LAPORAN KOMUDA BLOK 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

PENCAPAIAN PROGRAM PHBS DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO PALEMBANG TAHUN 2007

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

Pemberian nilai untuk I yaitu : Nilai 5 : Sangat penting Nilai 4 : Penting NIlai 3 : Agak penting Nilai 2 : Kurang penting Nilai 1 : Tidak penting

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN TEORITIS

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

CATATAN HASIL KEGIATAN KESATUAN GERAK PKK-KKB-KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

Transkripsi:

LAPORAN KOMUDA BLOK 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Disusun oleh : Nama : Aswan Subakja PH NIM : 20090340045 Kelompok : 4 Dosen Pembimbing : drg. Nyka Dwi Febria \ PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 i

ii Halaman Pengesahan Laporan Komuda Blok 19 SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Di susun oleh : Nama : Aswan Subakja PH NIM : 20090340045 Yogyakarta,05 Oktober 2012 Di setujui oleh : Dosen Pembimbing : (drg. Nyka Dwi Febria) Mengetahui Koordinator KOMUDA Blok 19 Penanggung Jawab Blok 19 (drg. Laelia Anggraini, Sp. KGA) (drg. Sri Utami)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL...iv BAB I I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Sasaran Survei..3 C. Tujuan Survei... 3 II. METODE SURVEI A. Lokasi dan Populasi... 5. B. Pengambilan Sampel... 5. C. Pengumpulan Data... 6. D. Pelaksanaan Survei... 6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)... 6. B. Survei Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut... 9 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 11 B. Saran... 12

iv BAB II. RENCANA PEMECAHAN MASALAH I. PENDAHULUAN... 13 II. MENENTUAN PRIORITAS MASALAH... 14 III. PENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR A. Penyusunan Alternatif Jalan Keluar... 17 B. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar... 18 IV. RENCANA PEMECAHAN MASALAH A. Asumsi Perencanaan... 21 B. Strategi Pendekatan... 21 C. Kelompok Sasaran... 21 D. Tempat... 21 E. Waktu... 21 F. Biaya... 21 G. Organisasi dan Tenaga Pelaksana... 22 H. Metode Penelitian 22 BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 23. B. Saran... 24 Daftar Pustaka... Lampiran

BAB 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara itu, derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan tetapi yang lebih dominan dari hal tersebut adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Permenkes, 2011). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan menciptakan lingkungan sehat. Oleh karena itu, kesehatan perlu kita jaga, pelihara dan tingkatkan serta diperjuangkan oleh semua pihak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1193/MENKES/SK/X/2004, ditetapkan Visi Nasional dari promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat yaitu perilaki hidup bersih dan sehat 2010). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang diaplikasikan atas dasar kesadaran yang merupakan hasil dari pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Program PHBS ini telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (dulu bernama Departemen Kesehatan) sejak tahun 1996 (Permenkes, 2011). Sehingga PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) tahun 2007 mengungkapkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktikan PHBS baru mencapai 38,7 %. Oleh sebab itu, Rencana Strategi (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 2014 mencantumkan target 70 1

2 rumah tangga sudah mempraktikan PHBS pada tahun 2014. Hal ini jelas menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan PHBS. Di dalam PHBS terdapat 5 tatanan yang termuat didalamnya, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum. Dari tiap-tiap tatanan tersebut memiliki pengaruh yang saling berhubungan, sehingga, di tiap tatanan diperlukan pengelolahan menajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan atau pembinaan sampai dengan pemantauan dan penilaian (Permenkes 2011). Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Menurut Depkes tahun 2009, Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI 3. Menimbang balita setiap bulan 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

3 10. Tidak merokok di dalam rumah B. Sasaran Survei Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan khususnya di daerah kelurahan suryatmajan dusun cokrodirjan. dan terbagi dalam 3 hal pokok yaitu (Permenkes, 2011) : 1. Sasaran primer Sasaran primer adalah sasaran utama dalam suatu rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah. 2. Sasaran sekunder Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya : kepala keluarga, ibu, orang tua, dan tokoh keluarga, 3. Sasaran tersier Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya : kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas, tokoh masyarakat, dan lain-lain. C. Tujuan Survei Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011, di dapat tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum : Meningkatkan PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas. Yang dimana akan menjadi acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga

4 berperilaku hidup bersih dan sehat secara bertahap dan berkesinambungan menuju Kabupaten/Kota Sehat. 2. Tujuan Khusus a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/Kota sebagai percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. b. Meningkatkan peran serta organisasi masyarakat atau kelompok potensial. c. Meningkatkan akses informasi dan edukasi kepada masyarakat di tiap tatanan. d. Terlaksananya pengembangan Kabupaten/Kota percontohan program PHBS. e. Memperkuat gerakan dan peran serta masyarakat melalui PHBS di tiap tatanan. f. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. g. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat. Adapun tujuan dari sasaran survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu: 1. Mahasiswa a. Mengetahui cara melakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga. b. Melakukan evaluasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di wilayah Dusun Gemblakan Bawah, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta. c. Merencanakan suatu pemecahan masalah untuk mengatasi masalah yang ada di wilayah Dusun Gemblakan Bawah, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta.

5 2. Individu dan Keluarga a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik langsung maupun media massa. b. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. c. Memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga atau rumah tangga sehat. d. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarga. e. Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan. 3. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum. a. Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan b. Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat. II. Metode Survei A. Lokasi dan Populasi Lokasi : Kabupaten Yogyakarta, Kecamatan Danurejan, Kelurahan Suryatmajan, Dusun Gembloan bawah, RW 7. Populasi : Masyarakat yang berada di Dusun Gembloan bawah. B. Pengambilan Sampel Sampel dalam survei PHBS dan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ini dilakuakan secara random sampling, dipilih secara acak 3 keluarga dalam suatu kelurahan di kota Yogyakarta, pada survey kali ini pada dusun Gembloan bawah RW 7. Sedangkan untuk DMFT yaitu dengan mengambil perwakilan 1 anggota keluarga secara random dari 3 kepala keluarga tersebut.

6 C. Pengumpulan Data Pengumpulan data survei PHBS ini dilakukan dengan cara wawancara langsung pada kepala keluarga atau salah satu perwakilan keluarga dan dengan menggunakan kuisioner yang di isi oleh salah satu perwakilan di tiap keluarganya. D. Pelaksanan Survei Survei PHBS ini dilakukan pada : Hari, Tanggal : Kamis, 4 Oktober 2012 Waktu : 08.00 11.00 WIB III. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. HASIL A. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur Jumlah % Jumlah % 0-5 tahun - - 1 6-15 tahun - - - 16-45 tahun 2 28,57 % 1 46-60 tahun 1 14,28 % 2 >60 tahun - - - 14,28 % - 14,28 % 28,57 % - Keterangan : Proporsi jumlah perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

7 Tabel 2. Data sosial ekonomi sampel. No Mata pencaharian Jumlah 1 Karyawan Swasta 2 2 Wiraswasta 1 3 Tunakarya / Tidak Bekerja 4 4 PNS 0 % 28,57% 14,28% 57,14 0 Keterangan : Proporsi paling besar untuk data sosial ekonomi adalah Tunakarya atau tidak bekerja, yaitu 57,14%. Hal ini desebabkan karena di dominasi oleh Ibu rumah tangga. Tabel 3. Data sosial budaya sampel. No Tingkat pendidikan Jumlah 1 SD 1 2 SMP 2 3 SMA / SMK 3 4 Tidak Sekolah 1 % 14,28% 28,57% 42,85% 14,28% Keterangan : Proporsi anggota keluarga yang memiliki pendidikan terakhir yang paling banyak adalah SMA.

8 Tabel 4. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Dengan Pokok Permasalahan No Pokok permasalahan Keluarga 1 Kesehatan umum YA % Tidak % Tidak merokok 2 66,67% 1 33,33% Sarapan pagi 2 66,67% 1 33,33% Dana Sehat 0-3 100% Cuci tangan 3 100% 0 - Sikat gigi sebelum tidur 0-3 100% 2 Kesehatan Lingkungan Penduduk menggunakan jamban 3 100% 0 - Penduduk menggunakan sarana air bersih Terdapat tempat pembuangan sampah Terdapat SPAL ( Sistem Pembuangan Air Limbah) 3 100% 0-3 100% 0-1 33,33% 2 66,67% Kepadatan penduduk 0-3 100%

9 B. Survei pengetahuan kasehatan gigi dan mulut Tabel 5. Frekuensi menyikat gigi responden per hari No 1 Frekuensi Menyikat gigi Tidak pernah Kelompok umur (tahun) 6-15 >60 16-45 (n=1) 46-60 (n=2) (n= ) (n= ) % % % % - - - - - - - - 2 Satu kali - - - - - - - - 3 Dua kali - - 1 33,33% 2 66,67% - - 4 Tiga kali - - - - - - - - Keterangan : Prosentase menyikat gigi responden paling banyak adalah 2 kali, dan kelompok umur 46-60 tahun yaiu sebesar 100% dan 66,67% Tabel 6. Pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dan mulut. Kondisi No 1 2 Jenis masalah Pernah mendapatkan perawatan gigi Merasakan kelainan pada gigi dan mulut Ya tidak Tidak tahu % % % 2 66,67% 1 33,33% - - - - 3 100% - -

10 3 Melakukan perawatan gigi di puskesmas - - 3 100% - - Keterangan : proporsi dari tabel diatas bahwa terdapat 2 responden pernah mendapatkan perawatan gigi, dan untuk sekarang tidak ada yang mengalami kelainan. Sedangkan utuk melakukan perawatan gigi di puskesmas tidak ada, karena responden melakukan perawatan pada klinik. Tabel 7. Tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut. Umur 6-15 n(0) 16-45(1) 46-60(2) Tingkat pengetahuan % % % Rendah (0-4) - - - - 1 33,33% - Sedang (5-8) - - 1 33,33% 1 33,33% - Tinggi (>9) - - - - - - - >60 % - - - Keterangan : proporsi untuk tingkat pengetahuan, paling bnyak adalah pada level sedang, dengan skala umur 16-45 tahun dan 46-60 tahun.

11 Tabel 8. Tingkat kepercayaan responden tentang kesgilut. Kondisi No 1 2 Jenis masalah Percaya gigi bisa dipertahankan sampai tua Percaya pencabutan gigi menyebabkan kebutaan Ya tidak Tidak tahu % % % 2 66,67% 1 33,33% - - 2 66,67% 1 33,33% - - Keterangan: Responden yang percaya bahwa gigi dapat dipertahankan sampai tua adalah 2 orang dan untuk percaya pencabutan gigi dapat menyebabkan kebutaan adalah 2 orang. 2. Pembahasan Berdasarkan dari hasil survei PHBS diatas disebutkan bahwa perilaku hidup bersih pada tatanan rumah tangga sudah mencakup 8 dari 10 indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang ditujukan pada tatanan rumah tangga. Dari seluruh anggota keluarga yang berjumlah 7 anggota keluarga (keluarga Ibu Dariem sebanyak 3 anggota keluarga, keluarga Bapak Muhsiran sebanyak 2 anggota keluarga dan keluarga Bapak Budi riyanto sebanyak 3 anggota keluarga. Berdasarkan dari hasil survei PHBS dalam tatanan rumah tangga berdasarkan tabel 3 dan tabel 7 yang sangat berakitan tentang tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan disebutkan bahwa Kepala Keluarga yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 42,85% lebih tinggi tingkat pengetahuannya dibandingkan dengan Kepala Keluarga yang

12 memiliki pendidikan terakhir lainnya. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan setiap keluarga dapat mempengaruhi seseorang dalam mencerna informasi dan memperoleh pengetahuan dalam menerapkan hidup sehat. Tingkat pengetahuan tentang kesehaan gigi dan mulut dapat dikategorikan sedang sebanyak 66,66% dan kategori rendah sebanyak 33,33%. Menurut proporsi tentang tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut telah terlihat bahwa keluarga yang telah dipilih sebagai responden mengerti tentang resiko terjadinya penyakit, penyebabnya timbulnya penyakit, apa yang terjadi jika penyakit tersebut tidak disembuhkan, serta pencegahan yang dilakukan sebelum penyakit gigi dan mulut yaitu dengan cara menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari. Pengetahuan tentang kondisi gigi, seperti halnya mempercayai bahwa gigi dapat dipertahankan hingga tua sebanyak 66,66% dan pencabutan gigi tidak dapat menyebabkan kebutaan 66,66%. Berdasarkan hasil survei PHBS dalam tatanan rumah tangga dan berdasarkan tabel 2 tentang sosial ekonomi disebutkan bahwa Wiraswasta sebanyak 14,28%, Karyawan Swasta sebanyak 28,57%, dan Tunakarya sebanyak 57,14%. Kepala Keluarga yang memiliki mata pencaharian Karyawan Swasta lebih kooperatif karena dapat terlihat dari hasil wawancara bahwa pada saat menanggapi pertanyaan dan informasi sangat mengerti akan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat. Sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju hidup bersih dan sehat, karena pendapatan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sangat berpengaruh dalam keadaan sehat seseorang. Keadaan gizi seseorang dan sanitasi lingkungan yang bersih sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat seseorang. Menurut hasil survei PHBS tentang kesehatan umum dan kesehatan lingkungan disebutkan bahwa ada 8 indikator yang dilakukan hampir 100%. Pada kesehatan umum, survei penduduk yang proporsi jumlah penduduk yang tidak sikat gigi sebelum tidur dan mengikuti dana sehat yaitu 3 KK, hal ini lebih besar jumlahnya dibandingkan indicator

13 yang lain. Untuk kesehatan lingkungan semua indicator telah dilakukan oleh ke tiga keluarga tersebut.. IV. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Menurut hasil survei PHBS sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Dari 10 indikator PHBS rumah tangga. ada 6 indikator yang dilakukan, 100% menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih telah dilakukan oleh anggota keluarga tersebut. Menurut survei tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap responden terdapat 66,67 % yang memiliki kategori tingkat pengetahuan sedang dan 33,33 % memiliki kategori tingkat pengetahuan rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin mudah mendapatkan informasi untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat karena dalam mencerna dan memahami informasi akan kesadaran perilaku hidup bersih sangatlah penting. 2. Saran a. Bagi Masyarakat 1. Masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada lingkungan sekitar agar tercapai 10 indikator dari PHBS tersebut. 2. Masyarakat diharapkan menjaga kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. b. Bagi Puskesmas Meningkatkan promosi kesehatan dalam bidang PHBS serta kesehatan gigi dan mulut sehingga masyarakat lebih paham pentingnya kesehatan dan menciptakan hidup bersih.

14 BAB II I. Pendahuluan Menurut Azrul Azwar 1996, dalam menentukan prioritas masalah ditentukan oleh beberapa kriteria yang digunakan, criteria yang dimaksud yaitu : 1. I (Importancy) adalah pentingnya suatu masalah, terdiri dari beberapa komponen yaitu : a. P (Pravelence) adalah besarnya masalah b. S (Severity) adalah akibat yang ditimbulkan c. RI (Rate of increase) adalah kenaikan besarnya masalah d. DU (Degree of unmeet need) adalah derajat keinginan masalah yang tidak terpenuhi e. SB (Social benefit) adalah keuntungan social karena terselesaikannya masalah. f. PB (Public concern) adalah rasa prihatin masyarakat terhadap masalah g. PC (Public climate) adalah suasana politik 2. T (Technical feasibility) adalah kelayakan teknologi yang tersedia 3. R (Resources availability) adalah sumber daya yang tersedia.

15 II. Menentukan Prioritas Masalah Tabel 9. Matriks permasalahan kesehatan Umum Dengan Parameter I N Daftar T R P S RI DU SB PB PC o masalah 1 Merokok 1 3 3 2 3 2 2 2 2 IXTXR 864 2 Tidak sarapan pagi 1 2 2 2 2 2 1 2 2 128 3 Tidak memiliki Dana Sehat 3 2 2 1 2 2 2 2 1 192 4 Tidak sikat gigi sebelum tidur 2 3 3 3 3 2 1 2 2 1296 5 Tidak mencuci tangan 1 3 3 2 3 2 1 2 2 432 Keterangan: I. Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang kurang penting II. Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang agak penting III. Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang penting IV. Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang sangat penting V. Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang sangat penting sekali

16 Tabel 10. Matriks Permasalahan Kesehatan Lingkungan dengan Parameter No Daftar masalah I T R P S RI DU SB PB PC IXTXR Penduduk 1 tidak menggunakan 1 3 3 1 2 1 1 2 2 72 jamban Penduduk 2 tidak menggunakan 1 3 2 1 2 1 2 2 2 96 sarana air bersih Tidak terdapat 3 tempat pembuangan 1 3 2 1 2 1 1 2 2 48 sampah Tidak terdapat 4 SPAL (Sistem Pembuangan 1 3 2 2 2 2 2 2 2 384 Air Limbah) 5 Kepadatan penduduk 1 2 3 2 1 1 1 1 1 12

17 Keterangan: I. Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang kurang penting II. Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang agak penting III. Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang penting IV. Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang sangat penting V. Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang sangat penting sekali Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah yang ada adalah : 1. Kesehatan Umum berupa masalah sikat gigi sebelum tidur. 2. Kesehatan Lingkungan berupa tidak adanya sistem pembuangan limbah (SPAL)

18 III. PENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR A. Penentuan Alternatif Jalan Keluar Tabel 11. Alternatif Jalan Keluar Kesehatan Umum Masalah Penyebab Timbulnya Masalah Aternatif Jalan Keluar Sikat gigi sebelum tidur 1. Kurangnya pengetahuan kesehatan gigi dan mulut (khususnya dalam menyikat gigi) 2. Kurangnya kesadaran atas kesehatan gigi 3. Persepsi yang salah, tentang menyikat gigi 1. Penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya tentang menyikat gigi) 2. Mencoba melakukan pendekatan di lingkungan sekitar 3. Memberikan edukasi yang benar tentang persepsi atau pola pikir yang salah terhadap menyikat gigi Tabel 12. Alternative Jalan Keluar Kesehatan Lingkungan Masalah Tidak terdapat SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah) Penyebab Timbulnya Masalah 1. Kurangnya informasi tentang SPAL 2. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembuatan SPAL Alternative Jalan Keluar 1. Penyuluhan informasi tentang SPAL 2. Bergotong royong dalam pembuatan SPAL terpadu

19 3. Kurangnya lahan untuk pembuatan SPAL 3. Penyedotan air limbah secara berkesinambungan B. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar Tabel 13. Prioritas alternative jalan keluar kesehatan umum No Daftar Alternative Jalan keluar Efektivitas efisiensi Jumlah M x I x V M I V C C 1 Penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya menyikat gigi) 5 4 4 2 40 2 Melakukan pendekatan pada orang tua dan anak dan lingkungan sekitar 3 Memberikan edukasi yang benar tentang persepsi atau pola pikir yang salah terhadap menyikat gigi 4 3 3 3 4 3 3 2 12 18 Keterangan : Magnitute (M) : besarnya masalah yang dapat diatasi. Importancy (I) : pentingnya jalan keluar. Venerability (V) : seberapa cepat masalah dapat diselesaikan. Cost (C) : biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah.

20 Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang paling tidak efektif / paling tidak efisien Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang tidak efektif / tidak efisien Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang cukup efektif / cukup efisien Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang efektif / efisien Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang paling efektif / efisien Tabel 14. Prioritas alternative jalan keluar kesehatan lingkungan No Dafter alternative jalan keluar Efektivitas Efisiensi Jumlah M x I x V M I V C C 1 Penyuluhan informasi tentang SPAL 5 4 4 2 2 Bergotong royong dalam pembuatan SPAL terpadu 4 3 3 3 3 Penyedotan air limbah secara berkesinambungan 4 4 2 4 40 12 8 Keterangan : Magnitute (M) : besarnya masalah yang dapat diatasi. Importancy (I) : pentingnya jalan keluar. Venerability (V) : seberapa cepat masalah dapat diselesaikan. Cost (C) : biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah.

21 Nilai 1 : untuk kriteria masalah yang paling tidak efektif / paling tidak efisien Nilai 2 : untuk kriteria masalah yang tidak efektif / tidak efisien Nilai 3 : untuk kriteria masalah yang cukup efektif / cukup efisien Nilai 4 : untuk kriteria masalah yang efektif / efisien Nilai 5 : untuk kriteria masalah yang paling efektif / efisien

22 I. RENCANA PEMECAHAN MASALAH A. Asumsi perencanaan 1. Positif : warga dusun gemblakan bawah kooperatif, biaya pelaksanaan prioritas jalan keluar yang dibutuhkan mencukupi dan tidak melebihi kapasitas. 2. Negatif : kurangnya SDM dalam melakukan penyuluhan, sarana dan prasarana kurang memadai serta padatnya penduduk. B. Strategi Pendekatan 1. Pendekatan secara langsung dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat. 2. Melakukan pendekatan secara tidak langsung kepada para kepala keluarga agar dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya. 3. Dilakukan evaluasi secara rutin setelah dilakukan penyuluhan agar mengetahui keefektifan dari hasil penyuluhan. C. Kelompok sasaran : individu dan komunitas di dusun gemblakan bawah. D. Tempat : mengumpulkan seluruh warga yang berada di lingkungan sekitar untuk berkumpul ke kantor kelurahan agar mendapat penyuluhan secara efektif. E. Waktu : dilaksanakan pada hari minggu atau pada saat semua warga berada di lingkungan sekitar. F. Biaya : Rp 400.000 X 1 kali dalam sebulan X 6 bulan = Rp 2.400.000

23 G. Organisasi dan Tenaga Pelaksana : puskesmas dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan bekerjasama dengan kecamatan danurejan dibantu relawan untuk memberikan penyuluhan. H. Metode penelitian dan kriteria keberhasilan : metode penelitian yang dilakukan adalah survey secara randomisasi pada 3 kepala keluarga dan observasi. Kriteria keberhasilannya adalah jika terjadi peningkatan angka presentasi jumlah warga yang menggosok gigi sebelum tidur dan SPAL secara baik.

24 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Hidup sehat dimulai dari diri sendiri sehingga akan menyebar ke keluarga dan lingkungan sekitar menjadikan kehidupan yang lebih sehat dan tercapainya perubahan perilaku kesehatan. 2. Dari surevei PHBS dapat diketahui masalah yang banyak terjadi dimasyarakat sehingga dapat dicari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. 3. Permasalahan utama pada kesehatan umum adalah menggosok gigi sebelum tidur dan prioritas jalan keluarnya adalah dengan penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya tentang menyikat gigi). 4. Permasalahan utama pada kesehatan lingkungan terletak pada sistem pembuangan air limbah (SPAL) dengan prioritas jalan keluarnya berupa pemberian penyuluhan informasi tentang sistem pembuangan air limbah (SPAL), bersama-sama mengajak warga untuk bergotong royong membuat SPAL terpadu, melakukan penyedotan air limbah secara berkesinambungan. 5. Kepedulian warga terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang sehingga perlu melakukan edukasi kepada warga untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

25 B. SARAN 1. Penyuluhan terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu ditingkatkan. 2. Pemerintah lebih berperan aktif dalam memantau jalannya program promosi kesehatan. 3. Pemerintah lebih berperan aktif dalam mensosialisasikan pentingnya asuransi kesehatan. 4. Seluruh warga diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam upaya mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

26 Daftar Pustaka Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Visi Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta Prof. DR. Azrul Azwar M.P.H, 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan, BINARUPA AKSARA, Tangerang Sadaya, P.2010 10 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga. Diakses tanggal 5 Oktober 2012, dari : http://www.puskel.com/10-indikator-phbs-tatanan-rumah -tangga/ Peraturan Menteri Kesehatan, 2011. Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta