DEVI SHINTIA, 2015 ANALISIS RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) D I CEND EKIA LEAD ERSHIP SCHOOL BAND UNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa dan Negara yang otentik

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pratiwi Tristiyani, 2014 Pendapat peserta didik tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat ditempuh melalui formal dan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. menengah.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evinaria Esahastuti, 2014 Studi Pembelajaran Seni Dihomeschoolingtaman Sekar Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 (Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014) PPT - 1.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas. (SDM). Salah satu SDM yang diharapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya pembangunan suatu bangsa. Terciptanya kemajuan tak semena-mena lahir tanpa ada usaha besar dari keunggulan sumber daya manusia yang mengelola. Keunggulan sumber daya manusia tersebut tidak dapat dipungkiri sebagai hasil dari proses pendidikan yang ditempuh, baik dalam tataran pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Sebagaimana (Rivai & Murni, 2008, hlm. 1) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi tiap individu manusia. Dalam tataran pendidikan formal, kita mengenal dengan istilah persekolahan. Sebagai suatu entitas yang keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat, sekolah perlu dengan sungguh-sungguh mengelola pendidikan yang berlangsung agar sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yakni Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. (hlm.3) Sebagai suatu proses, mengelola (managing) pendidikan terdiri dari tahapan-tahapan atau fungsi dari manajemen pendidikan itu sendiri. Fungsi-fungsi manajemen itu sendiri diantaranya seperti yang dikemukakan oleh George R. Terry yang dikutip oleh (Komariah & Mulyati, 2010, hlm. 91) adalah planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pengarahan), dan controlling (pengendalian). Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen memegang peranan strategis dalam upaya mengelola pendidikan yang baik. Perencanaan sebagai

2 langkah awal untuk menentukan arah kedepannya agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Adapun perencanaan pendidikan itu secara umum terbagi dalam tiga ruang lingkup, yaitu perencanaan dalam lingkup makro (nasional), messo (daerah), maupun mikro (satuan pendidikan). Dalam ruang lingkup mikro, perencanaan pendidikan diatur oleh masingmasing satuan pendidikan (sekolah). Hal tersebut dikarenakan dampak dari berlakunya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah yang berimplikasi pada desentralisasi manajemen pendidikan yang kemudian tertuang pada undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 51 ayat 1 menyatakan bahwa: Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Sebagaimana (Rohiat, 2012, hlm. 47) menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai, model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah), memberikan fleksibilitas/keluwesan kepala sekolah, mendorong partisipasi secara langsung dari warga sekolah dan masyarakat. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang ada. Dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, bukan berarti semua urusan didesentralisasikan sepenuhnya ke sekolah, tetapi sebagian urusan masih merupakan kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah, Provinsi, maupun Kota/Kabupaten. Adapun sebagian urusan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab sekolah dalam kerangka manajemen berbasis sekolah menurut (Rohiat, 2012, hlm. 65) meliputi, (1) proses belajar mengajar, (2) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (3) pengelolaan kurikulum, (4) pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (6) pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolah dan masyarakat, dan (9) pengelolaan iklim sekolah.

3 Salah satu urusan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab sekolah tersebut adalah pada aspek perencanaan. Perencanaan dalam dunia pendidikan, sebagaimana yang dikatakan oleh Coombs (dikutip oleh Sa ud & Makmun, 2005, hlm. 8) merupakan suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya. Kewenangan ini diberikan kepada sekolah untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school based plan). Bentuk perencanaan dalam tingkat satuan pendidikan atau sekolah tersebut berupa Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dikutip dari Imron (2013, hlm. 2) mengemukakan bahwa RPS merupakan sebuah proses perencanaan atas semua hal dengan baik dan teliti untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan tujuan agar sekolah dapat menyesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, sosial budaya masyarakat, potensi sekolah dan kebutuhan peserta didik. RPS dapat menggambarkan arah pengembangan sekolah, sasaran, program, dan kegiatan yang akan dijalankan, biaya yang diperlukan, keterlibatan stakeholder, hal-hal lain yang diperlukan, dan target-target keberhasilan yang direncanakan akan tercapai. RPS berisi sasaran program dan kegiatan untuk mengatasi kesenjangan yang ada antara kenyataan dengan yang diharapkan. Selain itu, RPS memuat berbagai upaya, baik dalam jangka pendek (rencana operasional), menengah, maupun jangka panjang (rencana strategis) untuk mengatasi berbagai persoalan (Rohiat, 2012, hlm. 41). Disamping itu, RPS merupakan sebagai dasar untuk melaksanakan dan mengembangkan program-program yang sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah yang ditetapkan, yang tertuang dalam rencana strategis sekolah maupun rencana operasionalnya. Namun berdasarkan penemuan permasalahan dari penelitian terdahulu (Wildan Karim, 2013, hlm. 3) menunjukkan bahwa perencanaan yang dilaksanakan di sekolah masih bersifat stagnan, selain itu kemampuan SDM di

4 sekolah dalam memahami konsep perencanaan sekolah pun masih terbatas dikarenakan pengalaman yang kurang memadai. Dalam kata lain, pihak sekolah belum banyak yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menyusun perencanaan sekolah. Namun, berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, peneliti menemukan fenomena-fenomena menarik dari suatu sekolah berkonsep leadership yaitu Cendekia Leadership School, dimana pada sekolah tersebut terdapat hal-hal yang unik, inovatif, dan sesuai tuntutan perkembangan dunia pendidikan saat ini yang menitikberatkan kepada peran kreatifitas dan keaktifan siswa. Hal-hal unik dan kreatif yang ada di Cendekia Leadership School tersebut yang didapatkan dari hasil wawancara bersama Kepala Sekolah Cendekia Leadership School diantaranya adalah 1. Cendekia Leadership School menggunakan kurikulum kepemimpinan yang terintegrasi dengan nilai-nilai agama Islam yang mengacu pada Kurikulum Pendidikan Nasional. Setiap kegiatan diarahkan pada penanaman dan kepemimpinan pembelajaran keterampilan (life skills), yaitu: (1) understanding self (mengetahui diri, Pencipta dan ciptaan- Nya); (2) communicating (dapat menyampaikan pesan kepada sesama manusia, pencipta, alam, tumbuhan dan hewan); (3) getting along with others (peduli, berbagi dan kepercayaan terhadap sesama manusia, hewan, tumbuhan dan alam sekitarnya); (4) learning to learn (mengembangkan rasa ingin tahu untuk menjadi manusia pembelajar); (5) managing (kemampuan untuk mengelola objek, waktu, uang dan energy); (6) making decision (mampu menemukan informasi, menentukan prioritas dan memecahkan masalah sederhana); (7) working with group (bekerja dalam komunitas, untuk memimpin, untuk mengekspresikan pendapat). 2. Cara tes ujian akhir semester (sumatif) yang tidak ada PG (pilihan ganda) namun dalam bentuk Final Project. Final Project bertujuan untuk mengukur kemampuan anak mempelajari suatu hal dalam

5 sebuah tema dalam satu semester. Siswa bebas membuat atau menampilkan sesuatu yang berkaitan dengan tema dalam bentuk apa pun, entah itu dalam bentuk media, video, bentuk dari bahan alami, dll. Teknik tugas bisa individu dan berkelompok, namun nilai tetap diambilnya per orang. 3. Pembelajaran ICT sudah mulai dikenalkan dari grade toodler (playgroup). Cendekia Leadership School sadar bahwa teknologi era ini sudah ini menjadi sebuah kebutuhan dan kedepan orang harus lebih siap menghadapi itu. Maka penting untuk mempersiapkan dan mengenalkan anak sedini mungkin terhadap teknologi. 4. Cendekia Leadership School memiliki laporan hasil belajar atau rapor dua yaitu Rapor Yayasan dan Rapor Pendidikan Nasional. Latar belakang munculnya dua rapor ini karena sekolah belum merasa terakomodasi dengan adanya rapor diknas yang hanya menampilkan angka-angka (karena sekolah menggunakan KTSP bukan Kurikulum 2013). Sedangkan rapor yayasan yang berbentuk deskripsi bisa jauh lebih terlihat hasil kemampuan siswa. 5. Terdapat LC (Leaders Conference) yang diadakan pada setiap tiga bulan pertama di setiap semester. LC ini bentuknya bervariasi, dalam artian siswa mempresentasikan pencapaian mereka selama tiga bulan kepada orang tua selama maksimal 40 menit presentasi di hadapan orang tua. Siswa pun diberi kebebasan menyampaikan dengan bahasa pengantar apa pun sesuai kreativitas mereka (English, Bahasa, Sunda, Jepang, dsb), kemudian orang tua dapat bertanya dan mengkritisi sehingga ada Feedback. 6. Memiliki program internship bagi siswa kelas empat sampai sembilan. Inti program ini agar siswa mengenal sebuah bisnis, sehingga mendorong siswa untuk suatu hari mereka juga harus punya bisnis. Karena enterpreneurship berdampingan erat bahkan bisa dikatakan salah satu bagian dari sifat leadership.

6 7. Tidak adanya PR (Pekerjaan Rumah), siswa diajarkan untuk disiplin, jika tuganya tidak selesai, maka siswa yang bersangkutan meletakan di kotak Belum Selesai yang terdapat di setiap kelas (karna ada dua kotak yaitu selesai dan belum selesai ). Sehingga siswa akan terhukum oleh perbuatannya sendiri di hari selanjutnya ketika orang lain sudah lanjut ke topik berikutnya dia masih mengerjakan tugas yang belum selesai. 8. Siswa berseragam bebas diluar hari senin dan mata pelajaran olahraga. Kebebasan tersebut bertujuan untuk membiasakan sikap mengambil keputusan. Jadi ketika orang, berani mengekspresikan dirinya, itu bekal untuk menyatakan pendapat. Milih baju aja takut, kan gimana ya dia akhirnya. Itu dilatih sebelumnya. Bukan untuk mencari kebebasan yang sebebas-bebasnya, tetap ada aturan. Tapi ketika dia berani memilih warna, berani menanyakan sesuatu, berani interupsi, itu artinya dia punya kepercayaan diri bahwa dia punya hak untuk tampil, untuk menyatakan pendapat, untuk menyanggah sesuatu yang kurang tepat, atau membenarkan sesuatu yang benar. 9. Dan beberapa program lainnya. Pogram-program tersebut diduga bukan hasil dari pekerjaan yang sebagaimana adanya, tapi merupakan program yang didesain, direncanakan, terutama yang tertuang dalam RPS. Keunikan itu menjadi penting karena memiliki diferensiasi dengan sekolah pada umumnya, sehingga perlu diketahui bagaimana bisa seperti itu. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk menganalisis bagaimana keberjalanan proses dari fungsi perencanaan yang ada di Cendekia Leadership School. Seperti sebelumnya telah dijelaskan bahwa bentuk perencanaan dalam tingkat satuan pendidikan atau sekolah itu dapat berupa dokumen Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Menganalisis RPS tersebut menarik untuk diteliti dan penulis berupaya untuk menggali dan menggambarkan bagaimana RPS yang dilaksanakan di Cendekia Leadership School. Selain itu, Cendekia Leadership School dijadikan tempat penelitian ini dikarenakan sekolah ini merupakan fenomena baru dalam

7 konteks kekhasan suatu konsep sekolah. Cendekia Leadership School dikemas dalam suatu kekhasan berkonsep kepemimpinan. Cendekia Leadership School memiliki misi untuk menyelenggarakan model pendidikan dengan konsep leadership yang aplikatif dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang berkualitas kompetitif, berjiwa entrepreneur dan bermoral pemimpin, sehingga mampu mengambil posisi sebagai khalifah fil ardh dan hamba Allah. Sebagai sekolah yang sedang berupaya mengembangkan sekolahnya, Cendekia Leadership School dipandang tepat oleh penulis untuk dijadikan tempat penelitian. Hal ini akan bermanfaat dalam upaya perbaikan rencana pengembangan sekolah baik pada Cendekia Leadership School maupun sebagai rekomendasi bagi sekolah lain. Oleh karenanya, judul dari penelitian skripsi ini adalah Analisis Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School Bandung. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian disusun sebagai acuan kejelasan tentang aspek atau topik-topik apa yang akan diteliti. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School? 2. Bagaimana kriteria penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School? 3. Bagaimana peran dan fungsi pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School? 4. Bagaimana faktor penunjang dan penghambat dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School? 5. Apakah dokumen Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dijadikan sebagai acuan (guidline) dalam melaksanakan tiap kegiatan atau program yang ada di Cendekia Leadership School? C. Tujuan Penelitian

8 Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School Bandung. Sedangkan secara khusus, peneiltian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh gambaran mengenai proses penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School. 2. Memperoleh gambaran mengenai kriteria penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School. 3. Memperoleh gambaran mengenai peran dan fungsi pemangku kepentingan dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership Schkool. 4. Memperoleh gambaran mengenai faktor penunjang dan penghambat dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) di Cendekia Leadership School. 5. Memperoleh gambaran mengenai sejauh mana dokumen Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dijadikan acuan (guideline) dalam melaksanakan tiap kegiatan atau program yang ada di Cendekia Leadership School. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian tersebut, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk: 1. Secara teoritis, penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kajian ilmu Administrasi Pendidikan dalam meningkatkan kontribusi pemahaman dan informasi mengenai Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). 2. Secara praktis, penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak, baik bagi peneliti sendiri, pihak sekolah, dan pihak lainnya yang terkait dengan manajemen pendidikan. a. Bagi peneliti sendiri, diharapkan melalui penelitian ini akan bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan wawasan mengenai Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).

9 b. Bagi pihak sekolah, diharapkan melalui penelitian ini akan bermanfaat sebagai bahan perbaikan penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). E. Struktur Organisasi Skripsi Penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penulis ini disusun dengan struktur organisasi yang mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014. Struktur organisasi skripsi ini secara sistematis terbagi menjadi tiga sistematika yaitu sistematika awal, sistematika inti, dan sistematika akhir. Sistematika awal dari skripsi ini terdiri dari judul penelitian (cover), lembar pengesahan skripsi, lembar pernyataan keaslian skripsi, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran. Kemudian pada sistematika inti, terbagi menjadi lima bab utama, yakni BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II berisi mengenai landasan teoritis dan kerangka pemikiran yang menjadi acuan peneliti dalam melakukan penelitian. BAB III mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari lokasi dan sumber data penelitian, desain dan metode penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis dan uji keabhasan data. BAB IV yang berisikan data-data temuan dan pembahasannya. Terakhir yaitu BAB V yang berisi mengenai kesimpulan dan rekomendasi. Selanjutnya pada sistematika akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung atau sebagai bukti keberlangsungan penelitian ini.