BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : asma,

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kerusakannya (WHO, 2016). Sebagai penyebab utama disabilitas jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat


BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronik (asma dan penyakit paru obstruksi kronik), dan diabetes (Riskesdas, 2013). Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronik, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes (Kemenkes RI, 2012). Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, 1

peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030. Pada negara-negara menengah dan miskin, PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang dan disability (disability adjusted life years = DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi (Kemenkes, 2012). Indonesia telah mengikuti kecenderungan negara di dunia dalam hal beban penyakit tidak menular (PTM) dan proporsi angka kematian PTM sebagaimana ditunjukkan dengan peningkatan tajam dari 41,7 persen di tahun 1995 menjadi 59,5 persen di tahun 2007. Penyakit tidak menular ini meliputi penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes dan penyakit pernapasan kronik. Penyakit jantung dan pembuluh darah telah menempati urutan teratas sebagai penyebab utama kematian di Indonesia, dengan 26,9 persen kematian disebabkan stroke (Kemenkes, 2011). Menurut Riskesdas (2013) pada kasus rawat inap, proporsi penyakit terhadap total pasien keluar hidup dan mati (rawat inap) dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat inap yang terbanyak adalah penyakit tidak menular, kemudian penyakit menular, cedera dan yang terakhir adalah penyakit maternal dan perinatal. 2

Menurut WHO (2011) faktor risiko umum PTM adalah pola konsumsi makanan yang tidak sehat (unhealthy diet), kurangnya aktivitas fisik (physical inactivity), merokok dan konsumsi alkohol, polusi udara, usia dan hereditas. Sedangkan faktor risiko antara (intermediate risk factors) adalah meningkatnya gula darah, hipertensi, kadar lemak darah melebihi normal, kegemukan dan obesitas. Beberapa faktor penentu yang mendasari (underlying determinant) adalah globalisasi, urbanisasi, penduduk usia lanjut dan social determinant. Secara umum, pasien dengan PTM ini bisa disertai dengan anemia. Beberapa penyakit tidak menular yang dapat disertai dengan anemia adalah penyakit jantung (Drakos et al., 2009), stroke (Disco, 2012), diabetes mellitus (Mehdi and Toto, 2009), ginjal (Macdougall, 2007), dan kanker (Kar, 2005). Prevalensi anemia meningkat hingga 10 kali lipat pada pasien diabetes dengan CKD dan gagal jantung (Marathias et al., 2004, Mohanram et al., 2008 dalam penelitian Mehdi and Toto, 2009). Salah satu penyebab terjadinya anemia pada PTM ialah kekurangan gizi. Menurut Drakos et al. (2009) anemia pada Heart Failure disebabkan oleh kekurangan zat besi. Menurut Witte et al. (2004) defisiensi zat besi dapat terjadi karena asupan zat besi yang tidak cukup akibat malabsorpsi gastrointestinal dan kehilangan darah akibat penggunaan profilaksis aspirin dan uremic gastritis. Menurut Disco (2012) pada pasien stroke juga sering ditemui kejadian anemia. Anemia pada pasien stroke di rumah sakit dapat disebabkan oleh kekurangan zat besi atau zat gizi lain dan adanya penyakit kronik lain. Pada pasien CKD juga bisa ditemukan kejadian anemia. Menurut 3

Somvanish (2012) hal tersebut mungkin disebabkan oleh defisiensi besi atau terhambatnya erythropoiesis akibat defisiensi gizi. Menurut Almatsier (2009) penyebab dari anemia gizi adalah kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6), yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan stabilitas membran sel darah merah. Selain itu, anemia gizi juga bisa dipengaruhi oleh zat penghambat penyerapan zat gizi seperti yang diungkapkan oleh Arisman (2010) yang menyatakan bahwa serapan zat besi akan semakin rendah jika mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti kopi dan teh. PTM yang disertai anemia dapat memberikan dampak buruk bagi penderitanya, seperti pendapat yang dinyatakan oleh Drakos et al. (2009), dimana anemia merupakan prediktor independen yang kuat penyebab peningkatan kematian dan rawat inap pada pasien dengan gagal jantung. Selain itu, pasien dengan anemia juga dapat berisiko mengalami rawat inap ulang. Menurut Lim et al. (2012) pasien dengan malnutrisi memiliki lama rawat inap yang lebih panjang dan cenderung akan kembali dirawat di rumah sakit setelah 15 hari keluar dari rumah sakit. Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang harus segera ditangani. Penyakit kanker, liver, jantung, dan stroke dilaporkan memiliki riwayat rawat inap berulang. Menurut Setoghuci et al. (2007) rawat inap pada pasien dengan gagal jantung merupakan prediktor yang kuat penyebab kematian. Pasien akan bertahan 4

2,4 tahun setelah rawat inap yang pertama, kemudian 1,4 tahun pada rawat inap yang kedua, lalu 1 tahun pada rawat inap yang ketiga, dan semakin menurun menjadi 6 bulan pada rawat inap yang keempat. Untuk menurunkan angka kematian akibat PTM atau akibat rawat inap ulang dari PTM, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menanggulangi anemia pada pasien PTM paska rawat inap. Dimana pasien paska rawat inap memiliki kecederungan untuk tidak memperhatikan pola konsumsi makannya, sehingga lebih rentan mengalami malnutrisi (anemia). Langkah yang bisa digunakan untuk mencegah terjadinya anemia adalah dengan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia seperti asupan gizi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara asupan gizi (protein, zat besi, dan vitamin C), konsumsi suplemen, dan konsumsi teh dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah yaitu apakah terdapat hubungan antara asupan gizi (protein, zat besi, dan vitamin C), konsumsi suplemen, dan konsumsi teh dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap? 5

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi (protein, zat besi, dan vitamin C), konsumsi suplemen, dan konsumsi teh dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara asupan protein dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap b. Mengetahui hubungan antara asupan Fe dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap c. Mengetahui hubungan antara asupan vitamin C dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap d. Mengetahui hubungan antara konsumsi suplemen (suplemen tambah darah dan suplemen vitamin C) dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap e. Mengetahui hubungan antara konsumsi teh dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan mengenai hubungan antara asupan gizi (protein, zat besi, dan vitamin C), konsumsi suplemen, dan konsumsi teh dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap. 6

2. Bagi Masyarakat Sebagai sumber informasi khususnya bagi masyarakat yang tinggal bersama pasien PTM untuk rutin mengonsumsi makanan yang mengandung gizi (protein, zat besi, dan vitamin C), mengonsumsi suplemen (suplemen vitamin C dan suplemen tambah darah) serta membatasi konsumsi teh. 3. Bagi Pemerintah Sebagai bahan informasi dalam penyusunan program penurunan angka kematian akibat PTM yang didasarkan pada upaya penanggulangan anema pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap. 1. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah 1. Groenveld et al. (2008) melakukan penelitian yang berjudul Anemia and Mortality in Heart Failure Patients. Hasil dari penelitian ini adalah dari 153.180 pasien CHF, 37,2% diantaranya anemia. Setelah dilakukan follow up selama 6 bulan. 46,8% pasien anemia meninggal dibandingkan dengan 29,5% pasien yang tidak anemia. Resiko kematian kasar dari anemia memiliki odds ratio 1,96 (CI 95% : 1,74 2,21, p < 0,001). Rendahnya nilai hemoglobin dihubungkan dengan peningkatan Crude Mortality Rates (r=-0,396, p =0,025). Tidak ada hubungan yang signifikan antara kematian dengan anemia pada CHF sistolik atau diastolik. Perbedaan penelitian ini adalah rancangan penelitian, variabel terikat, variabel bebas, sampel penelitian. 7

2. Nanas et al. (2006) melakukan penelitian yang berjudul Etiology of Anemia in Patients with Advanced Heart Failure. Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata usia pada 37 pasien adalah 57,9±10,9 tahun dan ratarata dari left ventricular ejection fraction adalah 22,5±5,9%. Anemia akibat defisiensi besi yang dikonfirmasi dengan sumsum tulang belakang sebanyak 27 pasien (73%), 2 pasien (5,4%) mengalami anemia akibat delusi (pengenceran), dan 1 pasien (2,7%) mengalami anemia akibat obat yang berhubungan dengan kejadian anemia. Tidak ada penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi pada 7 pasien (18,9%) yang dipertimbangkan mengalami anemia penyakit kronik. Serum feritrin untuk pasien anemia defisiensi besi bukan penanda yang baik. Persamaan dengan penelitian ini adalah rancangan penenlitan. Perbedaannya adalah sampel penelitian, lokasi penelitian. 3. Libre et al. (2010) melakukan penelitian yang berjudul Prevalence of stroke and Associated Risk Factors in Older Adults in Havana City and Matnzas Provinces, Cuba (10/66 Population-Based Study). Hasil dari penelitian ini adalah prevalensi stroke adalah 7,8 % (95% CI 6,9-8,8) dan lebih tinggi terjadi pada laki-laki. Faktor resiko pada kelompok populasi ini adalah riwayat hipertensi (OR 2,8; 95% CI 2,0-4,0), HDL kolesterol yang rendah (OR 2,6; 95% CI 1,7-3,9), laki-laki (OR 1,7; 95% CI 1,2-2,5), anemia (OR 1,6; 95% CI 1,1-2,5), riwayat penyakit jantung iskemik (OR 1,5; 95% CI 1,0-2,3), karier dari satu atau dua apolipoprotein E4 genotipe (APOE 4) alel (OR 1,4; 95% CI 1,0-2,0) dan peningkatan usia (OR 1,3; 95% CI 1,1-1,9). Persamaan dengan 8

penelitian ini adalah rancangan penenlitan. Perbedaannya adalah lokasi penelitian, variabel penelitian dan sampel penelitian. 4. Khairunnisa (2014) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Asupan Protein, Zat Besi, Vitamin C, dan Inhibitor Zat Besi dengan Status Anemia Pada Lanjut Usia di Paguyuban WIRA WREDHA Wiroguman, Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah prevalensi anemia pada lanjut usia adalah 18,2%. Ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status anemia pada lanjut usia (p=0,005). Ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan status anemia pada lanjut usia (p=0,007). Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan vitamin C dengan status anemia pada lanjut usia (p=0,636). Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan inhibitor absorpsi zat besi (tanin, fitat, asam oksalat) dengan status anemia pada lanjut usia (p=0,184; p=0,129; p=393). Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian, variabel bebas, variabel terikat. Perbedaannya adalah lokasi penelitian, sampel penelitian, instrumen penelitian. 9