BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. rendah pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau

KATA PENGANTAR. Tim Peneliti. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan usaha yang komprehensif untuk memartabatkan kehidupan

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pusat bagi kemajuan sebuah bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Indragiri Hulu. Kabupaten Kuantan Singingi terbentuk berdasarkan

BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan 5.2 Kesimpulan Peta Kompetensi Siswa 1) Kelompok IPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

I. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

Kurikulum 2013 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

MODEL LEADER CLASS SMA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP. Oleh : Duki Iskandar

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi professional para guru dan pengelola sekolah. pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada

SOSIALISASI UJIAN SEKOLAH DAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2016/2017 SMA NEGERI 78 JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN HASIL AGREGASI EVALUASI MUTU INTERNAL PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA TAHUN KEGIATAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KELULUSAN. Selasa, 4 Februari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. baru agar pendidikan di Indonesia bisa berkembang dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS PENGEMBANGAN MUTU SEKOLAH DI KABUPATEN DELI SERDANG. Oleh Mukti Hamjah Harahap, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, sebagaimana pula termuat dalam pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dengan jelas. Perubahan tersebut diantaranya perubahan dalam

ANALYSIS OF STUDENTS READINESS IN FACING NATIONAL EXAMINATION 2014 AFTER ADDITIONAL LEARNING GIVEN AT SMAN DARUSSHOLAH SINGOJURUH BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia telah ditetapkan melalui Masterplan Pendidikan Riau 2020, di mana sektor pendidikan telah dirumuskan 6 persoalan dasar pendidikan (Pemda Riau, 2004), yaitu: 1) Terdapatnya penduduk usia 7-12, 13-15, dan 16-18 tahun yang belum tertampung di bangku sekolah serta masih terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan; 2) Rendahnya mutu pendidikan, kualitas lulusan yang belum sesuai dengan kebutuhan pasar dan lemahnya manajemen pengelolaan sekolah; 3) Belum relevannya pengembangan program studi pendidikan tinggi dengan potensi, investasi, dan pasar; 4) Masih adanya anak usia sekolah buta huruf, putus sekolah, dan drop out; 5) Rendahnya minat baca masyarakat dan terbatasnya jangkauan pelayanan perpustakaan sampai kecamatan/desa serta terbatasnya pengembangan sarana dan prasarana perpustakaan; dan 6) Terbatasnya pengalaman, pemahaman nilai budaya daerah. Sehubungan dengan persoalan di atas, dirumuskan 13 sasaran utama pembangunan pendidikan di Riau. Sasaran tersebut secara rinci dijabarkan sebagai berikut, yaitu: 1) Meningkatkan pemerataan pendidikan di semua jenjang; 2) Meningkatkan fasilitas prasarana dan sarana pendidikan sekolah dan luar sekolah; 3) Mengembangkan sekolah berwawasan keunggulan di semua jenjang pendidikan; 4) Meningkatkan kualitas di semua jenjang pendidikan dan 1

kesejahteraan tenaga penidikan; 5) Meningkatkan manajemen pendidikan; 6) Mengembangkan kebudayaan Melayu di sekolah; 7) Mengembangkan pendidikan tinggi yang berwawasan sains dan teknologi; 8) Meningkatkan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); 9) Pengembangan semua jenis perpustakaan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat Propinsi Riau; 10) Melakukan dan meningkatkan kerjasama di semua jenjang pendidikan di dalam dan di luar negeri; 11) Meningkatkan peranserta masyarakat dalam dunia usaha di bidang pendidikan; 12) Melestarikan peninggalan sejarah dan budaya; dan 13) Meningkatkan pengamalan beragama di semua jenjang pendidikan (Dinas Pendidikan Provinsi Riau, 2001). Masyarakat senantiasa berkembang dari masa ke masa, hal ini memaksa setiap bangsa untuk bekerja keras mengejar ketinggalannya dalam segala bidang seiring dengan semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumberdaya manusia yang berkualitas, dalam pengertian mempunyai sifat inovatif-kreatif serta menguasai iptek dan informasi secara memadai adalah kunci untuk menjawab berbagai tantangan baru yang lebih berat sehubungan dengan hadirnya era globalisasi dan informasi. Pada era globalisasi dan informasi menuntut perubahan yang cepat dan mendasar di berbagai aspek kehidupan, baik aspek politik, sosial, ekonomi dan budaya. Perubahan tersebut mengarah pada pengembangan nilai-nilai demokrasi, otonomi dan transformasi yang berlaku di semua bidang, termasuk bidang pendidikan. Bidang pendidikan yang dijadikan sebagai sarana yang efektif adalah pendidikan sekolah. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2

telah mengatur sistem pendidikan nasional dan implementasinya yang menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional harus terus dikaji ulang dalam sistem kehidupan di masyarakat. Memasuki era millenium ketiga, justru kita sedang berada dalam kondisi terpuruk, akibatnya kurang mapannya sistem pendidikan selama ini. Berbagai kelemahan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sistem yang dimiliki harus senantiasa memperbaiki sistem yang dimiliki dengan memacu pada tujuan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society). Sistem pendidikan harus mengalami penyesuaian mengikuti "trend" ke arah pembentukan masyarakat yang lebih mandiri, merdeka dan sedikit ketergantungan terhadap birokrasi. Peranan birokrasi yang selama ini begitu dominan diwarnai sistem pendidikan nasional tentu secara perlahan-lahan harus diubah, salah satunya dengan menghilangkan sistem sentralisasi pendidikan secara bertahap. Dengan demikian maka diperlukan paradigma baru pendidikan. Sistem pendidikan nasional yang berlaku saat ini memiliki banyak kekurangan baik dari segi muatan, pengelolaan, maupun arah kebijakan. Untuk itu diperlukan reformasi yang cukup mendasar terhadap pendidikan yang lebih baik. Pemerintah harus melakukan reformasi di bidang pendidikan. Tanpa pembaharuan sistem secara mendasar, tidak mungkin perubahan akan terjadi. Kini tidak lagi waktunya membebankan pendidikan hanya pada sekolah. Sudah saatnya institusi masyarakat menjadi institusi pendidikan, sehingga institusi pendidikan tidak berarti hanya sekolah saja tetapi juga keluarga dan masyarakat. 3

Ada 10 paradigma baru pendidikan yang ditawarkan oleh Ace Suryadi (2002), yaitu: 1) pendidikan adalah proses pembebasan; 2) pendidikan adalah sebagai proses pencerdasan; 3) pendidikan menjunjung tinggi hak anak; 4) pendidikan menghasilkan tindak perdamaian; 5) pendidikan adalah proses pemberdayaan potensi manusia; 6) pendidikan menjadikan anak berwawasan integrif; 7) pendidikan menjadi wahana membangun watak persatuan; 8) pendidikan menghasilkan manusia demokratik; 9) sekolah menghasilkan manusia yang peduli lingkungan; dan 10) sekolah instrument pendidikan. Dari pendapat di atas maka paradigma baru untuk bidang pendidikan adalah pendidikan yang mengacu pada tuntutan globalisasi yang bercirikan kebebasan dalam pengembangan potensi, bersifat demokratis dalam pengelolaan pelaksanaannya, memperhatikan keseimbangan dan terintegrasi dengan pendidikan rohaniah sehingga perlu penanganan pendidikan yang melibatkan berbagai komponen masyarakat. Provinsi Riau di masa persaingan global memerlukan sumberdaya manusia (SDM) paripurna. Manusia yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Pendidikan sebagai jalur utama pengembangan SDM dan pembentukan karakter adalah kata kunci dalam menentukan nasib bangsa. Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Pada setiap rencana pembangunan jangka panjang dan menengah selalu tercantum bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, 4

pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru dan tenaga pendidikan lainnya, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas lainnya. Hasil mata pelajaran kelompok IPA ujian nasional berdasarkan rerata dan persentase dari tahun 2006/2007 sampai dengan tahun 2009/2010 untuk Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1. Rerata dan Persentase Hasil Mata Ujian Nasional Kelompok IPA Tahun Kab/kota BIND BING MTK FIS KIM BIO Jumlah Peserta Lulus % Tidak Lulus % 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Propinsi 7.71 7.69 7.63 - - - 10962 10726 97.85 236 2.15 Nasional 7.56 7.84 7.29 - - - 484713 462334 95.38 22379 4.62 Propinsi 7.55 7.24 7.36 8.3 7.78 7.84 13061 12750 97.62 311 2.38 Nasional 7.6 7.32 7.48 6.91 7.76 7.81 506417 478194 94.43 28223 5.57 Propinsi 7.14 7.76 8.85 8.13 8.74 6.51 13941 13805 99.02 136 0.98 Nasional 6.82 7.81 7.76 7.97 8.34 7.2 544692 526819 96.72 17873 3.28 Propinsi 7.67 8.64 8.87 7.45 8.33 8.53 16907 16902 99.97 5 0.03 Nasional 7.46 7.69 8.12 7.9 8.08 7.42 628667 626545 99.66 2122 0.34 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa peserta ujian nasional kelompok IPA SMA Provinsi Riau pada mata ujian Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2009/2010 hampir dapat dikatakan selalu melebihi rerata tingkat nasional, perbedaan hanya terjadi pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010 dimana mata ujian Fisika dan Biologi masih dibawah rerata nasional dengan persentase kelulusan 99,76% dan ketidak lulusan 0,25 %. Hasil ujian nasional untuk kelompok IPS dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2009/2010 dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini: 5

Tabel 1.2. Rerata dan Persentase Hasil Mata Ujian Nasional Kelompok IPS Tahun Kab/kota BIND BING MTK EKO SOS GEO Jumlah Peserta Lulus % Tidak Lulus % 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Propinsi 7.14 6.94 6.51 - - - 18666 17301 92.69 1365 7.31 Nasional 6.95 7.13 6.58 - - - 631038 574708 91.07 56330 8.93 Propinsi 6.82 6.58 6.91 7.68 7.27 6.38 19722 17993 91.23 1729 8.77 Nasional 6.95 6.74 7.1 7.67 7.6 6.46 642794 576897 89.75 65897 10.3 Propinsi 6.48 7.28 8.25 7.91 6.67 7.96 20715 20036 96.72 679 3.28 Nasional 6.31 7.25 7.7 7.36 6.81 6.88 668588 615724 92.09 52864 7.91 Propinsi 7.2 8.17 8.5 7.48 6.75 6.79 27451 27403 99.83 48 0.17 Nasional 7.02 7.22 8.03 7.01 6.69 6.92 844765 834527 98.79 10238 1.21 Sedangkan informasi yang dapat dijelaskan dari Tabel 1.2 yaitu Provinsi Riau untuk mata ujian Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi dan Geografi dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2009/2010 telah dapat melebihi rerata tingkat nasional dengan persentase tingkat kelulusan sebesar 96,73% dan ketidak lulusan sebesar 3,26%. Memperhatikan fakta di lapangan menunjukkan bahwa berbagai hasil Ujian Nasional baik matakuliah IPA maupun IPS di Provinsi Riau masih di atas perolehan Nasional. Namun dari sisi perilaku keseharian siswa, juga banyak terjadi ketidakpuasan masyarakat. Dari dunia usaha muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, yaitu kalangan SMP merasa bekal lulusan SD kurang baik untuk memasuki SMP dan kalangan SMA merasa lulusan SMP tidak siap mengikuti pembelajaran di sekolah menengah atas. Begitu pula, 6

kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan SMA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. Fakta tersebut menunjukkan, upaya peningkatan pendidikan yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan masalah dasar pendidikan di Provinsi Riau. Rendahnya mutu pendidikan tersebut perlu dicari soulusinya secara bersama-sama. Semua pihak perlu turut bertanggung jawab secara moral apa yang harus dilakukan, dan terobosan apa yang harus dijalankan, sehingga secepatnya dapat terjadi peningkatan mutu pendidikan. Peran LPTK sangat menentukan terhadap kualitas pendidikan, karena LPTK merupakan lembaga penghasil tenaga guru. Selain LPTK, masih banyak pihak yang terlibat dalam mewujudkan pendidikan bermutu, di antaranya dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, LPMP, MGMP, KKG, K3S, dan lainnya. Sinergi semua pihak diperlukan untuk memecahkan masalah ini. Untuk itu, dalam penelitian ini akan mengkaji bagaimana Pemetaan Dan Pengembangan Mutu Pendidikan Di Provinsi Riau. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah agregasi penelitian pemetaan dan pengembangan mutu pendidikan SMA di Provinsi Riau sebagai berikut: 1) Bagaimana profil peta kompetensi peserta didik SMA di Provinsi Riau tiap pokok bahasan mata pelajaran yang diuji secara nasional (Ujian Nasional )? 2) Apa yang menjadi faktor penyebab sehingga peserta didik di Provinsi Riau tidak menguasai pokok bahasan tertentu? 7

3) Bagaimana rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik SMA di Provinsi Riau? 4) Bagaimana model implementasi pemecahan masalah dengan menyertakan berbagai institusi terkait? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan agregasi penelitian pemetaan dan pengembangan mutu pendidikan SMA di Provinsi Riau sebagai berikut: 1. Mengungkap peta kompetensi peserta didik SMA di Provinsi Riau tiap pokok bahasan mata pelajaran yang diuji secara nasional (Ujian Nasional ). 2. Mengungkap faktor penyebab peserta didik di Provinsi Riau tidak menguasai pokok bahasan tertentu. 3. Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik SMA di Provinsi Riau. 4. Merumuskan model implementasi pemecahan masalah dengan menyertakan berbagai institusi terkait. 1.4. Luaran /Manfaat Penelitian Penelitian PPMP Provinsi Riau diharapkan menghasilkan luaran sebagai berikut. 1) Data tentang standar kompetensi/kompetensi dasar yang belum dikuasai peserta didik setiap mata pelajaran SMA yang diuji secara nasional (Ujian Nasional) di Provinsi Riau. 8

2) Faktor-faktor penyebab peserta didik belum menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar pada mata pelajaran SMA yang diuji secara nasional (Ujian Nasional) di Provinsi Riau terutama menyangkut: sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat. 3) Model peningkatan mutu pendidikan yang valid dan siap diimplementasikan secara konkret di Provinsi Riau melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. 9

10