menerima beban adalah bidang yang menerima uniaxial pressing pada saat pencetakan. F Gambar 12. skema uji kuat tekan pada sampel uji Gambar 13. Proses Uji Kuat Tekan dengan UTM Tabel 5. Hasil pengujian kuat tekan No Tekanan Cetak (Mpa Kuat Tekan (kg/cm2 1 0.5 47.07 2 0.7 46.20 3 0.9 64.24 4 1.1 63.02 5 1.3 61.43 6 1.5 59.48 Gambar 14. hubungan kuat tekan dengan tekanan cetak Dari data hasil pengujian pada tabel 5 dan Gambar 14 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pengujian kuat tekan (compressive strength meningkat seiring dengan penambahan tekanan disaat pencetakan. Dilihat dari garfik, bahwa dengan fariasi tekanan cetak 0,5 dan 0,7 nilai kuat tekan masih dibawah standar minimal SNI 15-2094- 2000 yang ditunjukkan dengan garis horizontal warna merah, untuk tekanan cetak 0,9 sampai dengan 1,5 sudah menunjukkan kuat tekan yang baik dan sudah diatas standar minimal
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 33 yang disyaratkan oleh SNI 15-2094-2000 seperti yang diperlihatkan pada table 6. Dari hasil pengujian dapat dirumuskan bahwa tekanan cetak 0,9 atau 1,0 MPa sudah menghasilkan nilai kuat tekan yang baik yaitu lebih kurang 64,24 kg/cm 2, dan sepertinya sudah menunjukkan tekanan cetak yang optimal. Lebih lanjut untuk menaikkan kualitas dari segi nilai kuat tekan, perlu studi lanjutan yang mengkaji mengenai kualitas material tanah liat yang digunakan dan proses pembakarannya yang memenuhi standar temperatur untuk bahan dasar tanah liat. Tabel 6. Kuat tekan dan koefisien variasi bata merah pejal untuk pasangan dinding Pada pengujian ini, hubungan kuat tekan dengan suction rate saling mendukung, dimana nilai kuat tekan yang semakin tinggi akan memperlihatkan penurunan nilai pada daya serap airnya. Nilai kuat tekan dan suction rate akan berbanding terbalik, tetapi hubungan nilai kuat tekan dengan densitas akan menunjukkan tren yang sama. 4. Simpulan Dari hasil pengujian densitas, bahwa semakin tinggi tekanan pencetakan maka nilai densitas juga semakin tinggi, dimana nilai maksimum pada tekanan pencetakan 1,5 MPa dengan densitas 2.33 gr/cm 3 dan relative density 90.49 % Pengujian suction rate, bahwa nilai yang di syaratkan SNI yaitu 20 gr/dm 2 /menit telah terpenuhi untuk semua variasi tekanan pencetakan. Untuk itu sebelum pemasangan bata sebagai dinding atau bahan konstruksi lainya harus direndam selama lebih kurang tiga menit. Hasil uji kuat tekan tertinggi adalah 64,24 Kg/cm 2 pada variasi tekanan pencetakan antara 0,9 dan 1 MPa. sedangkan kenaikan nilai kuat tekan dengan penambahan variasi tekanan pencetakan sampai 0,9 MPa adalah lebih kurang 36%. Nilai kuat tekan ini telah memenuhi standar SNI 15-2094-2000. Ucapan Terimakasih Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Ristek dan Dikti, yang telah membiayai penelitian ini dalam skim Penelitian Produk Terapan tahun anggaran 2016 dan 2017 Kopertis Wilayah X, yang telah membantu secara adminitrasi pada penelitian ini LP2M, Institut Teknologi Padang, yang telah membantu secara administrasi pada penelitian ini dengan kontrak No. 1218/27.O10.4.2/PN/2016 dan No. 534/27.O10.4.2/PN/2017 Laboratorium Teknik Mesin, Institut Teknologi Padang, yang telah membantu dalam fasilitas dan peralatan Seluruh anggota peneliti dan pihak-pihak terkait yang telah membantu jalannya penelitian ini Referensi [1] Hakiki MG, 2008, Bata Ringan/Beton Aerasi/Hebel/AAC, http://hakikigravila.wordpress [2] Indra A, Nurzal, Nofrianto H, Pengembangan pembuatan komposit lempung/silika RHA ditinjau dari sifat fisis dan mekanis untuk aplikasi bata merah, prosiding seminar nasional, Resatek-II-2012, ISSN 2087-2526 [3] Indra A, Pengembangan metode pembuatan silika dari sekam padi serta kajian sifatnya dalam rangka pendayagunaan limbah untuk material keramik, prosiding seminar nasional teknologi 2011, PIMIMD [4] PEDC. Teknologi bahan, Bandung. 1983 [5] SNI 15-2094-2000. Bata merah pejal untuk pasangan dinding. ICS 91.100.20 [6] Barsoum M. Fundamental of ceramics, United States: The Mc Graw Hill Companies Inc, 1997 [7] Karaman S, Ersahin S, Gunal H. Firing temperature and firing time influence on mechanical end physical properties of clay bricks. Journal of scientific and industrial research. Vol. 65. Feb 2006, PP. 153-159 [8] Hartono JMV, 1990, Teknologi bahan Bangunan Bata dan Genteng, Balai Penelitian Keramik, UGM