PE GARUH KO DISI PE YIMPA A DA AIR TA AH TERHADAP LAJU PELI DIHA RADIO UKLIDA DARI HASIL SOLIDIFIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
PELINDIHAN RADIONUKLIDA DARI HASIL SOLIDIFIKASI. Herlan Martono, Wati

GLASS FRIT DAN POLIMER UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH SKALA INDUSTRI.

PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS FOSFAT

KARAKTERISTIK LIMBAH HASIL IMOBILISASI DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN.

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENGARUH RADIASI TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL VITRIFIKASI LIMBAH AKTIVITAS TINGGI RADIATION EFFECT ON WASTE GLASS FROM HIGH LEVEL WASTE VITRIFICATION

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

KERETAKAN GELAS-LIMBAH DALAM CANISTER. Aisyah, Herlan Martono Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif

KARAKTERISTIK HASIL KONDISIONING LIMBAH RADIOAKTIF UNTUK KESELAMATAN PENYIMPANAN CHARACTERISTICS OF CONDISIONED RADIOACTIVE WASTE FOR DISPOSAL SAFETY

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

PENGARUH RADIASI DAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK GELAS-LIMBAH, NEW CERAMS, DAN SYNROC-LIMBAH

NS., Wahjuni 1 Aisyah 2 Agus Widodo 3

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN GELAS-LIMBAH

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

KARAKTERISTIK KETAHANAN KOROSI WADAH LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RENDAH DAN TINGGI

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL SAMPING PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

TAHANAN JENIS GELAS-LIMBAH DAN KAPASITAS PANAS UNTUK OPERASI MELTER PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

PEMADATAN RESIN PENUKAR ION BEKAS YANG MENGANDUNG LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DENGAN EPOKSI

Resin Poliester Tak Jenuh Untuk Imobilisasi Resin Bekas Pengolahan Simulasi Limbah Radioaktif Cair

PENGARUH KANDUNGAN LIMBAH RESIN DAN BAHAN ADITIF (BETONMIX) TERHADAP KARAKTERISTIK HASIL SEMENTASI

PENGOLAHAN LIMBAH BORON-10 DARI OPERASI PLTN TIPE PWR DENGAN TEKNIK SOLIDIFIKASI HYPER CEMENT

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH TERKONTAMINASI AKTINIDA DENGAN METODE REDUKSI VOLUME

MATERIAL UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

LEMBAR PENGESAHAN KETAHANAN KIMIA HASIL VITRIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN GLASSFRITS ABU BATUBARA. Disusun oleh : Ratna Budiarti

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI

KONDISIONING LIMBAH RADIOAKTIF PADAT TAK TERKOMPAKSI MENGGUNAKAN MATRIKS SEMEN

PENGOLAHAN LIMBAH TRANSURANIUM DARI INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN MEDIA POLIMER SUPER ADSORBEN

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN PEMISAHAN KONDISIONING UNTUK PENGOLAHAN LlMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI.

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

Subiarto, Herlan Martono

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT

IMOBILISASI LlMBAH SLUDGE RADIOAKTIF DARI PROSES PENGOLAHAN LlMBAH RADIOAKTIF CAIR SECARA KIMIA DENGAN KOAGULAN FERI KLORIDA MENGGUNAKANSEMEN

ROTARY CALCINER-METALLIC MELTER DAN SLURRY-FED CERAMIC MELTER UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

PENENTUAN KEKENTALAN GELAS-LIMBAH UNTUK KARAKTERISASI PROSES VITRIFIKASI.

TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN KANDUNGAN LIMBAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR GELAS LIMBAH

INVENTARISASI PAKET LIMBAH OLAHAN UNTUK PENYIMPANAN AKHIR DALAM DISPOSAL DEMO PLANT

PENGARUH LIMBAH KARBON AKTIF Cs-137 TERHADAP KERAPATAN DAN KUAT TEKAN BETON LIMBAH

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS

PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN SUPER HIGH TEMPERATURE METHOD UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

PENYERAPAN URANIUM DENGAN PENGKOMPLEKS Na 2 CO 3 MENGGUNAKAN RESIN AMBERLITE IRA-400 Cl DAN IMOBILISASI DENGAN RESIN EPOKSI

KARAKTERISTIK FISIK CAMPURAN BATU BATA DENGAN MEMANFAATKAN ABU SISA PEMBAKARAN LIMBAH KAYU Oleh : I Made Nada. Ida Bagus Suryatmaja.

FAQ Tentang Fasilitas Daur Ulang Bahan Bakar, Limbah Radioaktif dan Aplikasi Radiasi

PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) 2 HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP KETAHANAN KOROSI WADAH GELAS - LIMBAH DALAM PENYIMPANAN LESTARI

ION EXCHANGE DASAR TEORI

IMOBILISASI LIMBAH SLUDGE RADIOAKTIF HASIL DEKOMISIONING FASILITAS PAF-PKG MENGGUNAKAN BAHAN MATRIKS SYNROC DENGAN PROSES SINTERING

4 Hasil dan Pembahasan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM BERAT SENG DAN KROMIUM DENGAN KALSIUM ZEOLIT DAN IMOBILISASINYA DENGAN POLIMER POLIESTER

PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF DIINTERM STORAGE I, INTERM STORAGE II DAN PSLAT

IMOBILISASI LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN POLIMER POLIESTER TAK JENUH

PEMANFAATAN ABU LAYANG SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK GELAS PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR TINGKAT TINGGI

PENGARUH KlO, LilO DAN CaO P ADA KUALITAS LIMBAH HASIL VITRIFlKASI

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF SEMI CAIR DENGAN CARA SEMENTASI

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PERBANDINGAN IMOBILISASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN METODE SYNROC DAN METODE TEMPERATUR SUPER TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

MELTER PEMANAS INDUKSI DAN JOULE UNTUK VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS BOROSILIKAT

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

ABSTRAK ABSTRACT. Gunandjar. Gunandjar ISSN Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN,

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

PENGOLAHAN LIMBAH PRODUKSI RADIOISOTOP MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

Amobilisasi Kation Logam Berat Cr 3+ pada Geopolimer Berbahan Baku Abu Layang PT. IPMOMI

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser

PEMADATAN SLUDGE HASIL PROSES BIOOKSIDASI LIMBAH ORGANIK DARI PEMURNIAN ASAM FOSFAT MENGGUNAKAN BAHAN MATRIKS RESIN EPOKSI

IMOBILISASI LIMBAH RADIOAKTIF MENGANDUNG THORIUM MENGGUNAKAN BAHAN MATRIKS SYNROC

KARAKTERISTIKA (K, a, Kd, K tot ) TANAH CALON PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI SEMENANJUNG MURIA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT SECARA INSENERASI DAN KOMPAKSI TAHUN 2012

KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASE AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG

PENGOLAHAN LIMBAH PRODUKSI RADIOISOTOP MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF HEPA FILTER MENGGUNAKAN METODE REDUKSI VOLUME DAN IMOBILISASI DENGAN MATRIK SEMEN

STUDI LIMBAH RADIOAKTIF YANG DITIMBULKAN DARI OPERASIONAL PLTN PWR 1000 MWe

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

PENYERAPANLOGAM DEN GAN TANNIN

II. TINJAUAN PUSTAKA

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN 2012

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

Transkripsi:

PE GARUH K DISI PE YIMPA A DA AIR TA AH TERHADAP LAJU PELI DIHA RADI UKLIDA DARI HASIL SLIDIFIKASI Herlan Martono, Wati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PE GARUH K DISI PE YIMPA A DA AIR TA AH TERHADAP LAJU PELI DIHA RADI UKLIDA DARI HASIL SLIDIFIKASI. Telah dipelajari pengaruh kondisi penyimpanan dan air tanah terhadap laju pelindihan radionuklida dari hasil solidifikasi. Uji pelindihan di laboratorium bertujuan untuk mencari komposisi terbaik hasil solidifikasi untuk proses atau penanganan selanjutnya. Laju pelindihan radionuklida dari berbagai jenis matriks dari yang terkecil ke besar, yaitu gelas, plastik termoseting, urea formaldehid, aspal, dan semen. Gelas untuk solidifikasi limbah aktivitas tinggi, plastik termoseting dan urea formaldehid untuk solidifikasi limbah transuranium, aspal dan semen untuk solidifikasi limbah aktivitas rendah dan menengah. Pada shallowland burrial, laju air tanah cepat, debit besar dan permeabilitas tinggi sehingga kemungkinan besar terjadi kontak antara hasil solidifikasi dan air tanah. Keasaman air tanah meningkatkan laju pelindihan, sedangkan kation dalam air tanah menekan laju pelindihan. Pengaruh suhu, radiasi dan radiolisis pada hasil solidifikasi tidak terjadi. Pada deep repository, laju air tanah lambat, debit kecil, dan permeabilitas rendah sehingga kemungkinan kecil terjadi kontak antara hasil solidifikasi dan air tanah. Lama pendinginan dan jarak pit berpengaruh terhadap suhu rock. Efek radiasi alfa dapat terjadi, tetapi karena tidak ada kontak dengan air maka radiolisis tidak terjadi. Kata kunci : solidifikasi, laju pelindihan, kondisi penyimpanan, air tanah ABSTRACT EFFECTS DISPSAL C DITI A D GRU D WATER T LEACHI G RATE F RADI UCLIDES FRM SLIDIFICATI PRDUCTS. Effects disposal condition and ground water to leaching rate of radionuclides from solidification products have been studied. The aims of leaching test at laboratory to get the best composition of solidified products for continuous process or handling. The leaching rate of radionuclides from the many kinds of matrix from smallest to bigger are glass, thermosetting plastic, urea formaldehide, asphalte, and cement. Glass for solidification of high level waste, thermosetting plastic and urea formaldehide for solidification of low and intermediate waste, asphalte and cement for solidification of low and intermediate level waste. In shallowland burrial, ground water rate is fast, debit is high, and high permeability, so the probability contac between solidification products and ground water is occur. The ph of ground water increasing leaching rate, but kation in the ground water retard leaching rate. Effects temperature radiation and radiolysis to solidification products is not occur. In the deep repository, ground water rate is slow, debit is small, and low permeability, so the probability contac between solidification products and ground water is very small. There are effect cooling time and distance between pits to rock temperature. Alfa radiation effects can be occur, but there is no contact between solidification products and ground water, so that there is not radiolysis. Key word : solidification, leaching rate, disposal condition, ground water PE DAHULUA Pada umumnya pengolahan limbah radioaktif meliputi 2 tahap, yaitu reduksi volume dan solidifikasi. Reduksi volume digunakan untuk memperkecil volume, sehingga memudahkan proses selanjutnya. Reduksi volume limbah cair dilakukan antara lain dengan proses koagulasiflokulasi, penukar ion, dan evaporasi, sedangkan untuk limbah padat dilakukan antara lain dengan proses insenerasi dan kompaksi. Limbah hasil reduksi volume yang berupa flok, resin bekas, konsentrat evaporator, abu, dan zat padat terkompaksi yang radioaktif disolidifikasi dengan bahan matriks yang sesuai. Bahan matriks yang digunakan untuk solidifikasi yaitu semen, bitumen, polimer, gelas, dan keramik. Solidifikasi disebut juga imobilisasi, yaitu mengikat radionuklida dalam limbah hasil reduksi volume dengan matriks tertentu sehingga tidak mudah larut dan lepas ke lingkungan, jika hasil solidifikasi kontak dengan air. Pertimbangan pemilihan bahan matriks untuk solidifikasi limbah radioaktif, yaitu [1] : 206

- Proses pembuatan yang mudah dan praktis. - Kandungan limbah (waste loading) yang tinggi. - Ketahanan kimia (laju pelindihannya). - Ketahanan terhadap panas, dalam hal gelas yaitu terjadinya devitrifikasi. - Ketahanan terhadap radiasi. - Ketahanan mekanik. Kandungan limbah, ketahanan terhadap panas, radiasi, dan mekanik akan mempengaruhi laju pelindihan. Sebagai contoh ketidak tahanan terhadap panas pada gelas-limbah adalah terjadinya devitrifikasi yang merubah struktur gelas dari amorf menjadi kristalin, menaikkan laju pelindihan (menurunkan ketahanan kimia) [2,3]. Ketidak tahanan terhadap radiasi alfa, yaitu terjadinya reaksi inti dalam gelas limbah karena adanya radionuklida pemancar alfa (aktinida). Radiasi alfa bereaksi dengan radionuklida yang lain sehingga terjadi inti yang baru. Terjadinya reaksi inti mengakibatkan perubahan komposisi, sehingga densitas dan kuat tekan gelas-limbah berubah [1,4]. Perubahan komposisi ini akan mengakibatkan perubahan laju pelindihan. Demikian pula jika tidak tahan terhadap kekuatan mekanik seperti benturan, maka hasil solidifikasi akan retak dan pecah menjadi butir-butir. Hal ini akan menaikkan luas permukaan kontak dengan air, sehingga menaikkan laju pelindihan radionuklida dari hasil solidifikasi. Dalam makalah ini disajikan pengaruh kondisi penyimpanan dan air tanah terhadap laju pelindihan radionuklida dari hasil solidifikasi. UJI LAJU PELI DIHA DI LABRATRIUM Laju pelindihan sangat penting diketahui untuk menentukan kualitas hasil imobilisasi yang harus memenuhi standar untuk penanganan selanjutnya. Uji pelindihan ada 2 macam, yaitu [4] : - Uji pelindihan dipercepat. Uji pelindihan ini digunakan untuk penelitian jangka pendek. Uji ini untuk mempelajari efek dari beberapa variabel, yaitu : Untuk membandingkan ketahanan kimia dari berbagai komposisi gelas-limbah. Untuk mempelajari pengaruh perlakuan khusus, misalnya pengaruh devitrifikasi. Untuk mempelajari mekanisme pelindihan, antara lain pengaruh suhu terhadap laju pelindihan dari elemen yang berbeda. - Uji pelindihan jangka panjang Uji pelindihan ini dilakukan dengan membuat simulasi kondisi lingkungan pada tempat penyimpanan lestari. Data-data yang diperoleh dapat sebagai dasar untuk memperkirakan kelakuan produk dalam jangka waktu lama. UJI PELI DIHA SXHLET Metode uji pelindihan ini paling banyak digunakan diberbagai negara antara lain India, Jepang, Amerika, Jerman dan Belgia. Cuplikan yang berukuran antara 45-60 mesh dicuci dengan alkohol, kemudian 1 g cuplikan ditaruh dalam wadah kasa baja tahan karat yang dilengkapi dengan kawat penggantung. Uji soxhlet di Jepang menggunakan wadah cuplikan kasa baja tahan karat 304 yang mempunyai diameter 10 mm dan tinggi 21 mm. Kasa baja tahan karat diletakkan dalam wadah dari gelas pyrex yang volumenya 15 cm 3. Alat soxhlet dengan volume 1 liter dan mengandung air bebas mineral 500 cm 3 dilengkapi dengan pemanas. Laju kondensasi 300 cm 3 /jam dan sirkulasi dalam wadah (dari kosong, penuh, ke kosong lagi) 300/15 = 20 kali/jam. Percobaan dilakukan selama 24 jam, contoh lalu dicuci dengan alkohol dan dikeringkan selama 2 jam pada suhu 120 C. Setelah mengetahui besarnya kehilangan berat dan luas`permukaan cuplikan, maka laju pelindihan dapat ditentukan. Laju pelindihan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : Ai. W0 L i = A S. t dimana: 0 (g.cm -2.hari -1 )... (1) 207

L i = laju pelindihan komponen i (g.cm -2.hari -1 ) A i = banyaknya komponen i yang terlindih selama interval waktu t A o = banyaknya komponen i dalam cuplikan W o = berat cuplikan awal (g) S = luas permukaan cuplikan (cm 2 ) t = interval waktu pelindihan (hari). Laju pelindihan dari beberapa radionuklida untuk berbagai macam bahan matriks ditunjukkan pada Tabel 1 [5]. Pengujian dilakukan dengan standar IAEA dalam air bebas mineral pada 20 C. PE GARUH K DISI PE YIMPA A DA AIR TA AH TERHADAP LAJU PELI DIHA RADI UKLIDA DARI HASIL SLIDIFIKASI. Teknologi penyimpanan akhir (ultimate disposal) digolongkan sebagai berikut : 1. Penyimpanan akhir dalam tanah dangkal (shallow land burial), yang digunakan untuk penyimpanan limbah aktivitas rendah dan sedang. 2. Penyimpanan pada tanah dalam (deep repository), yang digunakan untuk penyimpanan limbah aktivitas tinggi. Pada penyimpanan lestari hasil solidifikasi, variabel yang berpengaruh adalah kondisi penyimpanan dan air tanah, yang meliputi sebagai berikut : a. Suhu Pada hasil solidifikasi limbah cair aktivitas tinggi, suhu permukaan gelas-limbah pada kondisi penyimpanan lestari tergantung pada umur limbah, kandungan limbah, sifat panas dari back filled material dan batuan tempat penyimpanan lestari. Dalam jangka pendek, suhu gelas-limbah masih di atas 250 C, sedangkan setelah 60 tahun suhu menjadi 100 C. Disamping itu suhu dipengaruhi kedalaman tanah. Hal ini berpengaruh untuk deep repository dan tidak berpengaruh untuk shallowland burial. Laju pelindihan sebagai fungsi ph dan suhu ditunjukkan pada Gambar 1 [4]. b. Waktu Pengaruh waktu terhadap laju pelindihan radionuklida dalam gelas-limbah tergantung pada komposisi gelas-limbah. Setiap radionuklida atau unsur mempunyai perilaku pelindihan sebagai fungsi waktu yang berbeda, dimana pelepasan radionuklida dari gelas-limbah dalam jangka waktu tertentu, yaitu : Cs > Sr > Co > Sb > Mn > Pu > Eu > Cm > Ce Laju pelindihan radionuklida atau unsur tersebut sebagai fungsi waktu ditunjukkan pada Gambar 2 [4]. Tabel 1. Faktor Pelindihan dari Beberapa Radionuklida untuk Bermacam Imobilisasi, Standar Test IAEA dalam Air pada 20 C [5]. Radioelemen Faktor pelindihan beberapa bahan solidifikasi (g/cm 2.hari) Gelas Borosilikat Semen Aspal Plastik Termoseting Urea formaldehid 134 + 137 Cs 10-5 -10-7 10-1 -10-4 10-4 -10-7 10-4 -10-7 10-1 -10-3 414 + 144 Ce-Pr, 10-6 -10-8 10-3 -10-5 10-5 -10-7 Tidak terukur Tidak terukur 103 + 106 Ru-Rn Pu, Am, Cm 10-7 -10-9 10-6 -10-8 10-6 -10-8 Tidak terukur Tidak terukur 58 + 60 Co Tidak terukur 10-2 -10-5 10-5 -10-6 10-4 -10-7 10-3 -10-4 90 Sr 10-6 -10-7 10-3 -10-5 10-5 -10-7 10-6 -10-7 10-1 -10-4 208

Gambar 1. Laju pelindihan sebagai fungsi suhu dan ph dari gelas-limbah 189 dan 209 [4]. c. Waktu Pengaruh waktu terhadap laju pelindihan radionuklida dalam gelaslimbah tergantung pada komposisi gelaslimbah. Setiap radionuklida atau unsur mempunyai perilaku pelindihan sebagai fungsi waktu yang berbeda, dimana pelepasan radionuklida dari gelas-limbah dalam jangka waktu tertentu, yaitu : Cs > Sr > Co > Sb > Mn > Pu > Eu > Cm > Ce Laju pelindihan radionuklida atau unsur tersebut sebagai fungsi waktu ditunjukkan pada Gambar 2 [4]. d. Laju aliran Pada kondisi penyimpanan lestari hasil solidifikasi limbah, laju aliran air pelindih dapat bervariasi. Ada 2 macam aliran air tanah, yaitu [6] : Air tanah dangkal (2 50 m), dengan karakteristik permeabilitas tinggi, debit (cm 3 /detik) tinggi, kecepatan alir (cm/detik) cepat. Air tanah dalam, dengan karakteristik permeabilitas rendah, debit (cm 3 /detik) rendah, kecepatan alir (cm/detik) lambat. Laju kehilangan massa dalam hasil solidifikasi dipengaruhi oleh kinetika hidrolisis dalam gelas-limbah dan cairan yang bervolume besar, sehingga kelarutan dapat terjadi dalam waktu singkat. Pada laju aliran rendah atau pada waktu yang lama dimana batas kelarutan dicapai, maka laju kehilangan massa dari hasil solidifikasi ditentukan oleh difusi melalui air tanah atau sistem batuan berpori. Pada laju aliran yang sedang, laju kehilangan massa secara langsung dipengaruhi konsentrasi dari berbagai radionuklida dalam hasil solidifikasi. e. Komposisi air pelindih - ph Umumnya air tanah mempunyai ph antara 5,5-8,0. Pada kondisi penyimpanan lestari, ph air tanah akan berubah. Hasil solidifikasi seperti gelas-limbah mudah rusak dalam lingkungan asam, tetapi sukar rusak dalam lingkungan netral dan alkali. Gelas limbah yang berada dalam lingkungan asam akan menunjukkan ketahanan kimia yang rendah, seperti ditunjukkan pada Gambar 3 [4]. 209

Gambar 2. Laju pelindihan radionuklida fungsi waktu [4]. Gambar 3. Ketahanan kimia sebagai fungsi ph dari gelas borosilikat [4]. 210

- Konsentrasi ionik Uji pelindihan di laboratorium dilakukan dengan air bebas mineral. Air tanah mengandung Na +, K +, Ca 2+, Mg 2+, S 4 2-, Cl -, HC 3 -, C 3 2- dan beberapa ion yang jumlahnya sangat kecil. Adanya ionion tersebut akan menekan laju pelindihan ion yang sama. - Kelarutan. Pada pelindihan statis, konsentrasi radionuklida dalam larutan pelindih naik terhadap waktu. Setelah konsentrasi radionuklida mendekati batas kelarutan, maka laju pelindihan menurun karena laju transfer massa rendah. Penelitian laju pelindihan statis untuk rasio luas permukaan per volume yang rendah, batas kelarutan Na, B, Si, Cs, dan Ca hampir sama seperti ditunjukkan pada Gambar 4 [4]. - Radiolisis Radiasi yang berpengaruh terhadap hasil solidifikasi limbah aktivitas tinggi (gelas-limbah) berupa radiasi alfa dari aktinida, dan peluruhan beta dan gamma dari hasil belah seperti Sr 90, Cs 137 dan dari transisi isomer. Peluruhan beta dan gamma berpengaruh sampai periode ratusan tahun. Radiasi beta dan gamma mengakibatkan perubahan struktur gelas-limbah dari amorf menjadi kristalin, yang menaikkan laju pelindihan. Radiasi alfa mengakibatkan perubahan komposisi,sehingga terjadi perubahan densitas dan kuat tekan, yang menaikkan laju pelindihan gelas-limbah. PEMBAHASA Tujuan uji pelindihan di laboratorium untuk mencari komposisi terbaik yang akan digunakan untuk proses selanjutnya. Dari Tabel 1 ditunjukkan bahwa laju pelindihan radionuklida dari dalam hasil solidifikasi ke air pelindih berturut-turut dari yang paling rendah ke tinggi adalah gelas, plastik termoseting, urea formaldehid, aspal, semen. Dari data tersebut juga nampak bahwa urea formaldehid dan plastik termoseting baik digunakan untuk limbah transuranium (TRU), gelas untuk limbah aktivitas tinggi, aspal dan semen untuk limbah aktivitas rendah. Hal tersebut didasarkan pada aspek keselamatan (laju pelindihan) dan ekonomi (kesederhanaan proses). Pada penyimpanan lestari limbah radioaktif digunakan sistem penghalang ganda (multi barrier system), yang menahan lepasnya radionuklida ke lingkungan. Sebagai penghalang I adalah matriks yang digunakan untuk solidifikasi. Penghalang II adalah wadah hasil solidifikasi, yaitu baja tahan karat 304 L untuk limbah aktivitas tinggi, dan shell (wadah beton) atau baja karbon untuk limbah aktivitas rendah dan sedang. Penghalang III adalah lapisan bentonit. Gambar 4. Rasio luas permukaan per vulome sebagai fungsi kehilangan berat contoh [4]. 211

Ketiga penghalang ini disebut penghalang rekayasa(engineered barrier). Penghalang IV adalah batuan di sekitar lokasi yang disebut penghalang alami (natural barrier). Sistem penahan ganda diharapkan mampu menahan radionuklida dalam hasil solidifikasi sampai radionuklida tersebut tidak punya dampak radiologis lagi. Jika sistem penghalang ganda rusak, kemungkinan terjadi interaksi hasil solidifikasi dengan air tanah yang mengakibatkan terlepasnya radionuklida ke lingkungan. Pada shallowland burrial, untuk limbah aktivitas rendah dan menengah, maka pengaruh suhu tidak berarti. Hal ini disebabkan karena panas radiasi dan kedalaman tanah tidak menimbulkan suhu tinggi. Laju aliran air cepat dan debit tinggi memungkinkan menaikkan laju pelindihan. Setiap radionuklida mempunyai perilaku pelindihan sebagai fungsi waktu yang berbeda, sehingga dalam jangka waktu tertentu Cs > Sr > Co > Sb > Mn > Pu > Eu > Cm > Ce. Hal ini karena konsentrasi radionuklida dalam gelas-limbah besar, dan mobilitas ionnya lebih besar. Adanya ion atau unsur yang sama dalam air tanah dan dalam hasil solidifikasi akan menekan laju pelindihan radionuklida dari gelaslimbah ke air tanah. Hal ini karena sebagai gaya dorong terjadinya laju pelindihan adalah beda konsentrasi ion di dalam hasil solidifikasi dan dalam air pelindih atau air tanah. Keasaman atau ph air tanah berpengaruh terhadap laju pelindihan radionuklida dalam hasil solidifikasi. Pada ph asam, sangat korosif sehingga hasil solidifikasi mudah rusak. Hal ini mengakibatkan laju pelindihan di daerah asam lebih tinggi daripada di daerah netral dan basa. Di daerah basa lebih korosif dibanding daerah netral sehingga pada daerah basa laju pelindihannya sedikit naik. Terjadinya butir-butir kecil akan menaikkan luas permukaan kontak yang meningkatkan laju pelindihannya. Pada hasil solidifikasi limbah aktivitas rendah, panas peluruhan radiasi gamma kecil sehingga tidak berpengaruh. Demikian pula limbah aktivitas rendah tidak mengandung radionuklida pemancar alfa. Jadi pada hasil solidifikasi limbah aktivitas rendah tidak terjadi radiolisis. Pada deep repository untuk limbah aktivitas tinggi, maka ada panas peluruhan radionuklida dan dari kedalaman tanah. Deep repository limbah aktivitas tinggi dilakukan 500 1000 m di bawah permukaan tanah. Sebagai contoh pengaruh waktu pendinginan limbah aktivitas tinggi terhadap suhu batuan rock dalam disposal [7]. Satu canister volumenya 118 liter, 93 % vcolume (110 liter) berisi gelas-limbah yang aktivitasnya 4 x 10 5 Ci dan panas yang timbul 1,4 kwh [8]. Gelas-limbah hasil vitrifikasi disimpan sementara dengan sistem pendingin selama 30 50 tahun untuk menghindari terjadinya kristalisasi gelas (devitrifikasi). Selanjutnya disposal dilakukan. Sampai saat ini deep repository belum dilakukan oleh negara-negara maju. Dari Tabel 2, prediksi suhu rock di sekitar canister merupakan fungsi pendinginan dan jarak pit. Makin lama pendinginan, maka panas yang ditimbulkan makin kecil. Jika jarak pit makin lebar maka suhu rock makin kecil karena panasnya lebih menyebar (tidak terakumulasi). Tabel 2. Pengaruh Waktu Pendinginan Limbah Aktivitas Tinggi Terhadap Suhu Rock dalam Disposal [6]. Waktu pendinginan (tahun) 30 100 500 No. Canister dalam pit 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Jarak antar pit 2 m 4 m 8 m X X Keterangan : : suhu rock < 100 C : suhu rock 100-300 C X : suhu rock > 300 C Pada deep repository debit air rendah kecepatan air rendah, dan permeabilitasnya juga rendah. Jadi kontak air tanah dengan gelas-limbah 212

hasil solidifikasi sangat rendah. Sistem penahan ganda pada deep repository lebih kuat dibanding pada shallowland disposal. Sistem penahan ganda dalam deep repository adalah gelas, baja tahan karat 304 L, bentonit, dan batuan rock atau granit. Suhu berpengaruh terhadap laju pelindihan. Pengaruh laju aliran air sangat kecil. Radiolisis dapat terjadi jika ada kontak dengan air karena panas peluruhan radiasi gamma besar dan adanya peluruhan radiasi alfa. leh karena kemungkinan kontak dengan air kecil, maka terjadinya radiolisis juga kecil. Sistem penahan ganda dirancang mampu mengungkung limbah hasil solidifikasi sampai limbah tersebut tidak memberikan dampak radiologis lagi terhadap lingkungan. KESIMPULA Uji laboratorium menunjukkan bahwa laju pelindihan radionuklida ke air pelindih dari yang paling kecil ke besar berturutturut adalah gelas, plastik termoseting, urea formaldehid, aspal, dan semen. Berdasarkan teknoekonomi dan aspek keselamatan, maka gelas untuk solidifikasi limbah aktivitas tinggi, plastik termoseting dan urea formaldehid untuk solidifikasi limbah transuranium, aspal dan semen untuk solidifikasi limbah aktivitas rendah dan menengah. Pada shallowland burrial untuk penyimpanan lestari limbah aktivitas rendah dan sedang, laju aliran cepat, debit tinggi dan permeabilitas tinggi. Keasaman (ph larutan) air pelindih cenderung akan menaikkan laju pelindihan. Suhu tinggi dan radiolisis tidak terjadi, sehingga tidak mempengaruhi laju pelindihan. Pada deep repository untuk penyimpanan lestari limbah aktivitas tinggi, laju aliran air lambat, debit rendah, dan permeabilitas rendah. Suhu rock berkurang dengan bertambahnya lama pendinginan dan jarak pit. Kemungkinan gelas-limbah interaksi dengan air sangat kecil, sehingga walaupun ada radiasi alfa kemungkinan terjadinya radiolisis kecil. Sistem penahan ganda dirancang mampu mengungkung limbah hasil solidifikasi sampai limbah tersebut tidak memberikan dampak radiologis lagi terhadap lingkungan. DAFTAR PUSTAKA 1. MENDEL J.E, The Fixation of High Level Waste in Glasses, PNL, Richland, Washington, 1985. 2. SURYANTR, dkk., Pengaruh Devitrifikasi Terhadap Laju Pelucutan Gelas yang Mengandung Limbah Cair Aktivitas Tinggi Simulasi, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 1995. 3. MARTN, H., Perbandingan Gelas Keramik dan Gelas Borosilikat untuk Solidifikasi Limbah Aktivitas Tinggi, Prosiding Seminar Nasional XV, Kimia Dalam Industri dan Lingkungan, Yogyakarta, 2006. 4. IAEA, Chemical Durability and Related Properties of Solidified High Level Waste Form, Technical Report Series No. 257, IAEA, Vienna, 1985. 5. SALIMIN, Z., Pengaruh Bermacam Lingkungan Air Terhadap Kemampuan Penahanan Radionuklida Dalam Blok Hasil Pemadatan, Hasil Penelitian P2PLR, Serpong, 2002. 6. CHUN S KIM, Siting Process and Requirement, Kaeri, Taejon, 1999. 7. HRIE M., Super High Temperature Method, Waste Management Seminar, Tucson, Arizona, USA, 2003. 8. SASAKI N., Solidification of The High Level Liquid Waste From The Tokai Reprocessing Plant, PNC, Tokai-mura, Japan, 1994. 213