BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

Tanita Larasati* Moh.Saifudin** ...ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

FIRMAN FARADISI J

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

BAB I PENDAHULUAN.

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/gad),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. didalam tindakan operasi atau pembedahan untuk menghilangkan rasa

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Affandi, 2008). Menurut Maryam dkk. (2008) masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi kecemasan, depresi, insomnia, paranormal, dan demensia. Sedangkan menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun hingga lanjut usia. Sedangkan prevalensi gangguan kecemasan di Indonesia berkisar pada 6-7% dari populasi umum. Berdasarkan data The National Old People s Welfare council Inggris ada 12 macam penyakit dan gangguan pada lansia. Salah satu gangguan penyakit tersebut adalah kecemasan.kecemasan sangat sering terjadi di masyarakat, menurut Sundari (2005) kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri dan dalam lingkungan pada umumnya. Sensasi anxietas/cemas sering dialami oleh hampir 1

semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. sedangkan menurut Suliswati dkk (2005) kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari yang ditandai dengan kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Faktor predisposisi cemas yaitu dalam pandangan psikoanalisis, menurut pandangan interpersonal, menurut pandangan perilaku, Kajian keluarga, Kajian biologis. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat di benarkan yang disertai dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya dengan rasa cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut dilawan. Suatu gambaran yang lazim pada semua gangguan ansietas adalah kualitas gejala yang tidak menyenangkan dan tidak alami (ansietas, fobia, obsesi) yaitu ego alien dan ego distonik. Gejala-gejala ini cenderung menjadi kondisi relaps kronis (Stuart, 2006). Umumnya masalah kecemasan adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia (Larasati, 2014). Kecemasan lansia yang mengalami

penyakit kronis dalam menghadapi kematian diantaranya adalah terjadinya perubahan yang drastis dari kondisi fisiknya yang menyebabkan timbulnya penyakit tertentu dan menimbulkan kecemasan seperti gangguan pencernaan, detak jantung bertambah cepat berdebar-debar akibat dari penyakit yang dideritanya kambuh, sering merasa pusing, tidur tidak nyenyak / insomnia, nafsu makan hilang. Kemudian secara psikologis kecemasan lansia yang mengalami penyakit kronis dalam menghadapi kematian adalah seperti adanya perasaan khawatir, takut terhadap kematian itu sendiri, tidak berdaya, lemas, tidak percaya diri, ingin bunuh diri, tidak tentram, dan gelisah. Dampak somatik atau otot-otot seperti nyeri otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk, suara tidak stabil (Stuart, 2006). Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan pada lansia dalam menghadapi kematian diantaranya adalah selalu memikirkan penyakit yang dideritanya, kendala ekonomi, waktu berkumpul dengan keluarga yang dimiliki sangat sedikit karena anak-anaknya tidak berada satu rumah/berlainan kota dengan subyek, kepikiran anaknya yang belum menikah, sering merasa kesepian, kadang sulit tidur dan kurangnya nafsu makan karena selalu memikirkan penyakit yang dideritanya. Videbeck (2008) menjelaskan bahwa pemikiran tentang kematian merupakan bagian yang penting pada tahap akhir bagi seseorang. Lansia menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikirkan kematian dibandingkan seseorang yang masih muda. Merenung dan merencanakan kematian merupakan bagian yang normal dalam kehidupan lansia.

Berdasarkan hasil penelitian Larasati (2014) diperoleh bahwa lebih dari sebagian (61,8%) lansia yang telah diberikan terapi musik religi terjadi penurunan kecemasan. Hasil analisis juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi musik religi terhadap kecemasan menghadapi kematian pada lansia. Hasil penelitian Handayani dkk. (2014) menunjukan ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan yang ditunjukan adanya penurunan tingkat kecemasan sesudah dilakukan terapi murottal. Hal itu disebabkan oleh karena responden yang mendengarkan murottal mengalami ketenangan dan kenyamanan selama mendengarkan murottal yang berdampak ketenangan lanjutan setelah diperdengarkannya murottal. Musik merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan seseorang untuk mengatasi tingkat kecemasan. Saat musik dimainkan akan menghasilkan stimulus yang dikirim dari akson-akson dari serabut sensori asendens ke neuron-neuron dari reticul aractivating system (RAS). Stimulus kemudian ditransmisikan ke nuclei spesifik dari thalamus melewati area-area korteks serebral, sistem limbik dan korpus collosum dan melalui area-area sistem saraf Otonom dan sistem neuroendokrin. Sistem saraf otonom berisi saraf simpatik dan parasimpatik. Musik dapat memberikan rangsangan pada saraf simpatik dan parasimpatik untuk menghasilkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot dan tidur (Synder & Linquist, 2002). Terapi musik merupakan suatu tindakan penggunaan musik untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan emosional, fisik,

psikologis dan spiritual untuk penyembuhan. Melalui musik hipothalamus dimanipulasi agar tidak bereaksi terlalu kuat terhadap stresor yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena musik merangsang hipofisis untuk melepaskan endorfin (opiatalami) yang akan menghasilkan euporia dansedasi, sehingga pada akhirnya akan mampu menurun kan nyeri, stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri yang dirasakannya (Campbell, 2002). Berdasarkan data pada survei awal yang dilakukan pada tanggal 15 oktober 2014 dengan wawancara terstruktur menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) di Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga, diketahui terdapat sekitar 6 dari 10 lansia yang mengalami kecemasan berat dengan keluhan seperti perasaan takut, tegang dan gelisah ketika berbicara dengan orang lain. Mereka juga mengalami kesulitan untuk tidur serta penyakit seperti sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan sebagainya disebabkan karena memikirkan tentang menghadapi kematian. Dari data diatas bahwa masih banyak komunitas lanjut usia yang mengalami kecemasan. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Religi Dan Murottal Al Qur an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.

B. Rumusan masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah: Apakah Ada Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Religi Dan Murottal Qur an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga?. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas terapi musik religi dan murottal qur an terhadap kecemasan menghadapi kematian pada lansia Di Posyandu Lansia Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik lansia, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia sebelum dan sesudah di beri terapi musik religi. c. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia sebelum dan sesudah diberi terapi murottal qur an. d. Membedakan efektifitas terapi musik religi dan murottal Qur an pada lansia di Posyandu Lansia Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.

D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis sebagai berikut : a. Bagi peneliti Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam melakukan riset sehingga dapat memberikan pelayanan dan perawatan kepada lansia. b. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut. c. Bagi petugas dan pengurus posyandu lansia di Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Dapat memberikan informasi dan masukan dalam memberikan perawatan pada lansia terutama yang mengalami kecemasan dengan terapi music religi dan murottal al quran. d. Bagi lansia Membantu lansia yang mengalami gangguan kecemasan, agar dapat mandiri dalam melakukan terapi musik religi dan murottal al quran. e. Bagi masyarakat Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan ketrampilan dalam memahami lansia, kecemasan, terapi musik religi dan terapi murottal al quran.

f. Bagi Penelitian lain Diharapkan untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh pemberian terapi musik relligi dan terapi murottal al quran terhadap kecemasan dengan penelitian yang berbeda. E. Penelitian Terkait 1. Erva Elli Kristantiet all. (2010) Dengan judul Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia Di Panti Wreda ST. Yoseph Kediri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender terhadap kecemasan dari hasil pra test dan post test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Panti Wredha St.Yoseph Kediri yang berjumlah 29 lansia. Besar sample dalam penelitian ini adalah 20 Lansia.Sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana peneliti memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti yaitu lansia yang mengalami kecemasan. Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji T-Test Hasil penelitian menunjukkan yang dilakukan pada 10 orang responden pada tanggal 5 Agustus 2008-5 September 2008 di panti Wredha St.Yoseph Kediri dapat disimpulkan bahwa: Sebelum diberikan aromaterapi Lavender Terdapat 4 lansia (40%) dengan tingkat kecemasan ringan, 4 lansia (40%) dengan kecemasan sedang, 2

lansia (20%) dengan kecemasan berat. Setelah diberikan aromaterapi lavender kecemasan lansia di Panti Wredha St.Yoseph Kediri mengalami penurunan sebanyak 9 orang (90%). Terdapat pengaruh antara derajat kecemasan sebelum diberikan aromaterapi dan sesudah diberikan aromaterapi pada lansia di Panti Wredha St.Yoseph Kediri dengan Uji Statistik t-test versi 11 dengan signifikasi 0.00. 2. Arina Maliya (2015) Penelitian dengan judul Efektifitas terapi murottal dan terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi di RSUD Dr.Moewardi Surakarta merupakan penelitian quasi eksperiment, tipe pre test and posttest design. Sample dalam penelitian ini adalah psien fraktur ekstremitas di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tehnik pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired sample t test), Tujuan : adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat efektivitas pada kedua terapi dalam menurunkan kecemasan. Hasil : Hasil pengkajian sebelum diberikan terapi sebagian besar pasien mengalami cemas sedang. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik diperoleh nilai t hitung, sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05) sehingga Ho ditolak. Artinya pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien.

3. Ani Hidayati (2008) Penelitian dengan judul hubungan senam lansia dengan tingkat kecemasan pada lansia di PSTW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara senam lansia yang rutin dilakukan dengan tingkat kecemasan pada lansia di PSTW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dan data diperoleh secara observasi dengan pendekatan crosssectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Sampel diambil dengan metode total sampling dengan jumlah sampel 40 responden. Analisis data menggunakan Korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan senam lebih dari 3 kali mengalami kecemasan ringan sebesar 57,1%, kecemasan sedang 22,9% dan sisanya sebesar 20% tidak mengalami kecemasan. Lansia dengan senam kurangdari 3 kali seminggu mengalami kecemasan ringan sebesar 60% dan kecemasan sedang 40%. Kedua kelompok tersebut tidak mengalami kecemasan berat. Nilaiuji Korelasi Spearman Rank adalah ρ = 0,188 dan p = 0,245. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara senam lansia dengan tingkat kecemasan pada lansia di PSTWBudhi Luhur Bantul Yogyakarta. Saran penelitian untuk lansia hendaknya tetapmengikuti senam lansia dan aktif dalam kegiatan lain di PSTW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta.