BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun psikis. Pada masa ini, anak perlu diberikan rangsangan yang tepat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kemampuan berhitung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan program pendidikan dini anak usia 4-6 tahun. Tugas utama TK

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) formal yaitu Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan dasar sering disebut masa keemasan (golden age) serta masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. tampil berkarya serta mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini ialah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN MAHYONG DI TAMAN KANAK- KANAK DHARMAWANITA LUBUK BASUNG. Rahmil Fuad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

2013 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PENDEKATAN INVESTIGASI

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

Disusun Oleh: N U R Y A T I NIM : A53B090052

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN POHON PINTAR DI TAMAN KANAK-KANAK LUBUK BASUNG. Eva Mirmiyanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1 6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah dunia anak. Jean Piaget (dalam Moeslichatoen R.,1996)

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING ANGKA DI TAMAN KANAK- KANAK SANGRINA BUNDA PASAR TIKU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

ETIK KURNIAWATI NIM : A53H111070

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

IMPLEMENTASI PERMAINAN PENJEPIT BAJU UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. (Kepmendikbud Nomor 0486/U/1992, Bab II Pasal 3 ayat (1)). Pasal 31 ayat

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia prasekolah merupakan masa peka untuk menerima rangsangan baik fisik maupun psikis. Pada masa ini, anak perlu diberikan rangsangan yang tepat sesuai dengan tahapan usianya, sehingga aspek perkembangannya dapat berkembang secara optimal. Salah satu aspek perkembangan anak prasekolah yang akan dikaji disini adalah aspek perkembangan kognitif. Menurut Dariyo (2007: 92): Seorang individu tentu menggunakan kemampuan kognitif untuk memecahkan suatu masalah dalam hidupnya, seperti berpikir, merenung, berkonsentrasi, mengingat, mempertimbangkan suatu keputusan, merupakan jenis-jenis aktivitas yang melibatkan kapasitas kognitif untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan diri secara optimal. Salah satu aspek dalam pengembangan kognitif ini adalah pengembangan pembelajaran matematika. Berhitung merupakan bagian dari matematika yang sangat diperlukan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. (Depdiknas: 2007). Hakikat dari pembelajaran anak prasekolah khususnya RA (Raudlatul Athfal) adalah untuk menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak agar berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya kegiatan pembelajaran matematika untuk anak, sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan logika matematika saja, tetapi harus dapat

2 menstimulasi bidang pengembangan lain. Menurut Sriningsih (2008: 25) kegiatan pembelajaran matematika terpadu dapat menstimulasi potensi-potensi lain di luar potensi kecerdasan logika-matematika. Kemampuan anak untuk berpikir abstrak masih belum sempurna dan akan terus berkembang seiring dengan tingkat usianya, begitu juga dengan kemampuan berhitungnya. Oleh karena itu, tahapan pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif anak. Berhitung bagi anak diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional. Oleh karena itu pembelajaran matematika di RA bukan berarti anak harus pintar berhitung sebagai sarat masuk SD, tetapi lebih kepada untuk menstimulasi kemampuan berpikir anak, agar anak siap untuk belajar matematika dan tidak asing lagi dengan pembelajaran matematika di tahap selanjutnya. Praktek-praktek pembelajaran matematika untuk anak prasekolah sudah sering kita lihat pelaksanaannya di berbagai lembaga pendidikan anak prasekolah baik itu jalur formal maupun non formal. Di dalam kurikulum istilah-istilah tersebut sering kita sebut sebagai bidang pengembangan kognitif, daya pikir, atau ada juga yang menyebutnya sebagai pengembangan kecerdasan logikamatematika. Menurut Piaget, Lorton (Cruikshank, 1980: 23) ada tiga tahapan pemahaman anak terhadap konsep matematika, yaitu pemahaman konsep (intuitive concept level), masa transisi (connecting), dan tingkat lambang (symbolic level). Tahap pertama, pemahaman anak terhadap konsep matematika dapat dibangun anak melalui benda-benda kongkrit yang digunakan pada saat

3 bermain. Tahap ke dua, setelah anak memahami konsep, baru anak dikenalkan dengan lambang konsep yang sesuai dengan benda-benda tersebut. Tahap ke tiga, anak dikenalkan dengan berbagai lambang yang ada didalam matematika. Dewasa ini sebagaimana dapat kita saksikan bersama tuntutan berbagai pihak agar anak menguasai konsep dan keterampilan matematika semakin gencar, hal ini didorong beberapa lembaga pendidikan anak usia dini untuk mengajarkan pengetahuan matematika secara sporadis dan radikal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sriningsih (2008) beberapa lembaga pendidikan anak usia dini mengajarkan konsep-konsep matematika yang lebih menekankan pada penguasaan angka dan operasi melalui metode drill dan praktek-praktek paperpencil test. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di RA Persis 08 mengenai proses pembelajaran matematika khususnya aspek kemampuan berhitung anak, pada pelaksanaannya guru menggunakan berbagai cara, baik secara klasikal, individu, melalui olah raga dan bernyanyi. Media yang digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak secara klasikal diantaranya, gambar lambang bilangan dari satu sampai sepuluh yang sudah ditempel di dinding kelas, papan panel, dan bentuk angka-angka. Capaian perkembangan yang diambil untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak di kelompok A RA Persis 08 adalah menghitung banyak benda dari 1 sampai 10, menyebutkan urutan bilangan dari 1-10, menunjuk 2 kumpulan benda yang lebih banyak dan lebih sedikit, menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda.

4 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dengan melihat catatan perkembangan anak, wawancara yang dilakukan terhadap guru, serta dokumentasi aktivitas anak pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, maka dapat terlihat bahwa tujuan dari peningkatan kemampuan berhitung melalui metode atau media yang digunakan belum mencapai hasil perkembangan yang diharapkan. Pertama, untuk indikator menghitung banyak benda dari 1 sampai 10, kategori anak berkembang baik ada 12 orang, untuk anak yang berada pada tahap dalam proses ada 3 orang, untuk anak yang perlu stimulus ada 1 orang. Ke dua, untuk indikator menyebutkan urutan bilangan dari 1-10 anak berada pada tahap berkembang dengan baik ada 11 anak, tahap dalam proses 3 orang, perlu stimulus 1 orang. Ke tiga untuk indikator menunjuk 2 kumpulan benda yang lebih banyak, anak berda pada kategori berkembang dengan baik ada 12 orang, dalam proses ada 1 orang. Ke empat, untuk indikator menunjuk 2 kumpulan benda yang lebih sedikit kategori anak berkembang baik ada 12, dan tahap dalam proses 1 orang. Ke lima, untuk indikator menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda dari 1-10, anak berada pada kategori berkembang baik ada 5 orang, sedangkan dalam proses ada 9 orang dan perlu stimulus 1 orang. Guru merasa perlu untuk merencanakan kegiatan dan merancang media yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berhitung anak, dengan media tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak, juga dapat mengembangkan aspek perkembangan lain di luar kemampuan berhitungnya. Di RA pembelajaran seni pada umumnya meliputi seni rupa, seni musik dan seni tari. Seni musik merupakan pembelajaran yang selalu diterapkan dalam

5 proses belajar mengajar di RA, seperti bernyanyi. Bermain alat musik merupakan bagian dari pembelajaran seni musik. Pembelajaran matematika untuk anak RA pada prakteknya membutuhkan suatu media kongkrit untuk membantu pemahaman konsep dasar matematikanya. Media yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran berhitung bagi anak didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan media alat musik perkusi. Melalui alat musik perkusi ini diharapkan anak dapat mengembangkan kemampuan berhitungnya dan aspek-aspek perkembangan lain di luar kemampuan berhitungnya. Memainkan alat musik ternyata lebih banyak manfaatnya bagi anak daripada hanya mendengarkannya saja. Menurut Sheppard (2007: 96-129) selain dapat membantu membuka kemampuan koordinasi tingkat lanjut, alat musik juga dapat membantu memfokuskan perhatian, mengembangkan pemahaman secara abstrak, dan berpengaruh terhadap daya ingat, dan yang lebih penting lagi alat musik dapat memberikan wadah bagi anak untuk mengekspresikan diri dengan percaya diri. Permainan yang melibatkan aktifitas fisik akan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan motoriknya, selain dapat melatih motorik, memainkan alat musik juga akan melatih rasa percaya diri anak untuk tampil di depan orang lain. Bermain musik juga memberikan pengalaman langsung tentang gampang tidaknya memainkan alat musik, dan bisa mengembangkan minat anak untuk mendalaminya.

6 Bermain merupakan cara bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Bermain musik juga sangat menyenangkan bagi anak, karena dengan bermain musik anak merasa rileks dan bersemangat. Lynn C.C. Siba (2007) mengemukakan pendapatnya tentang pengaruh musik terhadap tubuh manusia sebagai berikut. Musik dapat merangsang gelombang otak, dengan pukulan/beat yang cepat akan membuat otak terjaga, siaga dan tajam. Sebaliknya, musik yang lambat, menenangkan otak dan membuat relaks. Musik juga mempengaruhi sistem saraf otonom yang dapat memperlambat pernafasan dan detak jantung, sehingga membawa badan ke keadaan relaks. Dengan badan dan jiwa raga yang relax, perasaan tertekan dan depresi akan berkurang. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini akan memfokuskan kepada kajian tentang MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN ALAT MUSIK PERKUSI. B. Rumusan Masalah Permasalahan utama dalam penelitian ini difokuskan kepada bagaimana kegiatan bermain alat musik perkusi dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak permasalahan tersebut dijabarkan ke dalam sub pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran kemampuan berhitung anak kelompok A di RA Persis 08? 2. Bagaimana implementasi bermain alat musik perkusi untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak RA Persis 08?

7 3. Bagaimana kemampuan berhitung anak kelompok A di RA Persis 08 sesudah mengikuti kegiatan bermain alat musik perkusi? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran bagaimana bermain alat musik perkusi dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak RA Persis 08. Adapun secara lebih khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran kemampuan berhitung anak kelompok A di RA Persis 08. 2. Mengetahui inplementasi kegiatan bermain alat musik perkusi untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak RA Persis 08. 3. Mengetahui gambaran kemampuan berhitung anak kelompok A di RA Persis 08 setelah menggunakan alat musik perkusi. D. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak di RA Persis 08, melalui kegiatan bermain alat musik perkusi.

8 E. Sistematika Penulisan Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua memaparkan tentang landasan teoritik mengenai konsep kemampuan berhitung dan bermain alat musik perkusi anak RA. Landasan teoritik ini didapat dari uraian teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah Bab ketiga berisi tentang penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian kelas. Semua prosedur serta tahap-tahap penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir. Bab keempat merupakan bagian analisis pembahasan mengenai hasil temuan peneliti dilapangan. Pada bab ini penulis mencoba mengungkap bagaimana kemampuan berhitung anak dapat meningkat melalui kegiatan bermain alat musik perkusi. Bab kelima memaparkan penapsiran atau pemaknaan peneliti berupa kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang diperoleh dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian. Rekomendasi yang dibuat akan bermanfaat bagi peneliti berikutnya, yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.