1. Undang-Undang Nomor B Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PUSAT PEUTPORAN DAN ANATISIS TRANSAKSI KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
1. Undang-Undang Nomor B Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PUSAT PEUTPORAN DAN ANATISIS TRANSAKSI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG

576\; 2. Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2OII. tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK!NQONES!A SALIN AN

Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

Mengingat : 1. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan. Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis. Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

PERATURAN TENTANG. Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME

GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

^uur#i,io,',?i5n,u'o TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K


2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

Perpustakaan LAFAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

S U R A T E D A R A N

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN KEPALA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN STANDAR PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

Transkripsi:

PUSAT PEUTPORAN DAN ANATISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Djuanda No,35 Jakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili. +6221-38568Q9 +6227-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatk.go.id PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NoMOR: PER- 10 / L.02.1 /PPATK/09/2011' TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 20Ll- tentangtata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, perlu menetapkan Peraturan KePala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Mengingat Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Penyedia Barang danf ataujasa Lainnya; 1. Undang-Undang Nomor B Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 51'64);

PUSAT PEUTPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Djuanda No.35 Jakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili. +6227-3856809 +6227-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatk.go,id 2. Peraturan Presiden Nbmor 50 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA ]ASA BAGI PENYEDIA BARANG DAN/ATAU ]ASA LAINNYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disingkat PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana Pencucian Uang. 2. Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. 3. Prinsip Mengenali Pengguna Jasa adalah prinsip yang diterapkan penyedia barang danf atau jasa lainnya dalam rangka mengetahui profil, karakteristik, serta pola Transaksi Pengguna Jasa dengan melakukan kewajiban sebagaimana ditentukan daiam Peraturan ini.

PUSAT PEIAPORAN DAN ANATISIS TRANSAKSI KEUANGAN fl. Ir. H. Djuanda No.35 fakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +622I-3853922 Faksimili, +622I-3856809 +6227-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : wwwppatk.go.id 4. Pihak Pelapor adalah Setiap Orang yang menurut Undang-Undang wajib menyampaikan laporan kepada PPATK. 5. 6. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Korporasi. Pengguna jasa adalah pihak yang menggunakan jasa penyedia barang danf atarjasa lainnya. 7. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak danf atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih. 8. Transaksi Keuangan adalah Transaksi unfuk melakukan atau menerima penempatan, penyetoran, penarikan, pemindahbukuar; pentransferan, pembayarart hibah, sumbangary penitipan, danf atau penukaran atas sejumlah uang atau tindakan danf atau kegiatan lain yang berhubungan dengan uang. g. Dokumen adalah d.ata,tekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, danf atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik apa pun selain kertas maupun yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada: a. fulisary suara, ataugarnbar; b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya; c. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orangyang mampu membaca atau memahaminya. 10. Korporasi adalah kumpulan orang d,anf ataukekayaan yangterorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. ll.undang-undang adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

PUSAT PEUIPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN fl. Ir. H. Djuanda No.35 fakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili. +622I-3856809 +6227-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatkgo.id Pasal2 Ketentuan dalam Peraturan ini berlaku bagi penyedia barang danf atau jasa lainnya baik orang perseorangan maupun Korporasi yang melakukan kegiatan usaha y arrg meliputi: a. perusahaan properti atau agen properti; b. pedagang kendaraan bermotor; c. pedagang permata dan perhiasan atau logam mulia; dan d. pedagang barang seni dan antik. Pasal 3 Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibuktikan dengan: a. terdaftar dxtf atau memperoleh ijin dari otoritas; b. keanggotaan penyedia barang danf atau jasa lainnya pada asosiasi; c. termuat dalam iklan komersial di media massa atau media lainnya; danf atau d. bukti lain yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang. BAB II PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA Bagtan Kesatu Umum Pasal 4 (1) Penyedia barang d,anf atau jasa lainnya wajib menerapkan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa berdasarkan Peraturan ini. (2) Prinsip Mengenali Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

PUSAT PEUTPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN jl. Ir. H. Djuanda No.35 fakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +6227-3853922 Faksimili. +6227-3856809 +6227-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatkgo.id a. identifikasi Pengguna Jasa; b. verifikasi Pengguna Jasa; dan c. pemantauan Transaksi Pengguna Jasa. (3) Kewajiban menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada saat: a. melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa; b. terdapat Transaksi Keuangan dengan mata uang rupiah danf atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); c. terdapat Transaksi Keuangan Mencurigakan yffirg terkait tindak pidana Pencucian U*g dan tindak pidana pendanaan terorisme; atav d. Pihak Pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan Pengguna Jasa. Bagian Kedua Identifikasi Pengguna Jasa Pasal 5 (1) Penyedia barang danf jas;alainnya wajib meminta informasi dan Dokumen kepada Pengguna Jasa sebagai berikut: a. untuk Pengguna Jasa perseorangan paling sedikit mencakup: f. identitas Pengguna Jasa yang memuat: a) nomor identitas kependudukan atau paspor; b) nama lengkap; c) kewarganegaraan; d) alamat tempat tinggal yffirgtercantum dalam kartu identitas;

PUSAT PEIAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Djuanda No.35 Jakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +6227-3853922 Faksimili. +6221-3856809 +6227-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatkgo.id e) alamat tempat tinggal terkini termasuk nomor telepon bila ada; 0 alamat di negara asal dalam hal warga negara asing; dan g) tempat dan tanggal lahir; 2. pekerjaan; 3. sumber dana; dan 4. tujuan Transaksi. b. untuk Pengguna Jasa yang berbentuk Korporasi paling sedikit mencakup: l. identitas Pengguna Jasa yang memuat: a) nomor surat keputusan pengesahan Korporasi dalam hal telah berbadan hukum; b) nama Korporasi; c) bentuk Korporasi; d) bidang usaha; dan e) alamat Korporasi dan nomor telepon; 2. sumber darra; 3. tujuan Transaksi; dan 4. informasi pihak-pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama Korporasi, sebagaimana dimaksud dalam huruf a. (2) Penyedia barang danf ataujasa lainnyawajib meneliti kebenaran Dokumen identitas Pengguna Jasa. Pasal 6 (1) Dalam hal Pengguna Jasa melakukan Transaksi di bawah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), penyedia barang dan/atau jasa lainnya dapat menerapkan permintaan informasi dan Dokumen secara lebih sederhana.

PUSAT PE1APORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H, Djuanda No.35 Jakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili. +6221-3856809 +622L-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatkgo.id (2) Informasi dan Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup identitas Pengguna J as a y ang paling se dikit memuat: a. nama; b. tanggal lahir; c. nomor Dokumen identitas; dan d. alamat. (3) Identitas Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan kartu tanda penduduk, paspor atau surat izin mengemudi. Bagian Ketiga Verifikasi Pengguna Jasa PasalT (1) Penyedia barang danf atau jasa lainnya wajib melakukan verifikasi Dokumen. (2) Penyediabarang danf ataujasa lainnya dapat meminta keterangan kepada Pengguna Jasa untuk mengetahui kebenaran formil Dokumen sebagairnana dimaksud pada ayat (1). (3) Dalam hal terdapat keraguan/ penyedia barang danf ataujasa lainnya wajib meminta Dokumen pendukung yang dikeluarkan oleh pihak ytrrg berwenang kepada Pengguna Jasa. Bagian Keempat Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa

PUSAT PEUTPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN ]1. Ir. H. Djuanda No,35 fakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +6227-3853922 Faksimili. +6227-3856809 +6227-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : wwwppatkgo.id Pasal B (1) Penyediabarang danf atau jasa lainnya melakukan pemantauan terhadap Transaksi Pengguna Jasa. (2) Pemantauan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melihat tata cara pembayaran Transaksi baik tunai atau pun non tunai, pelaku transaksi, nominal Transaksi, danf atau tanggal Transaksi. (3) Pemantauan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap Transaksi yang dilakukan untuk kepentingan Pengguna Jasa atau pihak lain atau pemberi kuasa (benefcial ozoner). BAB III PENATAUSAHAAN DOKUMEN Pasal 9 (1) Penyedia barang danf atau jasa lainnya wajlb menatausahakan Dokumen seluruh Pengguna Jasa dan pihak lain yang terkait dalam jangka waktu paling sedikit 5 (lima) tahun sejak penyedia barang danf ataujasa lainnya mengakhiri hubungan usaha dengan Pengguna Jasa. (2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi identitas Pengguna ]asa dan pihak lain yang terkait dan formulir hubungan usaha termasuk Dokumen korespondensi dengan Pengguna Jasa. BAB IV PENGAWASAN OLEH PPATK

PUSAT PEIAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN fl. Ir. H. Djuanda No.35 fakarta 10120 Indonesia Telepon.+6221-3850455 +6227-3853922 Faksimili. +6227-3856809 +622I-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : wwwppatkgo.id Pasal 10 PPATK melakukan Pengawasan Kepatuhan atas penerapan Prinsip Mengenali Pengguna jasa oleh Penyedia barang danf ataujasa lainnya. Pasal1"1 ( 1 ) Penyed ia bar ang dan f atau j asa lainny a w ajib menyusun ketentuan internal tentang pelaksanaan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa. (2) Standar ketentuan internal tentang pelaksanaan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi penyedia barang danf atau jasa lainnya tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perafuran ini. (3) Dalam menyusun ketentuan internal sebagaimana dirriaksud pada ayat (1), penyedia barang danf atau jasa lainnya dapat meminta masukan dan bantuan kepada PPATK. Pas,al12 Ketentuan internal yang telah disusun oleh Penyedia barang danf atau jasa lainnya, wajib disampaikan kepada PPATK paling lambat 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya Peraturan ini. Pasal 13 (1) Dalam hal Penyedia barang dan/atau jasa lainnya melakukan perubahan ketentuan internal tentang penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa, Penyedia barang danf atau jasa lainnya wajib menyampaikan setiap perubahan yang dilakukan kepada PPATK. (2) Perubahan ketentuan internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada PPATK paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak perubahan tersebut ditetapkan.

PUSAT PEIAPORAN DAN ANATISIS TRANSAKSI KEUANGAN fl. Ir. H. Djuanda No,35 Jakarta 10120 Indonesia Telepon,+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili. +622L-3856809 +622I-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatkgo.id BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal20 Maret 2012. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 September 2011 JI KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN LISIS TRANSAKSI KEUANGAN, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 November 2OlI tu MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA AMIR SYAMSUDDIN UNUS HUSEIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2oLL NOMOR 7 34 10

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : PER- 10 / 1..02 / PPATK/ 09 / 11 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA ]ASA BAGI PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA STANDAR KETENTUAN INTERNAL TENTANG PELAKSANAAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA ]ASA BAGI PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA Pencucian uang merupakan perbuatan menempatkary mentransfer, mengalihkary membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah. Dengan menjauhkan para pelaku kejahatan dari hasil kejahatannya, pelaku kejahatan dapat menikmati hasil kejahatan tanpa adanya kecurigaan kepadanya, ataupun melakukan reinvestasi hasil kejahatan untuk aksi kejahatan selanjutnya atau ke dalam bisnis yang sah. Pada dasarnya proses pencucian uang dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) tahap kegiatan, yakni placement, layering dan integration.

Placement merupakan fase menempatkan uang yang dihasilkan dari suatu aktivitas kejahatan misalnya dengan pemecahan sejumlah besar uang tunai menjadi jumlah kecil yang tidak mencolok untuk ditempatkan dalam sistem keuangan baik dengan menggunakan rekening simpanan bank, atau dipergunakan untuk membeli sejumlah instrumen keuangan (misalnya cek atau giro) yang akan ditagihkan dan selanjutnya didepositokan di rekening bank yang berada di lokasi lain. Placement dapat pula dilakukan dengan pergerakan fisik dari uang tunai, baik melalui penyelundupan uang tunai dari suatu negara ke negara lain, dan menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan b. uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah. Layering, diartikan sebagai memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya yaitu aktivitas kejahatan yang terkait melalui beberapa tahapan transaksi keuangan. Dalam hal ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk menyamarkan/menyembunyikan sumber uang "hararr." tersebut. c. Integration, yalta vpaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai suatu 'legitimate explanation' bagi hasil kejahatan. Disini uang yang'dicuci' melalui placement maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi sehingga tampak tidak berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan sebelumnya yang menjadi sumber dari uang yang di-iaundry. Pada tahap ini uang yang telah dicuci dimasukkan kembali ke dalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan aturan hukum. Beberapa modus pencucian uang yang banyak dilakukan oleh pelaku pencucian uang adalah : - Smurfing, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecahmecah transaksi ya:ng dilakukan oleh banyak pelaku.

Structuring, yattu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecahmecah transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil. Pembelian aset/barang-barang mewah, yaitu menyembunyikan status kepemilikan dari asetfbarang mewah termasuk pengalihan aset tanpa terdeteksi oleh sistem keuangan. Pertukaran barang ftarter), yaitu menghindari penggunaan dana tunai atau instrumen keuangan sehingga tidak dapat terdeteksi oleh sistem keuangan. Penggunaan pihak ketiga, yaitu transaksi yang dilakukan dengan menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan menghindari terdeteksinya identitas dari pihak yang sebenarnya merupakan pemilik dana hasil tindak pidana. Mingling, yaltu mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana dari hasil kegiatan usaha yang legal dengan tujuan untuk mengaburkan sumber asal dananya. Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang dilakukan dengan menggunakan identitas palsu sebagai vpaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan pendeteksian keberadaan pelaku pencucian uang. Pesatnya kemajuan teknologi dan arus globalisasi membuat kegiatan usaha penyedia barang danf atau jasa lainnya juga dapat menjadi lahan yang empuk bagipara pelaku kejahatan pencucian uang. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir para pelaku pencucian uang telah membuat langkah terobosan dengan mempergunakan penyedia barang danf ataujasa lainnya sebagai sarana pencucian uang. Integration merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh para pelaku dalam hubungan dengan penyedia barang danf atau jasa lainnya. Penyedra barang danf atau jasa lainnya misalnya dapat dimanfaatkan melalui pembelian kendaraan bermotor, tempat tinggal dalam bentuk rumah maupun apartemery perhiasan maupun logam mulia, koleksi barang seni dan antik.

Oleh karena itu setiap penyedia barang danf atau jasa lainnya wajib menerapkan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa dan menyampaikan kewajiban pelaporan transaksi dengan nominal > Rp.500.000.000,00- (lima ratus juta rupiah) dan mewaspadai para pelaku yang memanfaatkan penyedia barang danf atats, jasa lainnya sebagai sarana kegiatan pencucian uang. Kewaspadaan sangat diperlukan unfuk menghindari pemanfaatan sistem keuangan sebagai sarana pencucian uang dan jugu melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulanginya. Setiap pegawai dari (...Nama Penyedia Barang dan/atau Jasa Lainnya...) wajib mempelajari dan menerapkan Pedoman dan Prosedur ini. I. KEBIJAKAN A. Kebijakan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Identifikasi Pengguna Jasa Pada saat melakukan transaksi dengan danf atau memberikan jasa kepada Pengguna Jasa, (...Nama Penyedia Barang danf atau Jasa Lainnya...) wajib meminta informasi dan dokumen kepada Pengguna Jasa. Informasi Pengguna Jasa tersebut dicocokkan terhadap dokumen identitas yang memuat informasi Pengguna Jasa. Verifikasi Pengguna Jasa (...Nama Penyedia Barang danf atau Jasa Lainnya...) wajib melakukan verifikasi atas Dokumen yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Apabila penyedia barang danf ataujasa lainnya meragukan dokumen yang diberikan Pengguna Jasa, maka wajib meminta Dokumen pendukung yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.

Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa (...Nama Penyedia Barang danf atau jasa Lainnya...) melakukan pemantauan terhadap transaksi Pengguna Jasa. Pelaksanaan pemantauan transaksi tersebut tidak hanya berlaku bagi Pengguna Jasa, tetapi termasuk transaksi yang dilakukan pihak lain atau pemberi kuasa. Penatausahaan Dokumen Dokumen yang berkaitan dengan identitas dan transaksi PenggunaJasa (...Nama Penyedia Barang danf atau Jasa Lainnya...) dan pihak lain yang terkait, wajib disimpan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berakhirnya hubungan usaha dengan Pengguna Jasa. Adapun penatausahaan dokumen ini bertujuan untuk mendukung tata kelola perusahaan dan membantu pihak yang berwenang apabila diperlukan dalam penyelidikan terhadap dana yang diindikasikan berasal dari hasil kejahatan. II. PROSEDUR A. Prosedur identifikasi Pengguna Jasa (...Nama Penyedia Barang danf atau Jasa Lainnya...) menerapkan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa antara lain sebelum melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa. (...Nama Penyedia Barang danf atau Jasa Lainnya...) dapat memberikan formulir isian dengan mengacu pada ketentuan ini. Identitas calon Pengguna Jasa harus dibuktikan dengan dokumen sebagai berikut: 1. Bagi Pengguna Jasa perseorangan: a. identitas Pengguna Jasa yang memuat: 1) nomor identitas kependudukan atau paspor; 2) namalengkap;

3) kewarganegaraan; 4) alamat tempat tinggal yang tercantum dalam kartu identitas; 5) alamat tempat tinggal terkini termasuk nomor telepon bila ada; 6) alamat di negara asal dalam hal warga negara asing; dan 7) tempat dan tanggal lahir; b. pekerjaan; c. sumber dana; dan d. tujuan Transaksi; 2. Bagi Pengguna Jasa Korporasi: a. identitas Pengguna Jasa yang memuat: 1) nomor surat keputusan pengesahan Korporasi dalam hal telah berbadan hukum; 2) nama Korporasi; 3) bentuk Korporasi; 4) bidang usaha; 5) alamat Korporasi dan nomor telepon; dan b. sumber dana; c. tujuan Transaksi; dan d. informasi pihak-pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama Korporasi, sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Dalam rangka melakukan identifikasi Pengguna Jasa, (...Nama Penyedia Barang danf atau Jasa Lainnya...) perlu memperhatikan bahwa pengisian data nomor identitas, nama lengkap, alamat, tempat tanggal lahir, pekerjaan Pengguna Jasa Perseorangan serta pengisian data nomor surat keputusan pengesahan, nama, benfuk, bidang usaha, alamat Pengguna Jasa Korporasi telah sesuai dengan dokumen identitas Pengguna Jasa (penulisan lengkap atau tidak disingkat).

Apabila terdapat Pengguna Jasa yang melakukan Transaksi dengan nominal <Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), maka dapat menerapkan permintaan informasi dan Dokumen secara lebih sederhana yang mencakup identitas nama, tanggal lah:rr, nomor dokumen identitas dan alamat Pengguna Jasa. B. Prosedur Verifikasi Pengguna Jasa Berdasarkan dokumen identitas yang telah disampaikan oleh calon Pengguna Jasa, (...Nama Penyedia Barang danf atau Jasa Lainnya...) wajib meneliti kebenaran dokumen identitas dengan cara: 1. Mencocokan informast yang disampaikan Pengguna Jasa dengan dokumen identitas asli yang memuat informasi Pengguna Jasa. 2. Mencocokan kesesuaian antara Pengguna Jasa (pembawa identitas) dengan foto diri yang tercantum pada dokumen identitas Penggunalasa. 3. Mencocokan kesamaan tanda tangan dalam formulir fransaksi dengan dokumen identitas Pengguna Jasa. 4. Pada waktu melihat dokumen aslinya, agar dilihat dan diyakini bahwa dokumen asli tersebut bentuknya tidak meragukan. 5. Memperhatikan adanya kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau mencurigakan, misalnya masa berlaku KTP. 6. Bila diperlukan, dapat dilakukan wawancara dengan calon PenggunaJasa. C. Prosedur Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa Pemantauan dilakukan agar Penyedia Barang dan Jasa tidak dimanfaatkan oleh Pengguna Jasa sebagai sarana pencucian uang. Pemantauan diantaranya dapat dilakukan dengan memperhatikan tata cara pembayaran transaksi misalnya pembayaran tunai atau non tunai, pelaku transaksi, nominal Transaksi danf atau tanggal transaksi. Selain itu perlu jugu dilakukan

pemantauan terhadap pelunasan transaksi Penggun a J asa, apakah dilakukan oleh Pengguna Jasayangbersangkutan atau pihak lain. Jakarta,... 2011 (Nama Pengurus/ Direktur/ Pimpinan Penyedia Barang danf ataulasa Lainnya) KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, UNUS HUSEIN