I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA DI RESTORAN BEBEK H. SLAMET

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Rumah Makan Pondok Bambu Tirza III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan budaya pada masyarakat menandai berkembangnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis Resto Dahar Melayu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang: Industri restoran dan rumah makan merupakan salah satu industri yang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan sebagai tujuan utama (Kotler, 2012). Tidak terkecuali usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dari waktu ke waktu bisnis di bidang makanan mempunyai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber

2014 STUDI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PRODUK CRISPY BABY FISH DALAM UPAYA MEMPENGARUHI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun

I. PENDAHULUAN. berbagai perubahan perilaku masyarakat, terutama di perkotaan. Salah satu perubahan

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, yang didapat dari mata uang asing yang dikeluarkan oleh wisatawan

Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

I PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peringkat yang paling atas bagi kehidupan suatu organisme, terutama

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu proses dimana pemerintah dan masyarakat tuan rumah berusaha. disingah di tempat, daerah atau negara yang dikunjungi.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Salah satu sumber bahan pangan berasal dari hewani, seperti

Sumber: [11 Februari, 2010]

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyaknya ragam bisnis restoran yang mulai bermunculan yang tersebar di Jawa

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

I. PENDAHULUAN. Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sektor ekonomi dan budaya juga ikut. terpengaruh perubahan kebudayaan juga tidak dapat dihindari,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

Analisis Preferensi, Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Terhadap Hidangan Steak Di Waroeng Steak And Shake Cabang Jatinangor Kabupaten Sumedang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada tiga jenis kebutuhan pokok atau primer manusia, yaitu sandang, pangan dan papan. Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan terhadap makanan dan minuman akan naik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat. Pada tahun 2000 jumlah penduduk telah mencapai 201.524.791 jiwa, sedangkan data tahun 2010 menunjukkan peningkatan mencapai 237.556.363 jiwa (BPS, 2010). Dengan jumlah penduduk yang besar, menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi perkembangan bisnis. Berdasarkan Produk Domestik Bruto Tahun 2009, bisnis yang paling berkembang adalah bisnis di bidang industri pengolahan dengan distribusi 26,2 persen diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan distribusi 16,9 persen. Besarnya Produk Domestik Bruto tahun 2009 berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 No. Lapangan Usaha PDB (Milyar Persentase (%) Rupiah) 1 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 296.369,3 13,61 2 Pertambangan dan penggalian 179.974,9 8,27 3 Industri pengolahan 569.550,8 26,16 4 Listrik, gas dan air bersih 17.059,8 0,78 5 Konstruksi 140.184,2 6,44 6 Perdagangan, hotel dan restoran 367.958,8 16,90 7 Pengangkutan 191.674,0 8,80 8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 208.832,2 9,59 9 Jasa jasa 205.371,5 9,43 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 2.176.975,5 100

Besarnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran ini didukung oleh perubahan gaya hidup masyarakat terutama yang berada di daerah perkotaan. Mobilitas yang tinggi menyebabkan masyarakat melakukan aktivitas di luar rumah, termasuk kemungkinan untuk makan di luar. Tingginya mobilitas juga mengakibatkan semakin meningkatnya penghargaan terhadap waktu dan keinginan serba praktis. Pola konsumsi yang praktis, cepat dan nyaman dapat diperoleh melalui restoran. Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki potensi perkembangan usaha restoran yang cukup baik, dikarenakan Kota Bogor sebagai tempat pariwisata yang dekat dengan Jakarta. Selain itu, Kota Bogor menjadi alternatif tempat tinggal bagi warga yang bekerja di Jakarta. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kota Bogor berjumlah 855.085 jiwa kemudian pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Bogor berjumlah 879.138 jiwa, terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 2,81 persen per tahun. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kota Bogor sebesar 905.132 jiwa pada tahun 2008 meningkat menjadi 942.204 jiwa dengan pertumbuhan sebesar 4,09 persen per tahun. Perkembangan jumlah penduduk Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2004-2008 Tahun Jumlah Penduduk (orang) 2005 855.085 2006 879.138 2007 905.132 2008 942.204 Sumber : BPS Kota Bogor,2009 Seiring meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bogor dan berjalannya era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat. Pola pergerakan tersebut akan mempengaruhi kebiasaan seseorang untuk mengkonsumsi makanan menuju kearah yang lebih baik dan praktis dan menginginkan nilai lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan

fisiologis saja. Pola konsumsi yang praktis, cepat dan nyaman dapat di peroleh melalui restoran. Perkembangan per tahun restoran memiliki nilai yang positif. Kota Bogor mengalami peningkatan jumlah restoran setiap tahunnya. Salah satu restoran yang memiliki potensi untuk berkembang yaitu restoran tradisional. Pada Tabel 3 dapat dilihat perkembangan restoran tradisional meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005, pertumbuhan jumlah restoran tradisional sebesar 5,88 persen. Kemudian pada tahun 2006, pertumbuhan jumlah restoran tradisional mengalami penurunan menjadi 2,78 persen. Pada tahun 2007, pertumbuhan restoran tradisional mengalami peningkatan menjadi 8,11 persen. Berkembangnya usaha jasa boga di Kota Bogor di satu sisi akan memberikan keuntungan bagi konsumen karena banyaknya alternatif pilihan produk yang dapat dipilih. Tetapi disisi lain menimbulkan persaingan antar perusahaan jasa boga tersebut dalam hal pelayanan, makanan, tempat, suasana dan kemudahan untuk merebut para konsumen, sehingga konsumen tidak berpaling ke perusahaan saingannya. Keadaan inilah yang menarik sebuah perusahaan untuk selalu menemukan inovasi agar dapat menarik lebih banyak konsumen. Tabel 3. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Berdasarkan Jenis Hidangan Restoran Berdasarkan jenis hidangan (Persentase) Tahun Indonesia Kontinental Internasional Oriental Tradisional Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 2004 34 26 31 26 34 2005 49 44,12 29 11,54 33 6,45 31 19,23 36 5,88 2006 49 0 43 48,28 38 15,15 36 16,13 37 2,78 2007 53 8,16 46 6,98 45 18,42 43 19,4 40 8,11 Sumber : Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2008 Restoran tradisional terbagi menjadi dua macam yaitu restoran tradisional produk umum yaitu restoran yang menyajikan berbagai macam variasi produk makanan seperti Restoran De leuit, Restoran Gurih7, Restoran Gili-gili, dan Restoran Sariwangi. Sedangkan restoran tradisional produk khusus yaitu restoran yang menyajikan produk khusus seperti, menu khusus bebek. Dikatakan sebagai restoran tradisional produk khusus karena restoran tersebut menyajikan makanan

berasal dari daerah Kartusuro yang memiliki cita rasa tradisional. Saat ini minat konsumen terhadap daging bebek semakin besar dilihat dari semakin banyaknya restoran yang menyajikan menu khusus bebek dan didukung oleh kandungan gizi daging bebek adalah sebagai berikut : kalori 129 kal, protein 20 gram, lemak 5 gram, besi 2 miligram, vitamin B 100 (IU), berbeda agak jauh pada sisi kandungan vitamin B pada daging ayam yang hanya sekitar 30 (IU). Harga daging bebek pun relatif lebih mahal dibandingkan dengan daging ayam. Restoran tradisional yang menyajikan menu khusus daging bebek di Kota Bogor diantaranya, Restoran Bebek Pak Ndut, Bebek Seuhah, dan Restoran Bebek H. Slamet. Restoran Bebek H. Slamet sebagai salah satu restoran yang menyajikan menu khusus daging bebek, sejak pertama kali berdiri hanya menawarkan satu macam menu saja, yaitu bebek goreng dan sambel korek. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknolgi, konsumen menjadi semakin kritis dalam hal keamanan pangan, nilai gizi dan kesehatan. Konsumen juga menjadi semakin peka terhadap harga dan kualitas serta pencarian konsumen akan nilai. Nilai adalah konsep yang sentral peranannya dalam pemasaran. Dalam bisnis jasa boga, salah satu nilai yang diciptakan adalah keragaman menu dan harga yang ditawarkan kepada konsumen. Menu merupakan instrumen penting yang menjadi daya tarik konsumen. Selain menu, harga juga berpengaruh terhadap keinginan konsumen untuk membeli. Dalam memasarkan produknya, perusahaan harus dapat menentukan strategi harga agar dapat berhasil memasarkan produknya. Keputusan konsumen dalam menentukan pilihan pada suatu produk berawal dari adanya persepsi konsumen. Nilai yang baik akan menghasilkan persepsi yang baik, sebaliknya jika nilai yang buruk akan menghasilkan persepsi yang buruk. Hal ini berlaku pada sebuah restoran, apabila strategi pemasaran yang dilakukan oleh pihak manajemen restoran berjalan dengan baik, maka persepsi konsumen terhadap restoran tersebut akan baik. Dalam hal ini, untuk bertahan di tengah persaingan restoran lain, pihak Restoran Bebek H. Slamet cabang Bogor perlu mengetahui bagaimana sikap dan persepsi konsumen dalam mengambil keputusan dalam memilih restoran bebek.

1.2 Perumusan Masalah Peluang usaha rumah makan bebek tampaknya semakin besar seiring peningkatan minat masyarakat menyantap daging bebek. Restoran Bebek H. Slamet yang berlokasi di Jl. Pemuda No.1 merupakan salah satu restoran tradisional yang menyajikan produk khusus daging bebek yang ada di Kota Bogor. Restoran dengan sistem franchise ini telah berdiri selama hampir 2 tahun sejak Oktober 2009. Jalan Pemuda merupakan salah satu kawasan yang dijadikan alternatif untuk tempat makan diluar karena pada kawasan tersebut terdapat banyak rumah makan dan restoran yang menyajikan berbagai hidangan. Banyaknya rumah makan dan restoran yang menyajikan berbagai hidangan, mengakibatkan persaingan usaha boga di lokasi ini tinggi, karena banyaknya pilihan restoran yang ditawarkan kepada konsumen. Selain itu, ada juga restoran yang menyajikan menu bebek yaitu Rahat café yang menyajikan menu bebek bakar. Adapun kompetitor Restoran Bebek H. Slamet dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kompetitor Restoran Bebek H. Slamet No Nama Restoran Menu. 1 Sop Buntut Bang Hadji Sop Buntut 2 RM Tirta Rasa Indonesian food 3 Ayam Taliwang Ayam 4 Pecel Lele Lela Lele goreng, Lele Bakar 5 Soto Karak Soto 6 Martabak Air Mancur Martabak manis, Martabak telur 7 Bebek Pak Ndut Bebek goreng, bebek sangan 8 Soto Bang Ali Soto 9 Burganni Burger 10 Warung Steak & Shake Steak 11 Sop Kambing Bang Kumis Sate Kambing, Sop Kambing 12 Bakso Cinta Bakso 13 Rahat cafe Bebek bakar, ayam bakar, sop buntut 14 RM Rindu Bogor Indonesian food 15 Yunsin Mie

Restoran Bebek H. Slamet adalah restoran tradisional yang hanya menyajikan satu macam variasi menu bebek saja yaitu bebek goreng beserta sambal korek. Ketidakberagaman menu yang dimiliki oleh Restoran Bebek H. Slamet membuat pilihan konsumen menjadi terbatas dan tidak semua konsumen yang datang ke Restoran Bebek H. Slamet menyukai daging bebek. Selain itu, daging bebek memiliki harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan daging ayam. Restoran yang dianggap pesaing Restoran Bebek H. Slamet yaitu Restoran Bebek Pak Ndut, dan Restoran Bebek Seuhah. Namun apabila dilihat dari kedekatan lokasi, Restoran Bebek Pak Ndut merupakan pesaing utama Restoran Bebek H Slamet karena jarak antara Restoran Bebek H. Slamet dan Restoran Bebek Pak Ndut hanya berjarak 50 meter. Selain itu, restoran tersebut menyajikan menu yang hampir sama dengan Restoran Bebek H. Slamet yaitu bebek goreng dan sambal korek. Akan tetapi, Restoran Bebek Pak Ndut menyajikan menu yang lebih beragam diantaranya bebek original, bebek ijo, bebek sangan, ayam original, ayam ijo dan ayam sangan. Berbeda dengan Restoran Bebek H. Slamet yang hanya menyajikan satu macam menu saja, yaitu Bebek goreng dan sambal korek. Oleh karena itu, pihak pengelola Restoran Bebek H. Slamet perlu memahami sikap, persepsi konsumen dan positioning untuk mengetahui posisi relatif Restoran Bebek H. Slamet terhadap Restoran Bebek Pak Ndut, serta rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen tehadap harga bebek di Restoran Bebek H. Slamet. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sikap, persepsi konsumen dan positioning terhadap Restoran Bebek H. Slamet? 2. Berapa rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen terhadap harga bebek goreng di Restoran Bebek H. Slamet?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi sikap, persepsi konsumen dan positioning terhadap Restoran Bebek H. Slamet. 2. Menganalisis sensitivitas harga terhadap harga bebek goreng di Restoran Bebek H. Slamet. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Bagi pengusaha restoran, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka pengembangan restoran Bebek H. Slamet yang berkelanjutan. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber literatur dan perbandingan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya 3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan wadah pelatihan dalam teori-teori serta aplikasi konsep-konsep ilmu yang diperoleh dalam bangku perkuliahan. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian. Penelitian yang dilakukan memiliki ruang lingkup dan keterbatasanketerbatasan, yaitu : 1. Lokasi penelitian dilakukan di Restoran Bebek H. Slamet Jl. Pemuda No. 1, Kota Bogor 2. Objek penelitian adalah pengunjung Restoran Bebek H. Slamet yang selanjutnya disebut sebagai responden. 3. Responden tersebut merupakan individu-individu yang berusia di atas 17 tahun dan pernah melakukan pembelian di Restoran Bebek H. Slamet dan Restoran Bebek Pak Ndut. 4. Sensitivitas harga adalah nilai relevan terhadap suatu produk yang ditawarkan.