KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FSLC (FORMULATE-SHARE-LISTEN- CREATE) PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII DI SMP N 3 JETIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi. matematika siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru.

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN MAKE A MATCH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Formulate Share Listen Create (FSLC) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja, tapi juga turut serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Noviawati, 2013

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTU WONDERSHARE DENGAN PENDEKATAN RME PADA MATERI SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Matematika OLEH :

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD,

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP. Muhamad Kurnia Sugandi 1

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENGGUNAAN MEDIA KEPING BERMUATAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BIREUEN. Muthmainna 1, Juliana 2

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Susti Rahmah Yulita S 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kelompok Buzz Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

Aisyah*, Amrina Rosyada** Dosen Pend. Matematika*, Alumni** Universitas Batanghari Jambi *

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

Fitri Agustina Lubis. Abstact. Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), Aktivitas, Sistem Pencernaan Pada Manusia.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : LELI SUDIYAWATI NPM :

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

Transkripsi:

KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FSLC (FORMULATE-SHARE-LISTEN- CREATE) PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL Fadjrin Eka Sulistiana 1, Zainal Abidin 2, Abdul Halim Fathani 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Islam Malang Email: 1 Fadjrin_eka@yahoo.com, 2 zainal_abid@yahoo.co.id, 3 ah.fathani@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah; (1) untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik yang diajarkan dengan model pembejaran FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) dan peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada materi aritmetika; dan (2) untuk mengetahui bagaimana kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik setelah penerapan model pembelajaran FSLC pada materi aritmetika sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi (Mixed Research) pada tipe Concurrent Embedded. Hasil pengujian hipotesis dengan uji Independent Sample t-test diperoleh nilai sig. (2-tailed) = 0,034 yang lebih kecil dari nilai = 0,05 sehingga H 0 ditolak atau H 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis antara peserta didik kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran FSLC dan peserta didik kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil rata-rata Postest peserta didik kelas eksperimen sebesar 81,30 dan nilai rata-rata Postest peserta didik kelas kontrol sebesar 71,79. Hal ini berarti kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran FSLC lebih tinggi daripada peserta didik kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Kata Kunci: kemampuan penalaran dan komunikasi matematis, model pembelajaran FSLC PENDAHULUAN Salah satu mata pelajaran di sekolah yang mengajarkan peserta didik untuk berfikir logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam pemecahan masalah adalah matematika. Sasaran pembelajaran matematika di setiap jenjang pendidikan di antaranya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir matematis. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran matematika akan membantu memperkuat pemahaman mereka tentang konsepkonsep matematika. Hal ini sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 bahwa peserta didik membangun pemahaman matematikanya sendiri baik secara personal atau sosial. Meskipun kita telah mengetahui terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mempelajari matematika, namun kemampuan pada aspek penalaran dan komunikasi matematis belum memuaskan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah di SMP Salahuddin Malang tahun pelajaran 2009/2010, diperoleh bahwa kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik masih rendah. Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (dalam Effendi, 2012) penalaran dan komunikasi adalah dua dari lima kemampuan yang seharusnya dimiliki peserta didik. Penalaran adalah suatu kegiatan, suatu proses, suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar dan berdasarkan pada pernyataan yang 1

kebenarannya sudah dibuktikaan atau sudah diasumsikan sebelumnya (Shadiq, 2004: 2). Menurut Copi (dalam Triastuti, 2014: 133) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta (premis) yang telah dianggap benar. Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan kemampuan penalaran adalah kemampuan dalam menarik suatu kesimpulan dengan melihat pada beberapa fakta. Kemampuan lain yang harus dikembangkan adalah kemampuan komunikasi. Komunikasi matematis adalah proses penyampaian pesan, pendapat dalam bentuk ide matematis baik secara lisan maupun tulisan (Sumaji, 2016: 63). Shadiq (2009: 13) menyatakan bahwa komunikasi matematis yaitu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan. Dari beberapa penjelasan tersebut yang dimaksud kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam mengungkapan ide-ide matematika baik secara lisan maupun tulisan. Pada penelitian ini indikator penalaran dan komunikasi matematis antara lain:(a) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram; (b) mengajukan dugaan; (c) melakukan manipulasi matematika; (d) menarik kesimpulan dari pernyataan; (e) memeriksa kesahihansuatu argumen. Menyadari bahwa rendahnya kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik tidak terlepas dari penyelenggaraan proses pembelajaran di kelas. Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses pembelajaran tersebut, salah satunya adalah pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan pendidik yang kreatif dan inovatif dalam memilih model pembelajaran yang mampu memberikan rangsangan agar siswa menjadi aktif, mampu dan berani mengemukakan ide atau gagasan matematisnya, menjelaskan masalah, dan bertukar pikiran dengan teman dan mencari alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Hal tersebut terdapat pada pembelajaran FSLC. Pembelajaran kooperatif tipe FSLC dikembangkan oleh Johnson & Smith pada tahun 1991, dibangun dengan tujuan memodifikasi strategi pembelajaran kooperatif TPS (think-pair-share) (Ledlow, 2001). Perbedaan pembelajaran kooperatif tipe FSLC dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah dalam pembelajaran FSLC peserta didik secara individu tidak sekedar memikirkan jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan oleh pendidik (think) tetapi peserta didik juga harus membuat catatan penyelesaian suatu permasalahan secara individu (formulate). Dan ditahap create peserta didik dapat menggabungkan, mengembangkan dan merumuskan strategi baru secara kreatif dalam mencari solusi dari permasalahan. Pembelajaran kooperatif tipe FSLC merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang memberikan peserta didik kesempatan untuk bekerja dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 peserta didik. Sebelum bekerjasama dengan kelompoknya, terlebih dulu peserta didik diberikan waktu beberapa saat dalam memformulasikan (formulate) atau membuat hipotesis pada permasalahan. Langkah selanjutnya berbagi (share) hasil pemikiran tersebut dengan anggota kelompok, bergantian mendengarkan (listen) hasil pemikiran anggota kelompok, dan merancang (create) kembali jawaban yang paling dianggap benar. Dalam model pembelajaran FSLC peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran di kelas sehingga aktivitas peserta didik lebih menonjol, tercipta suasana nyaman dan menyenangkan untuk belajar. Model pembelajaran FSLC memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, menemukan, mengenali, memecahkan masalah dengan teknik yang berbeda, mengkomunikasikan, sehingga cara berfikir matematis pada peserta didik dilatih dengan baik. Pembelajaran kooperatif tipe FSLC selain memiliki kelebihan yang dimiliki pembelajaran kooperatif tipe TPS, Ledlow (2001: 2) mengatakan bahwa pembelajaran FSLC ini sangat baik bila menggunakan masalah yang sifatnya memiliki beragam cara penyelesaian. Hal ini menunjukkan bahwa kelebihan pembelajaran FSLC juga adalah fleksibilitasnya, karena semua materi pelajaran bisa menggunakan pembelajaran ini dan berbagai jenis persoalan pun dapat digunakan sebagai 2

bahan diskusi termasuk masalah terbuka. Adapun kelemahan model pembelajaran FSLC yaitu penerapan pada proses pembelajaran di dalam kelas membutuhkan waktu yang lama. Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran FSLC pada materi Aritmetika Sosial Peserta didik Kelas VII MTs Surya Buana Malang Tahun Pelajaran 2016/2017, dan yang kedua untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik setelah penerapan model pembelajaran FSLC pada materi Aritmetika Sosial Peserta didik Kelas VII MTs Surya Buana Malang Tahun Pelajaran 2016/2017. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kombinasi (mixed methods) pada tipe Concurrent Embedded Design. Pada penelitian ini, metode kuantitaif sebagai metode primer (bobot lebih tinggi) dan metode kualitatif sebagai metode sekunder (pendukung metode primer). Pemilihan metode ini didasarkan atas pertimbangan peneliti untuk dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes awal (Pretest) dan hasil tes akhir (Postest) kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang dianalisis menggunakan uji-t. Sedangkan data kualitatif berupa data observasi, hasil catatan lapangan, dan hasil wawancara. Analisis data dilapangan dalam penelitian ini menggunakan model Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Ativitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification. Menurut Sugiyono (2015: 415) langkah-langkah penelitian metode campuran menggunakan desain Concurrent Embedded dengan metode kuantitatif sebagai metode primer yaitu: (1) penelitian berangkat dari masalah atau potensi. Setelah masalah dan yang melatarbelakangi dikemukakan dengan fakta, selanjutnya dibuat rumusan masalah; (2) memilih teori yang dapat digunakan untuk memperjelas masalah serta merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian; (3) pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif, selanjutnya dianalisis untuk digabungkan dan dibandingkan. Sehingga dapat ditemukan data kualitatif mana yang memperkuat, memperluas, dan menggugurkan data kuantitatif; (4) data hasil analisis disajikan ke dalam pola, tabel atau grafik kemudian diambil kesimpulan dan saran. Penelitian ini dilakukan di MTs Surya Buana Malang yang beralamatkan Jalan Gajayana IV No. 631, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs Surya Buana Malang. HASIL Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes berupa tes uraian yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk digunakan sebagai instrumen pengumpulan data kuantitatif. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi isi, untuk memperoleh soal tes yang valid. Validasi isi dilakukan oleh ahli yaitu dosen pendidikan matematika UNISMA, praktisi yaitu guru matematika MTs Surya Buana Malang, dan teman sejawat. Sedangkan pengumpulan data kualitatif menggunakan hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator, terdapat lima butir soal yang akan diuji berdasarkan hasil validasi tersebut diperoleh bahwa soal (Pretest-Postest) kemampuan penalaran dan komunikasi matematis sudah valid dan dapat digunakan. Dari lima butir soal tersebut mengukur lima indikator penalaran dan komunikasi matematis, yaitu (a) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram; (b) mengajukan dugaan; (c) melakukan manipulasi matematika; (d) menarik kesimpulan dari pernyataan; (e) memeriksa kesahihan suatu argumen. 3

Tabel 1 Deskripsi Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Peserta didik Statistik Kelas Eksperimen Kontrol Pretest Postes Pretest Postest Jumlah Peserta didik 27 27 28 28 Jumlah total nilai peserta didik 805 2195 1070 2010 Rata-rata 17,22 81,30 38,21 71,79 Simpangan Baku 10,79 16,61 23,18 17,22 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata -rata hasil postest kelas eksperimen sebesar 81,30 artinya peserta didik kelas eksperimen setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) memiliki kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang sangat tinggi, dan rata-rata hasil postest kelas kontrol sebesar 71,79 artinya rata-rata peserta didik kelas kontrol setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional memiliki kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang tinggi. Klasifikasi penilaian tersebut berdasarkan klasifikasi penilaian yang digunakan oleh peneliti sendiri yaitu berdasarkan PAP (Penilaian Aturan Patokan). Klasifikasi penilaian ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Taraf Keberhasilan Nilai Peserta didik Kriteria Kemampuan 80 100 Sangat Tinggi 60 80 Tinggi 40 60 Sedang 20 40 Rendah 0 20 Sangat Rendah (Sumber; Arikunto, 2009: 65) Tabel 3 Deskripsi data Skor Hasil Postest Kemampuan Penalaran dan Komunikasi berdasarkan Indikator Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. 1. Indikator kelas eksperimen kelas kontrol % % menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram 86,11 75,89 2. Mengajukan dugaan 83,33 75,89 3. Melakukan manipulasi matematika 75,92 63,4 4. Menarik kesimpulan dari pernyataan 75 69,64 5. Memeriksa kesahihan suatu argumen 87,96 74,10 Berdasarkan Tabel 3, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari setiap indikator. Pengambilan data kualitatif untuk observasi dan catatan lapangan dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan wawancara dilakukan setelah Postest. Wawancara dilakukan kepada 18 peserta didik. Delapan belas peserta didik tersebut terdiri dari tiga peserta didik berkemampuan tinggi, tiga peserta didik berkemampuan sedang, dan tiga peserta didik berkemampuan rendah baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 4

Hasil observasi kegiatan pendidik dan peserta didik pada kelas kelas eksperimen telah terlaksana dengan sangat baik. Hasil observasi kegiatan pendidik pada kelas kontrol telah terlaksana dengan sangat baik dan pada kegiatan peserta didik terlaksana dengan baik. Dalam kegiatan pembelajaran temuan-temuan pada hasil catatan lapangan pada kelas eksperimen yaitu keadaan kelas kondusif sehingga peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran dan peserta didik lebih aktif di dalam kelas, tetapi karena peserta didik belum terbiasa menggunakan LKPD sehingga sebagian peserta didik merasa bahasa pada LKPD kurang komunikatif. Hasil catatan lapangan pada kelas kontrol yaitu keadaan kelas kurang kondusif sehingga membuat beberapa peserta didik mengantuk, hal ini mengakibatkan peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan kepada pendidik diperoleh bahwa model pembelajaran FSLC menarik sehingga dapat membuat pembelajaran bermakna. Disamping itu terdapat perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol karena kesesuaian kriteria yang dimiliki oleh model pembelajaran FSLC dapat melatih kemampuan penalaran dan komunikasi maematis peserta didik. Hasil wawancara kepada peserta didik yaitu peserta didik kelas eksperimen senang dengan pembelajaran FSLC, karena pembelajarannya menarik dan membuat peserta didik lebih mudah dalam menyelesaikan soal latihan terutama pada soal penalaran dan komunikasi sehingga sebagian besar peserta didik kelas eksperimen tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan tes akhir (Postest). Sedangkan peserta didik kelas kontrol sebagian besar tidak senang jika pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional karena membuat peserta didik mudah mengantuk, peserta didik merasa tidak aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas, serta sebagian besar peserta didik masih merasa kesulitan dalam mengerjakan tes akhir (Postest). Dari hasil data kualitatif, maka dapat disimpulkan bahwa, secara kualitatif model pembelajaran FSLC mendapatkan respon yang baik daripada model pembelajaran konvensional, secara keseluruhan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, model pembelajaran FSLC lebih berpengaruh terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik dibandingkan model pembelajaran konvensional. Jadi hasil penelitian kualitatif juga menunjukkan adanya perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian kualitatif tersebut mendukung, membuktikan dan melengkapi hasil penelitian kuantitatif yang juga menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan nilai sig sebesar 0,034 sehingga H 0 ditolak atau H 1 diterima. Artinya terdapat perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen dengan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik kelas kontrol. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data pretest kemampuan penalaran dan komunikasi matematis diperoleh bahwa kedua kelompok sampel berdistribusi normal, homogen dan tidak ada perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berarti sampel berasal dari keadaan atau kondisi yang sama. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa H 0 ditolak atau H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis antara peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari nilaipostest. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata postest sebesar 81,30 dan pada kelas kontrol nilai rata-rata post-test sebesar 71,79. Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen lebih aktif dalam pembelajaran, serta berdasarkan hasil wawancara peserta didik kelas eksperimen merasa tidak kesulitan dalam mengerjakan postest sedangkan pada kelas kontrol peserta didik merasa kesulitan karena cepat mudah lupa. Perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena kesesuaian karakteristik 5

pembelajaran FSLC yang diajarakan pada kelas eksperimen. Kerjasama kelompok yang baik dapat menghasilkan hasil belajar yang baik pula ini terjadi karena anggota tiap kelompok berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya. Seperti yang diungkapkan oleh Rusyan (dalam Amri, 2010: 86) bahwa kemampuan matematis yang baik akan berkembang bila ada kesiapan belajar peserta didik dimana dengan memberikan peserta didik kesempatan untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan memberikan solusi dalam meningkatkan kemampuan matematisnya. Berdasarkan penelitian secara kualitatif ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga hasil kualitatif dapat mendukung hasil penelitian kuantitatif, hal ini didukung oleh teori mixed method dengan desain Concurrent Embedded bahwa data kuantitatif didukung oleh data kualitatif. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Terdapat perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis antara peserta didik kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran FSLC dengan peserta didik kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari hasil pengujian hipotesis dengan uji Independent Sample t-test menggunakan SPSS 20 diperoleh nilai sig. (2- tailed) = 0,034 yang lebih kecil dari nilai = 0,05 sehingga H 0 ditolak. Hal ini juga terlihat dari nilai rata-rata Postest peserta didik kelas eksperimen sebesar 81,30 lebih tinggi daripada nilai rata-rata Postest peserta didik kelas kontrol sebesar 71,79. Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi, catatan lapangan, dan wawancara bahwa terdapat perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik antara kedua kelas, yaitu kelas eksperimen tidak merasa kesulitan mengerjakan postest karena kesesuaian karakteristik yang terdapat pada model FSLC dapat melatih kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik, sedangkan kelas kontrol masih merasa kesulitan dalam mengerjakan postest karena tidak terdapat pembelajaran bermakna sehingga peserta didik mudah lupa. 2) Kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik kelas kontrol. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu peserta didik kelas eksperimen setelah diajarkan dengan pembelajaran FSLC memiliki kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang sangat tinggi (rata-rata nilai postest antara 80 sampai 100), sedangkan peserta didik kelas kontrol setelah diajarkan dengan pembelajaran konvensional memiliki kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang tinggi (rata-rata nilai postest antara 60 sampai 80). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide-ide dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, khususnya dalam melatih kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik. DAFTAR RUJUKAN Amri, Sofan & Ahmadi, Iif Khoiru. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Effendi, Leo A. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal penelitian Pendidikan, (Online), Vol 13 No. 2 Oktober 2012. (http://jurnal.upi.edu, diakses 10 Oktober 2016). Istiqomah. 2010. Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Pokok Bahasan Segitiga Menggunakan Model Pembelajaran Examples non Examples dengan Penilaian Unjuk Kerja Siswa Kelas VIIC SMP Salahuddin Malang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Islam Malang. 6

Ledlow, Susan. 2001. Using Think-Pair-Share in the Collage Classroom, (Online), (http://kaneb.nd.edu/assets/137953/, diakses 25 Januari 2017). Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Shadiq, Fadjar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: PPPG Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: P4TK. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Research). Bandung: Alfabeta. Sumaji. 2016. Karakteristik Komunikasi Matematis dalam Abdur Rahman As ari dan Edy Bambang Irawan, (Eds). Variasi Konstruk dalam Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. Triastuti, R., M. Asikin, & K. Wijayanti. 2014. Keefektifan Model CIRC Berbasis Joyfull Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Unnes Journal of Mathematics education, (Online), Vol. 3 No. 2 Agustus 2014. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ujme, diakses 17 Juni 2016). 7