AGENDA. PPh Pasal 26

dokumen-dokumen yang mirip
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20

PEMOTONGAN PPh PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

MINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

Pengertian Pajak Penghasilan 21

PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B)

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

MODUL PPh PASAL 21/26 & espt PPh Pasal 21

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

Update. Pajak Penghasilan Sehubungan dengan. Pekerjaan atau Jabatan, Jasa dan kegiatan, Yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

PPh Pasal 21. Lingkungan Kewajiban Pajak 12/21/2017

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

PENGUATAN PPh 21, 22, 23, & 24

DASAR HUKUM. KEP -545/PJ./1998 jo. PER-15/PJ./2006. PMK No. 252/PMK.03/2008. UU No. 7 Th stdd. Update. UU No. 36 Th UU No. 17 Th 2000.

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

b. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK. Pratama Bandung Cicadas di Bagian Pelayanan, Tempat Pelayanan Terpadu

Pajak Penghasilan psl 21

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara

BAB II LANDASAN TEORETIS. 1. Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak Secara Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai

LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Tata Cara Penghitungan

SOSIALISASI SE-34/PJ/2017 TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI PTN-BADAN HUKUM NOPEMBER 2017

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang) 8. JUMLAH (6 + 7) 8

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. wajib, berupa uang dan/atau barang, yang dipungut oleh penguasa. berdasarkan norma-norma hukum, guna untuk menutup biaya produksi

PAJAK WP ORANG PRIBADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pajak Penghasilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

BAB II. rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pajak digunakan untuk membiayai. untuk membiayai penyelenggaraan negara.

PENGHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAGIAN PERTAMA : PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

BAB II BAHAN RUJUKAN

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom M,Ak

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

PENGARUH TARIF PAJAK DAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK BARU TERHADAP PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2012 TENTANG

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bab ini berisi kajian landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang. digunakan untuk menjawab masalah penelitian.

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB II PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DAN PASAL 26

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Transkripsi:

1

AGENDA 1. PPh Pasal 21 2. PPh Pasal 26 2

Landasan Hukum: UU No 36 Th 2008, Psl 21 UU PPh Peraturan Dirjen Pajak No. PER-31/ PJ/ 2012 3

DEFINISI Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri atas penghasilan yang terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Penghasilan Penghasilan yang yang dimaksud dimaksud dapat dapat berbentuk berbentuk gaji, gaji, upah, honorarium, upah, honorarium, tunjangan, tunjangan, pensiun, atau pensiun, pembayaran atau lain pembayaran dengan lain nama dengan apapun. nama apapun. Saat Terutang Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran atau akhir bulan diperolehnya penghasilan. 4

PERBEDAAN PENGENAAN PPh 21 WP Dalam Negeri (DN). PPh 26 Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN). 5

SUBJEK PAJAK Pegawai. Penerima uang pesangon, pensiun, Tunjangan/ Jaminan Hari Tua (THT/ JHT), termasuk ahli waris. Bukan Pegawai yang melakukan pemberian jasa. Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas non pegawai. Mantan pegawai. Peserta kegiatan. 6

SUBJEK PAJAK (Bukan Pegawai yang Melakukan Pemberian Jasa) Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris. Pekerja seni. Olahragawan. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. Pengarang, peneliti, dan penerjemah. Pemberi jasa dalam segala bidang atau kepada suatu kepanitiaan. Agen iklan. Pengawas atau pengelola proyek. Pembawa pesanan atau perantara. Petugas penjaja barang dagangan. Petugas dinas luar asuransi. Distributor MLM, direct selling, atau sejenis. 7

PENGECUALIAN SUBJEK Pejabat negara asing seperti perwakilan diplomatik atau konsulat, berikut orang yang diperbantukan kepadanya, dengan syarat: Bukan WNI. Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar jabatannya. Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal balik. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat: Bukan WNI. Di Indonesia tidak menjalankan usaha/ kegiatan/ pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan. 8

Objek Pajak (1) Penghasilan Pegawai Tetap. Penghasilan teratur penerima pensiun. Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun, THT, JHT selepas 2 tahun sejak berhenti bekerja. Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas secara harian, mingguan, satuan, borongan atau yang dibayarkan secara bulanan. 9

Objek Pajak (2) Imbalan kepada Bukan Pegawai yang melakukan pemberian jasa. Imbalan kepada peserta kegiatan. Penghasilan anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas non pegawai. Pembayaran kepada mantan pegawai. Penarikan dana pensiun oleh pegawai. 10

Pengecualian Objek Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa. Natura yang diberikan oleh WP atau Pemerintah. Iuran kepada dana pensiun, THT, JHT dibayar pemberi kerja. Zakat atau sumbangan keagamaan wajib yang diterima OP. Beasiswa. 11

Ketentuan Khusus Natura dan/ atau kenikmatan lain diperhitungkan sebagai penghasilan, jika dan hanya jika, diberikan oleh: bukan WP, WP yang dikenai PPh final, atau WP yang menggunakan norma penghitungan khusus. Natura dan/ atau kenikmatan lainnya yang diukur berdasarkan harga pasar atau nilai wajar. 12

Objek PPh 21 Final Penghasilan tidak tetap atau tidak teratur yang menjadi beban APBN atau APBD. (PMK No. 262/ PMK.03/ 2010) Dana pensiun yang dialihkan dengan membeli anuitas seumur hidup. (Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001) Uang tebusan pensiun. (PP No. 68 Tahun 2009) Uang pesangon. (PP No. 68 Tahun 2009) 13

Pemotong, Penyetor, & Pelapor Pemberi kerja berbentuk OP, Badan, atau BUT. Bendaharawan Pemerintah. Dana pensiun, penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, THT, atau JHT. OP atau Badan yang melakukan pembayaran kepada WP DN yang melakukan pekerjaan bebas atau SPLN. Penyelenggara kegiatan. 14

Pengecualian Pemotong Kantor perwakilan negara asing. Organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menkeu. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. 15

Alur Perpajakan WP OP Beban Pajak Kini sesuai SPT (Tidak termasuk PPh Final) Dikurangi Kredit PPh 21 Dikurangi Kredit Pajak Lain (PPh 22, 23, 24) Dikurangi Pajak yang Dibayar Sendiri (Angsuran PPh 25) Akhir Tahun Pajak Kurang (Lebih) Bayar 16

PPh 21 Lebih Bayar Jika WP menyampaikan SPT lebih bayar, maka SPT disampaikan maksimal 3 tahun setelah berakhirnya tahun pajak bersangkutan. Jika SPT disampaikan melewati 3 tahun sesudah berakhirnya tahun pajak dan WP telah ditegur secara tertulis, maka pelaporan tidak dianggap sebagai SPT PPh. 17

Lapisan Tarif No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif 1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5% 2 3 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 500.000.000,00 15% 25% 4 Di atas Rp 500.000.000,00 30% 18

Kepemilikan NPWP Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka untuk setiap lapisan tarif dikenakan persentase 20% lebih tinggi. Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku untuk objek PPh 21 yang bersifat final. Jika NPWP diperoleh di pertengahan tahun berjalan, maka perubahan penghitungan berlaku untuk periode setelahnya dan tidak berlaku surut. Atas pajak lebih bayar yang dibebankan di periode sebelumnya di tahun berjalan, dapat dijadikan dasar untuk meyesuaikan (mengurangi) pajak di periode setelahnya. 19

Dasar Pengenaan (1) Penghasilan Kena Pajak (PKP) Berlaku PKP = Penghasilan netto - PTKP Pegawai tetap. Penerima pensiun berkala. Berlaku PKP = Penghasilan bruto - PTKP Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayarkan bulanan. Pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif sebulan melebihi Rp 2.025.000,00. Berlaku PKP = 50% dari penghasilan bruto PTKP per bulan Bukan pegawai yang menerima penghasilan berkesinambungan (baik tenaga ahli maupun bukan). 20

Dasar Pengenaan (2) Penghasilan yang Melebihi Rp 200.000,00 Sehari Berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, mingguan, satuan, atau borongan. Berlaku sepanjang penghasilan kumulatif sebulan tidak melebihi Rp 2.025.000,00. 50% dari Penghasilan Bruto Bukan pegawai yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan (baik tenaga ahli maupun bukan). Penghasilan Bruto Merupakan seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau diperoleh dalam suatu periode atau saat dibayarkan. Berlaku atas penghasilan yang diterima oleh pihak selain yang telah diatur berdasar ketiga DPP sebelumnya. 21

Elemen PTKP No. Elemen PTKP 1 WP Sendiri Rp 24.300.000,00 2 Status Kawin Rp 2.025.000,00 3 Tanggungan, per orang, dengan jumlah maksimal tiga orang tanggungan. Rp 2.025.000,00 4 PTKP bagi istri yang penghasilannya digabung. Rp 24.300.000,00 22

Tata Cara Penghitungan Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Kerja Lepas Bukan Pegawai Peserta Kegiatan Penghasilan di Akhir Masa Kerja Penerima Lain Pegawai Tetap Tata Cara Penghitung an Penerima Atas Beban APBN/ APBD 23

Tata Cara Penghitungan: Pegawai Tetap 24

Pegawai Tetap (1) Penghasilan Bruto Senilai 5% dari penghasilan bruto. Maksimal senilai Rp 500.000 per bulan atau Rp 6.000.000 per tahun. Dikurangi Biaya Jabatan Dikurangi Iuran Dana Pensiun, JHT, THT Dibayar Sendiri Diperoleh Penghasilan Netto 25

Tata Cara Penghitungan (2) Penghasilan Netto Dikurangi PTKP Diperoleh Penghasilan Kena Pajak Dikalikan Tarif Pajak Terutang 26

Penghasilan Pegawai Tetap Gaji Pokok Tunjangan Berkesinambungan Uang Rapel Imbalan Tahunan Natura 27

Perspektif Pemberi Kerja Pemotongan PPh 21 oleh pemberi kerja Diakui sebagai Beban Gaji di Laporan Laba Rugi Memunculk an Utang PPh 21 di Laporan Posisi Keuangan 28

Penghitungan Teknis Gaji pokok XXX Tunjangan, bonus, imbalan bulanan lain XXX Iuran JKK, JKM, JPK yang dibayar perusahaan XXX Penghasilan bruto per bulan (Biaya jabatan) (YYY) (Iuran dana pensiun, JHT, THT yang dibayar kar(yyy) Penghasilan netto per bulan {x 12} Penghasilan netto setahun (PTKP) Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} Pajak terutang setahun {/12} Pajak terutang per bulan XXX XXX XXX (YYY) XXX ZZZ ZZZ 29

Ilustrasi; (Gaji Bulanan) Kertarajasa pada tahun 2013 memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 3.750.000,00 dan membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar Rp 150.000,00. Kertarajasa telah menikah dan memiliki tiga orang anak. Bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas Kertarajasa? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja? 30

Ilustrasi; (Gaji Bulanan) Jawaban : Gaji pokok 3.750.000 Penghasilan bruto per bulan 3.750.000 (Biaya jabatan) (187.500) (Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (150.000) (337.500) Penghasilan netto per bulan 3.412.500 Penghasilan netto setahun 40.950.000 (PTKP) WP sendiri (24.300.000) Status kawin (2.025.000) Tanggungan tiga anak (6.075.000) (32.400.000) Penghasilan Kena Pajak 8.550.000 Pajak terutang setahun 5% x 8,550,000 427.500 Rp427.500,00 Pajak terutang per bulan Rp35.625,00 31

Ilustrasi; (Gaji Bulanan) Jurnal Pemberi Kerja Beban Gaji 3.750.000 Utang Dana Pensiun 150.000 Utang PPh 21 35.625 Kas 3.564.375 Jika Kertarajasa tidak memiliki NPWP, maka pajak terutang per bulan = 120% x 36.375 = Rp 42.750,00 32

Ilustrasi; (Gaji Bulanan) Kudungga adalah pegawai yang menikah dengan dua anak dan memperoleh gaji sebulan Rp 5.000.000. Perusahaan mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0.5% dan 0.3% dari gaji. Perusahan menanggung iuran JHT setiap bulan yakni 3.7% dari gaji, sedangkan Kudungga membayar iuran JHT sebesar 2% dari gaji tiap bulan. Di samping itu, perusahaan juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya dengan membayar iuran pensiun untuk Kudungga ke dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menkeu, setiap bulan sebesar Rp 125.000,00. Kudungga sendiri membayar iuran pensiun sebesar Rp 95.000,00. Bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas Kudungga? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja? 33

Ilustrasi; (Gaji Bulanan) Jawaban : Gaji pokok 5.000.000 Iuran JKK yang dibayar perusahaan 25.000 Iuran JKM yang dibayar perusahaan 15.000 Penghasilan bruto per bulan 5.040.000 (Biaya jabatan) (252.000) (Iuran JHT yang dibayar karyawan) (100.000) (iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (95.000) (447.000) Penghasilan netto per bulan 4.593.000 Penghasilan netto setahun 55.116.000 (PTKP) WP Sendiri (24.300.000) Status Kawin (2.025.000) Tanggungan dua anak (4.050.000) (30.375.000) Penghasilan Kena Pajak 24.741.000 Pajak terutang setahun 5% x 24,741,000 1.237.050 Rp1.237.050 Pajak terutang per bulan Rp103.087,50 34

Ilustrasi; (Gaji Bulanan) Jurnal Pemberi Kerja; Beban Gaji 5.000.000 Beban JKK 25.000 Beban JKM 15.000 Beban JHT 185.000 Beban Dapen 125.000 Utang JKK 25.000 Utang JKM 15.000 Utang JHT 285.000 Utang Dana Pensiun 220.000 Utang PPh 21 103.088 Kas 4.701.912 35

Ilustrasi; (Gaji Harian) Hayam Wuruk adalah seorang pegawai tetap perusahaan dengan memperoleh gaji yang dibayar harian sebesar Rp 159.500. Dia berstatus kawin dan memiliki seorang anak. Perusahaan mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan 1% dan 0.3% dari gaji. Perusahaan membayar iuran JHT setiap bulan sebesar 3.7% dari gaji, sedangkan Hayam Wuruk membayar iuran pensiun Rp 47.500 dan JHT sebesar 2% dari gaji. Bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas Hayam Wuruk? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja? 36

Ilustrasi; (Gaji Harian) Jawaban: Gaji pokok sebulan (26 x 159,500) 4.147.000 Iuran JKK yang dibayar perusahaan 41.470 Iuran JKM yang dibayar perusahaan 12.441 Penghasilan bruto per bulan 4.200.911 (Biaya jabatan) (210.046) (Iuran JHT yang dibayar karyawan) (82.940) (iuran dana pensiun yang dibayar karya (47.500) (340.486) Penghasilan netto per bulan 3.860.425 Penghasilan netto setahun 46.325.105 (PTKP) WP Sendiri (24.300.000) Status Kawin (2.025.000) Tanggungan satu anak (2.025.000) (28.350.000) Penghasilan Kena Pajak 17.975.105 Pembulatan PKP 17.975.000 Pajak terutang setahun 5% x 17,975,000 898.750 Rp898.750 Pajak terutang per bulan Rp74.895,83 Pajak terutang per hari Rp2.880,61 37

Ilustrasi; (Gaji Harian) Jurnal Pemberi Kerja Beban Gaji 159.500 Beban JKK 1.595 Beban JKM 479 Beban JHT 5.902 Utang JKK 1.595 Utang JKM 479 Utang JHT 9.092 Utang Dana Pensiun 1.827 Utang PPh 21 2.881 Kas 151.602 38