I. PENDAHULUAN. sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya (Margono, 2005:27)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran pada. banyak menggunakan model pembelajaran yang kurang efektif yang

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa pendidikan dalam pembangunan nasional berupa. seutuhnya. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang. dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Pelajaran Biologi termasuk

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. bertujuan agar guru menjadi lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan. seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

I. PENDAHULUAN. satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas pendidikan negara tersebut. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI SMA YP Unila Bandar

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Mathla ul Anwar Bandar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang. memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan untuk menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI. (Artikel) Oleh RAPENDA ESANTINO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Saat ini usaha-usaha peningkatan mutu atau kualitas pendidikan terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dan menuntut kreativitas

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dari luar siswa atau faktor dari lingkungan (Sudjana, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan. yang memungkinkan perkembangan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi edukatif, yakni interaksi yang bernilai pendidikan yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukati f harus menggambarkan hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya (Margono, 2005:27) Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif (aktif, dalam arti sikap, mental, dan perbuatan) (Djamarah, 2000:12). Pada kenyataannya, dalam pembelajaran masih terjadi interaksi satu arah unsur guru aktif mendominasi pembelajaran dan aktivitas anak didik pasif. Hal tersebut terjadi pada kelas VII SMP Negeri 23 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 23 Bandar Lampung, diketahui bahwa pemahaman kognitif siswa kelas VII pada materi pokok ekosistem tahun pelajaran 2012/2013 masih sangat rendah dengan rata-rata 68, diketahui bahwa mata pelajaran biologi terutama materi pokok ekosistem ini disampaikan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi informasi.

2 Padahal materi tersebut mempunyai karakteristik khusus yaitu membahas mekanisme proses yang rumit sehingga sulit untuk dipahami. Sehingga dengan penggunaan metode ceramah, pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang terajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak terapresiasi secara mendalam. Kondisi seperti ini mengakibatkan suasana pembelajaran kurang interaktif, siswa hanya menunggu instruksi dari guru tentang apa apa yang harus dipelajari dan apa yang harus dilakukan. Selain itu di SMP N 23 Bandar Lampung penggunaan media pembelajaran seperti diskusi yang kurang kondusif. Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar siswa seperti turut serta dalam melakukan penyelidikan dan menemukan suatu konsep jarang dilakukan. Padahal aktivitas tersebut merupakan salah satu pengalaman belajar yang penting bagi siswa. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak meningkatkan hasil belajar, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan dalam benak anak didik (Djamarah, 2000: 67). Apabila siswa tidak banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa menjadi rendah yaitu rata-rata 68. Dan nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75. Siswa yang telah mencapai KKM hanya 47% dari jumlah siswa kelas VII. Rendahnya pemahaman kognitif siswa diduga akibat metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran kurang tepat, yaitu selama ini masih menggunakan metode ceramah dan diskusi informasi.

3 Hasil penelitian oleh Ghufron (2011: xvi), bahwa penerapan model Jigsaw dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif sehingga suasana kelas menjadi hidup, peserta didik menjadi aktif dalam belajar dan hasil belajar menjadi maksimal. Dibandingkan yang hanya dengan menggunakan metode ceramah siswa hanya menunjukkan sikap yang kurang berkeaktifan dan cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran itu berlangsung. Selama proses pembelajaran, beberapa dari siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru dan ada juga yang melakukan aktivitas yang lain, seperti mengantuk, mengobrol dengan teman bahkan ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain. Metode diskusi informasi yang berlangsung selama ini kurang efektif karena tidak melibatkan semua anggota kelompok untuk berkontribusi memberikan pendapat, sehingga hanya pendapat beberapa orang saja yang mendominasi dalam kelompoknya sementara anggota kelompok yang lain pasif. Seharusnya dalam pembelajaran kooperatif menurut Lie (2002:12) dapat memberi kesempatan setiap anggota kelompok untuk saling bekerjasama dan membantu satu sama lain dalam menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Penelitian Nugraha (2008: xi), penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta model pembelajaran NHT lebih cocok digunakan untuk mengajarkan konsep ekosistem. Pada materi pokok ekosistem, siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam beberapa hal, antara lain. Menyebutkan komponen-komponen penyusun ekosistem, menjelaskan

4 satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem, dan membedakan macam-macam ekosistem. Salah satu model pembelajaran yang dianggap peneliti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran Jigsaw dan model NHT. Dalam model pembelajaran ini guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari, beberapa anggota kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi dan mampu mengajarkan bagian tersebut ke anggota kelompok lainnya (Harun, 2007:45). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal (Muhfahroyin, 2009:2). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai pretest

5 sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Setelah selesai mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan (Muhfahroyin, 2009:2). Dari hasil penelitian Riyanti (2009:47) diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi. Serta dari hasil penelitian Muhfiroh (2006:50) diketahui pula penggunaan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA biologi. Merujuk dari hasil tersebut, maka peneliti tertarik untuk membandingkan kedua model pembelajaran tersebut dalam penelitian ini. Diharapkan dengan perbandingan model pembelajaran Jigsaw dan NHT, hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 23 Bandar Lampung tahun 2012/2013 akan meningkat dan mengetahui model manakah yang lebih besar penggaruhnya terhadap hasil belajar siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT?

6 2. Manakah yang lebih tinggi hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dengan model pembelajaran NHT? 3. Apakah ada perbedaan aktivitas belajar oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan hasil belajar materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT. 2. Peningkatan hasil belajar materi pokok ekosistem yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT. 3. Perbedaan aktifitas belajar materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa Memberikan suasana belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

7 2. Bagi sekolah Memberikan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan mutu sekolah itu sendiri serta hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan proses pembelajaran biologi. 3. Bagi guru mitra Memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi alternatif yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa serta penelitian ini dapat memberikan variasi bagi guru tentang model pembelajaran yang dapat digunakan dalam melakukan proses pembelajaran. Dengan begitu guru dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Bagi Peneliti Dapat lebih memahami penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan NHT sebagai alternatif pembelajaran sehingga menjadi bekal untuk menjadi guru yang profesional dan untuk meningkatkan hasil belajar pada masa yang akan datang. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 23 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 siswa kelas VII a sebagai kelas eksperimen I dan VII c sebagai kelas eksperimen II. 2. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekosistem dengan kompetensi dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antar komponen ekosistem.

8 3. Model pembelajaran Jigsaw Serta model pembelajaran NHT. Model pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal. Serta model pembelajaran NHT merupakan proses pembelajaran dengan guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. 4. Hasil Belajar adalah kemampuan siswa yang ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh dari hasil tes setiap akhir pembelajaran. 5. Aspek kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis. F. Kerangka Pikir Pembelajaran biologi bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan secara langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata pelajaran hafalan, namun juga membutuhkan pengaplikasian konsep-konsep sains. Pada proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan dengan baik.

9 Model pembelajaran kooperatif itu sendiri adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa saling membantu untuk memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegatan lain agar semua siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Dengan adanya interaksi dalam kelompok secara tidak lampung akan menuntut siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelompoknya. Teknik belajar mengajar, tipe Jigsaw dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dengan kegiatan tersebut siswa dapat berlatih untuk menggali dan menggelola informasi dari berbagai sumber, sehingga memunculkan keacakapan personal yaitu kecakapan berpikir rasional. Dalam teknik tipe Jigsaw, diawali dengan pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli. Siswa di kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok asal untuk berbagi tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui presentasi sederhana. Di kelompok asal siswa yang sudah ahli akan bertemu dengan siswa lain yang ahli di bidang lain untuk saling berbagi dan saling bertukar informasi. Dan teknik model pembelajaran NHT, guru mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran dengan memanggil nomor yang menjadi indentitas siswa dalam kelompoknya, sebagai ganti pertanyaan kepada seluruh kelas. Dengan kegiatan guru yang demikian, siswa dapat berlatih untuk memiliki rasa

10 tanggung jawab, disiplin, dan bersikap jujur. Melalui langkah-langkah kegiatan pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Variabel pada penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Jigsaw (X 1 ) dan model pembelajaran NHT (X 2 ), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y 1 ), baik aspek kognitif. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan sebagai berikut : X 1 Y X 2 Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Keterangan : X1 = model pembelajaran Jigsaw, X2 = model pembelajaran NHT, Y= hasil belajar G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Hipotesis Pertama H O : Tidak ada perbedaan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT.

11 H 1 : Ada perbedaan signifikan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT. Hipotesis Kedua H 0 : Hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw lebih rendah daripada model pembelajaran NHT. H 1 : Hasil belajar materi ekosistem oleh siswa antara yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi daripada model pembelajaran NHT. Hipotesis Ketiga H : aktivitas belajar oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi dari pada siswa yang diajar melalui model pembelajaran NHT.