BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bangsa (para peserta didik) oleh karena itu bagi para pengajar (guru) harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah lahir hingga wafat sampai diteruskan oleh para sahabatsahabatnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

Bab I. Pendahuluan. yang saling menghormati dan menghargai tidak akan terbentuk jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. ketidak tahuan, ketidak mampuan,ketidak berdayaan, ketidak benaran, ketidak

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2008, hal.14 2

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkannya untuk berfungsi secara berkesinambungan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan serta dipupuk secara efektif dengan menggunakan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Sementara Abdullah Aly

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan. hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran. Ada dua hal tentang belajar;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, terjadi interaksi edukatif antar guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan pemahaman dan ketrampilan atau sikap. 1 Adanya kesamaan pada mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tingkat dasar dan Madrasah Ibtida iyah membuat kedua sekolah tersebut menjadi sekolah yang seimbang tingkatannya. Namun ada pula perbedaanya yaitu hanya terletak di mata pelajaran agama. Apabila Sekolah Dasar (SD) mata pelajaran agama hanya ada satu macam yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI), sedangkan di Madrasah Ibtida iyah (MI) mata pelajaran agama masih dibagi lagi dalam berbagai mata pelajaran, yaitu : Aqidah Akhlaq, Fiqih, Al-Qur an Hadits, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab. 2 1 Oemar Hamalik, Proses Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), hal 48 2 Permenag Kurikulum 2013 PAI dan Bahasa Arab hal 31

2 Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran agama yang membahas tentang asal-usul, sejarah serta peranan kebudayaan Islam dan para tokoh yang pengaruh dalam sejarah Islam pada masa lampau. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki peran dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal secara dalam tentang Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Ibtida iyah (MI) selama ini berjalan monoton dan rata-rata terkesan membosankan. Sehingga Sejarah Kebudayaan Islam menjadi salah satu mata pelajaran yang terkesan kurang menarik dan membosankan sehingga peserta didik tidak begitu memahami materi yang diajarkan karena dari awal mereka sudah terlebih dahulu menganggap pembelajaran yang membosankan. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang di dorong untuk menggembangkan kemampuan berpikir dan hanya menerima atau mentransfer keilmuan. Siswa dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai pengetahuan apa-apa, kemudian dimasuki dengan informasi supaya ia tahu. Padahal belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi kedalam benak siswa, belajar memperlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Djohar menyatakan hal tersebut dengan istilah delivery sistem yaitu upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa, yang

3 akhirnya akan menjelma menjadi pendidikan dengan sistem suap. 3 Artinya pendidikan kita tidak jauh dari menyuapi anak didik dengan pengetahuan, sedangkan suapan yang diperoleh tersebut tidak akan menyamai jumlah volume ilmu yang berkembang. Berdasarkan pengalaman peneliti dan wawancara dengan guru kelas IV MI Roudlotul Banat Pereng-Sidoarjo diperoleh informasi bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menceritakan sejarah materi Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. pada mata pelajaran SKI. Fakta menunjukkan dari hasil pengamatan nilai uji kompetensi 1 siswa kelas IV semester genap tahun ajaran 2015/2016, bahwa dari 20 siswa hampir 50% siswa yang mendapat nilai lebih kurang dari KKM mata pelajaran SKI yakni 75. Disamping itu siswa dirasa kurang mampu untuk menceritakan sejarah setelah proses pembelajaran berlangsung. Keterampilan berbicara dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting dalam berbahasa karena berbicara merupakan suatu yang aplikatif dalam bahasa dan merupakan tujuan awal seseorang belajar suatu bahasa. Hal tersebut disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Seorang guru selalu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan membaca buku, mengerjakan pertanyaan di buku atau LKS, sesekali praktek dan penilaian. Kegiatan pembelajaran yang sangat sederhana tersebut tentu saja membuat siswa 3 Djohar, Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. (Yogyakarta; Grafika Indah, 2006 ) hal 166

4 jenuh dan bahkan tidak gemar belajar sehingga berpengaruh pada keterampilan menceritakan mereka. Pembelajaran SKI dianggap membosankan bagi siswa karena cakupan materinya yang berkaitan dengan sejarah dan penggunaan metode pembelajaran yang monoton yaitu pembelajaran yang didominasi oleh guru. Siswa lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan dengan indera penglihatannya sehingga apa yang telah mereka pelajari tersebut akan cenderung dilupakan. Disamping itu siswa kurang antusias untuk mempelajarinya. Aktivitas dalam proses pembelajaran kebanyakan didominasi oleh guru dan kurang melibatkan keaktivan siswa. Siswa hanya menjadi objek pembelajaran sehingga siswa kurang mandiri dan mengakibatkan siswa menjadi pasif. Proses pembelajaran SKI di kelas kebanyakan diarahkan pada kemampuan siswa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut mengembangkan kemampuan berfikirnya, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran ini karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dirasa kurang tepat. Adanya kelemahan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar SKI ini berdampak terhadap kualitas akademik/ hasil belajar siswa. Hal ini apabila dibiarkan terus berkelanjutan akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan secara maksimal. Berdasarkan persoalan di atas, penulis mencoba salah satu cara yang bisa digunakan sebagai rujukan untuk mengatasi hal tersebut sebagai upaya untuk

5 meningkatkan kemampuan menceritakan sejarah siswa terhadap pelajaran tersebut. Dalam suatu pembelajaran, keterampilan menceritakan sejarah sangat penting dan sangat dibutuhkan siswa dalam belajar, agar siswa tidak merasa jenuh dan mampu untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya dalam bercerita. Siswa tidak harus berfikir sendiri untuk menemukan pemahamannya, namun mereka bisa bekerja sama dengan teman-teman mereka serta adanya timbal balik antara guru dan peserta didik. Perubahan itu perlu, kalimat inilah yang seharusnya kita jadikan pedoman untuk mengubah pembelajaran yang kurang baik menjadi lebih baik, pembelajaran yang kurang semangat menjadi lebih asyik, sehingga terciptalah pembelajaran yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan model belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar belum bikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi yang diajarkan. 4 4 Jauhar, Mohammad S.Pd, Implementasi PAIKEM Dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Constektual Teacing & Learning ). (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011), Hal 52

6 Salah satu model pembelajaran yang banyak melibatkan keaktifan siswa, dan partisipasi siswa adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperative tipe Model Pembelajaran The Learning Cell. Model Pembelajaran The Learning Cell merupakan model pembelajaran yang menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan Model Pembelajaran The Learning Cell, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mendorong siswa untuk dapat berperan aktif dalam proses Pembelajaran Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model Pembelajaran The Learning Cell terhadap peningkatan hasil belajar siswa dengan judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menceritakan SKI Materi Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell Pada Siswa Kelas IV MI Roudlotul Banat Pereng-Sidoarjo. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell pada siswa kelas IV dengan materi Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. di MI Roudlotul Banat Pereng-Sidoarjo?

7 2. Bagaimana peningkatan Keterampilan Bercerita dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell materi Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. pada siswa kelas IV dengan di MI Roudlotul Banat Pereng-Sidoarjo? C. Tindakan yang dipilih Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran SKI yaitu dengan menggunakan Model Pembelajaran Tipe The Learning Cell. Dengan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Kooperatif Tipe The Learning Cell diharapkan Keterampilan Bercerita siswa dapat meningkat khususnya pada materi Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. kelas IV. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskrispikan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell pada siswa kelas IV dengan materi Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. di MI Roudlotul Banat Pereng-Sidoarjo. 2. Untuk mengetehui peningkatan Keterampilan Bercerita dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell materi Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. pada siswa kelas IV di MI Roudlotul Banat Pereng- Sidoarjo.

8 E. Lingkup Penelitian Agar lingkup penelitian mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka dari latar belakang masalah di atas dibuat lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Topik permasalahan yang akan dilakukan tindakan untuk diselesaikan mengacu pada KI 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia KD 4.2 Menceritakan kembali peristiwa penting di dalam Isra Mi raj Nabi Muhammad SAW. 2. Implementasi (pelaksanaan) penelitian ini menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell untuk meningkatkan keterampilan bercerita pada pelajaran SKI pada materi Isra Mi raj Nabi Muhammad SAW. 3. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV MI Roudlotul Banat Pereng-Sidoarjo semester genap tahun ajaran 2015-2016, menggunakan satu RPP sebanyak 2 kali pertemuan dengan tiap pertemuan dua jam pelajaran. F. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengharapkan adanya manfaat atau kegunaan, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi yang berkepentingan di bidang pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

9 1. Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bermakna bagi guru. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para guru, khususnya guru mata pelajaran SKI akan pentingnya menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa melalui inovasi dan kreasi pembelajaran. Terutama pada materi Isra Mi raj Nabi Muhammad SAW. yang sering dilalui dengan metode sederhana. Sehingga mengakibatkan siswa jenuh dan tidak memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran. 2. Peserta didik Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengalaman terhadap siswa tentang penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell dalam pembelajaran SKI. Selain itu, pembelajaran yang bermakna dalam materi Isra Mi raj Nabi Muhammad SAW. ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa dalam belajar SKI. 3. Sekolah Sebagai masukan dalam menemukan hambatan dan kelemahan dalam penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang sedang dihadapi di kelas, sehingga dapat menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas

10 dan keterampilan bercerita siswa yang optimal demi kemajuan lembaga pendidikan (sekolah). G. Signifikansi Penelitian Adapun sistematika pembahasan pada penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, meliputi: a. Latar Belakang, b. Rumusan Masalah, c. Tindakan yang Dipilih, d. Tujuan Penelitian, e. Lingkup Penelitian, f. Manfaat Penelitian, g. Definisi Operasional, dan h. Signifikansi Penelitian. Bab II : Kajian Teori, meliputi: a. Keterampilan Bercerita, b. Hakikat Pelajaran SKI, c. Model Pembelajaran Kooperatif Lerning Tipe The Learning Cell. Bab III : Metodologi Penelitian, meliputi: a. Metode Penelitian, b. Setting Penelitian, c. Variabel yang Diselidiki, d. Rencana Tindakan, e. Data dan Cara Pengumpulanya, f. Analisis Data, dan g. Tim Peneliti dan Tugasnya. Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi: a. Hasil Penelitian dan b. Data Hasil Penelitian dan Observasi. Bab V : Penutup,meliputi: a. Kesimpulan dan b. Saran.