Misteri CIA di Seputar G 30S (1) Soekarno Diduga Tahu Penculikan

dokumen-dokumen yang mirip
Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

Surat-Surat Buat Dewi

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Silahkan Baca Tragedi PKI Ini

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

G 30 S PKI. DISUSUN OLEH Aina Aqila Rahma (03) Akhlis Suhada (04) Fachrotun Nisa (14) Mabda Al-Ahkam (21) Shafira Nurul Rachma (28) Widiyaningrum (32)

PEMBERONTAKAN GERAKAN 30 SEPTEMBER PKI 1965

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965?

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Dokumen CIA Melacak Penggulingan dan Konspirasi Tragedi G 30 S

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

Negara Jangan Cuci Tangan

Komunisme dan Pan-Islamisme

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 -

G30S dan Kejahatan Negara

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98

Kisah 'perburuan' kaum komunis di BBC

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Penjelasan SBY tentang Ketegangan Indonesia-Malaysia dalam Perspektif Analisis Wacana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada

Gerwani dan Tragedi 1965

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

PERANG DI INDONESIA. Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

BACAAN UNTUK HARI " SEBELAS MARET" HARI "SUPERSEMAR"

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA

Ketika Bung Karno Didemo Tentara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG]

BAB V KESIMPULAN. Terbentuknya PGRS bermula dari upaya negara Malaysia membentuk

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Presiden Seumur Hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

Tidak hanya di Indonesia, Amerika bermain hampir di semua kawasan negeri Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

WAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA

Transkripsi:

Misteri CIA di Seputar G 30S (1) Soekarno Diduga Tahu Penculikan Dua pekan lalu, publik Indonesia dikejutkan dengan kabar ditariknya dokumen rahasia tentang kiprah pemerintahan AS pada saat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G 30S). Padahal, baru beberapa hari sebelumnya, dokumen itu dibuka menyusul dilantiknya Megawati Soekarnoputri, putri mantan Presiden Soekarno, menjadi presiden RI ke-5. Menariknya, penarikan dokumen tersebut terjadi bukan karena protes. Sejak dibuka diam-diam, tak satu pun pihak yang menyatakan keberatan atas isi dokumen. Ini jelas suatu keanehan. Adakah yang janggal dalam peristiwa itu? Siapa saja yang sebenarnya terlibat versi CIA dalam tragedi tersebut? Meski sudah ditarik, tak urung beberapa copy dokumen tersebut telah beredar. Berikut beberapa bagian dari dokumen tersebut, khususnya yang menjelaskan apa yang terjadi di elite politik RI dalam kurun waktu Oktober 1965-Maret 1966. detikcom akan menyajikannya secara berseri. Di poin pertama pada bab yang berjudul, "Kudeta dan Reaksi Perlawanan : Oktober 1965 - Maret 1966," begitu terjadi operasi penculikan para jenderal, CIA langsung mencurigai keterlibatan Soekarno. Namun tak dijelaskan apa yang mendasari kecurigaan tersebut. Berikut teks dokumen CIA yang ditujukan kepada Presiden AS Lyndon Johnson. Menariknya, memorandum tersebut dikirim 1 Oktober 1965 pukul 07.20 AM waktu Washington DC, atau hanya selisih beberapa jam dari peristiwa pembunuhan para jenderal. Memorandum untuk Presiden Johnson Washington, 1 Oktober 1965, 7:20 pagi (Berikut teks laporan situasi oleh CIA) Sebuah gerakan kekuatan yang mungkin telah menyebabkan implikasi yang jauh sedang terjadi di Jakarta. Kelompok yang menamakan dirinya "Gerakan 30 September" mengklaim telah mencegah "kudeta jenderal' di Indonesia. Sejumlah jenderal dan politisi telah ditangkap, dan rumah kediaman Menteri Pertahanan Jenderal Nasution dan Panglima ABRI Jenderal Yani berada di bawah pengawasan tentara. Keputusan yang dikeluarkan oleh Letkol. Untung, Komandan Pasukan Pengawal Presiden (Cakrabirawa-red) menyatakan bahwa pemerintahan akan diatur oleh Dewan Revolusi Indonesia. Menurut keputusan tersebut, dewan akan meneruskan kebijakan pemerintah yang sudah ada dan keanggotaan dewan akan segera diumumkan. Belum ada keterangan mengenai peran aktif Presiden Soekarno. Radio pemerintah RRI adalah yang pertama kali mengumumkan bahwa Gerakan 30 September diorganisir untuk "menyelamatkan Presiden Soekarno yang kesehatannya mengkhawatirkan." Gerakan 30 September kemudian menyatakan bahwa Soekarno aman dan "terus menjalankan kepemimpinan bangsa." Kelompok Gerakan 30 September mengklaim rencana kudeta oleh para Jenderal bersumber dari Amerika. Jaringan telepon eksternal di Kedutaan AS sempat terputus 3 jam sebelum RRI mengumumkan bahwa "kudeta" telah digagalkan. Aparat tentara ditempatkan di Kedutaan AS. Tujuan yang ingin segera dicapai oleh Gerakan 30 September tampaknya adalah untuk menyingkirkan setiap peran politik oleh elemen-elemen ABRI yang anti-komunis dan perubahan dalam kepemimpinan ABRI. Tindakan terhadap elemen ABRI serupa tampaknya juga direncakan di luar Jakarta. Masalah ini bisa saja digunakan untuk membentuk aktivitas baru yang anti-amerika. Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 1 dari 26

Tampaknya mungkin saja Soekarno tahu sejak awal gerakan ini dan tujuannya. Namun langkah terpenting menyangkut timing dan detil rencana tampaknya dipegang oleh Wakil I Perdana Menteri Subandrio dan pemimpin komunis yang dekat dengan Soekarno.(tbs/asa) Misteri CIA di Seputar G 30S (2) ABRI Salip Soekarno, 5 Oktober Penulis: Rita Uli Hutapea detikcom - Jakarta, Masa-masa antara 1-5 Oktober 1965 adalah saat yang genting. Bagaimana mengantisipasi G 30S dan siapa dalang gerakan itu masih menjadi spekulasi. Kedubes AS sempat panik dan ingin mengevakuasi warga AS yang di Indonesia, namun upaya itu dicegah setelah mendapat saran seorang jenderal ABRI. Yang menarik, CIA pun segera menganalisa lebih jauh apakah Presiden Soekarno tahu persis gerakan itu? Kesimpulannya, ada 2 spekulasi. Soekarno tahu persis geralan itu dan mencoba memancing reaksi, kedua, Soekarno tak tahu menahu karena ia dibodohi pelaku G 30S. Sementara itu, di tengah situasi itu, ABRI bergerak cepat. CIA mensinyalir ABRI sengaja akan mempergunakan momentum pemakaman 6 jenderal sebagai wahana meraih simpati masyarakat. Sekaligus, mereka akan menenggelamkan kharisma Soekarno. Berikut memorandum yang menyebutkan hal tersebut. Memorandum dari Direktur Wilayah Timur Jauh (Blouin) kepada Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Keamanan Internasional (McNaughton) Washington, 4 Oktober 1965 Masalah: Situasi di Indonesia Situasi di Indonesia tengah dilanda keresahan dan Presiden Soekarno tampaknya berupaya keras untuk mempertahankan kesatuan nasional di tengah-tengah meningkatnya perseteruan antara ABRI dan kelompok-kelompok yang mendukung Gerakan 30 September. Tubuh para pejabat militer yang ditembak pada awal usaha kudeta 30 September lalu telah ditemukan. Ada laporan telah terjadi tindak 'kebrutalan' pada tubuh mereka, dan ABRI dengan bermodalkan pada insiden ini ingin mencari dukungan publik atas posisinya. Akan tetapi, Soekarno telah mengisyaratkan bahwa dirinya belum siap bergerak melawan PKI, Angkatan Udara, Subandrio atau elemen-elemen lainnya yang mungkin terlibat dalam perebutan kekuasaan 30 September. Ada laporan yang mengindikasikan bahwa Soekarno berada di tangan Angkatan Udara sampai hari Minggu dan tidak tahu situasi yang sebenarnya. Laporan lainnya menyebutkan bahwa Soekarno kini sangat menyadari apa yang telah terjadi dan tahu siapa yang jadi dalangnya. ABRI telah melarang koran PKI - Harian Rakyat -- terbit namun belum bertindak apapun terhadap markas PKI. Jenderal Seoharto, yang tampaknya memiliki kontrol yang kuat terhadap situasi militer di dalam dan sekitar Jakarta, pergi ke RRI hari ini, dengan pidatonya yang berapi-api ia mengutuk Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 2 dari 26

Angkatan Udara atas perannya dalam kudeta dan upayanya mencari dukungan publik dengan menyebut-nyebut soal tindakan brutal terhadap pada jenderalnya. Ini merupakan indikasi pertama yang kita dapat bahwa ABRI mungkin saja bersedia mengikuti kebijakan Soekarno yang coba membelokkan peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan ini. Evakuasi Warga Amerika Sejauh ini belum ada satupun keberangkatan warga AS dari Jakarta via pesawat terbang komersial, meski pihak Kedutaan memperkirakan bahwa itu mungkin baru dimulai hari ini. Seorang pejabat tinggi Indonesia (Jenderal Rubiono) mengatakan kepada Kedutaan AS, tidaklah bijak mengevakuasi warga Amerika pada saat ini karena hal itu akan menunjukkan kurangnya kepercayaan pada kemampuan ABRI untuk mengatasi situasi. Sebaliknya, ada laporan bahwa Letkol Untung tengah berada di Jawa Tengah dan sedang mengatur beberapa batalyon untuk kembali melakukan aksi terhadap ABRI dan pemimpin PKI Aidit kini sedang bersembunyi. Estimasi Situasi Ada beberapa penilaian dari terjadinya peristiwa belakangan ini, yang semuanya didukung oleh beberapa informasi yang,kadang kala bertentangan. Namun ada 2 hal utama, yakni: 1. Soekarno mengetahui sesungguhnya apa sedang terjadi sejak awal dan bersikap menunggu sampai ia bisa melihat siapa yang akan muncul paling depan (diduga ia mengharapkan kudeta trio Untung-Subandrio-Dani akan berhasil dan Panglima ABRI tak lagi menjadi ancaman terhadap kebijakannya yang pro-peking). 2. Soekarno telah dibodohi untuk percaya bahwa kudeta Untung Cs dilakukan untuk menyelamatkan dirinya dari sebuah kudeta oleh ABRI yang disponsori AS, dan kini ia mulai percaya bahwa Angkatan Udara PKI terlibat dalam upaya menyingkirkan lawan kuat mereka satusatunya, ABRI. Jika perkiraan (1) di atas benar, maka Soekarno akan melakukan apa saja untuk mencegah ABRI menghancurkan Angkatan Udara dan PKI, dan ia akan melanjutkan kebijakan terdahulunya yang menerapkan hubungan dekat dengan Peking dan PKI, yang akan merugikan kita. Ia telah melakukan beberapa upaya untuk mengesankan bahwa insiden ini semata-mata merupakan pertikaian antar lembaga. Jika kita anggap estimasi (2) tersebut benar, maka ABRI akan diberikan otoritas lebih dan orangorang seperti Subandrio, Dani dan Untung akan keluar. Tapi, Soekarno mungkin takut bila ia membiarkan ABRI mengambil tindakan terlalu cepat terhadap Gerakan 30 September, dan khususnya terhadap PKI, perang sipil akan meluas dan memecah belah negara, akibatnya pulaupulau tertentu rentan terhadap penetrasi asing. Dengan bergerak perlahan dan berupaya menunjukkan kesatuan nasional, ia mungkin bisa mencegah disintegrasi bangsa dan tetap mengatur elemen-elemen yang coba menggulingkan pemerintah. Saya cenderung untuk mengira bahwa Soekarno tahu, setidaknya sebagian, apa yang terjadi sejak awal dan ia sekarang berusaha untuk bersikap sewajarnya, menjaga prestise dirinya tetap utuh. Pertanyaannya adalah, apakah ABRI yang telah menunjukkan kekuatan dan kesatuannya, akan mengizinkan Soekarno menjalankan kontrol pemerintah yang dulu diterapkannya. Dalam berbagai peristiwa, citra Soekarno telah memudar. Dua hari mendatang kita akan bisa tahu banyak. Jika ABRI menjadikan peringatan Hari ABRI (5 Oktober) sebagai prosesi besar pemakaman para jenderalnya, maka momentum itu bisa Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 3 dari 26

menempatkan ABRI dalam posisi terdepan dan bukannya Soekarno. Akan tetapi, kita tak bisa mengesampingkan kekuatan Soekarno memanipulasi situasi dengan cara apapun yang ia inginkan, yang baik atau yang buruk. Mungkin sekarang tak ada orang lain di Indonesia yang bisa menjaga keutuhan bangsa, dan ABRI mungkin menganggap faktor ini lebih penting daripada melakukan tindak pembalasan terhadap Angkatan Udara dan PKI. E.J. Blouin Direktur Wilayah Timur Jauh Misteri CIA di Seputar G 30S (3) Kedubes Minta AS Dukung ABRI Penulis: Rita Uli Hutapea detikcom - Jakarta, Kedubes AS di Indonesia, merekomendasikan pemerintah AS untuk membantu segala langkah ABRI mengatasi G 30S. Karena inilah saat yang tepat untuk mengenyahkan komunisme dari Indonesia. Namun bantuan harus secara diam-diam. Berikut dokumen yang mengungkapkan hal itu. Telegram dari Kedutaan AS di Indonesia kepada Deplu AS Jakarta, 5 Oktober 1965 No.868 1. Berbagai peristiwa selama beberapa hari terakhir telah menyebabkan PKI dan elemen-elemen pro-komunis bersikap defensif dan mereka mungkin akan memicu ABRI untuk pada akhirnya bersikap efektif terhadap Komunis. 2. Pada waktu yang bersamaan kami menyaksikan hal yang tampaknya seperti pengalihan kekuasaan dari tangan Soekarno ke seseorang atau beberapa orang yang identitasnya belum diketahui, yang mungkin mendatangkan perubahan kebijakan nasional. 3. Sekarang, kunci persoalan kita adalah apakah kita bisa membentuk perkembangan ini agar menguntungkan kita. 4. Beberapa panduan berikut mungkin bisa memberikan sebagian jawaban atas bagaimana sikap kita seharusnya: A. Hindari keterlibatan yang terang-terangan karena seiring berkembangnya perebutan kekuasaan. B. Akan tetapi, secara tersembunyi, sampaikan dengan jelas kepada tokoh-tokoh kunci di ABRI seperti Nasution dan Soeharto tentang keinginan kita membantu apa yang kita bisa, sementara di saat bersamaan sampaikan kepada mereka asumsi kita bahwa kita sebaiknya menjaga agar setiap bentuk keterlibatan atau campur tangan kita tidak terlihat. C. Pertahankan dan jika mungkin perluas kontak kita dengan militer. D. Hindari langkah-langkah yang bisa diartikan sebagai tanda ketidakpercayaan terhadap ABRI (contohnya memindahkan warga kita atau mengurangai staf). E. Sebarkan berita mengenai kesalahan PKI, pengkhianatan dan kebrutalannya (prioritas ini mungkin paling membutuhkan bantuan kita segera, yang dapat kita berikan kepada ABRI jika kita bisa menemukan jalan untuk melakukannya tanpa diketahui bahwa hal ini merupakan usaha AS). Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 4 dari 26

F. Dukung seluruh masukan informasi dan sarana-sarana lainnya yang ada untuk bisa menyatukan ABRI. G. Ingatlah selalu bahwa Moskow dan Peking adalah akar konflik menyangkut Indonesia, dan bahwa Uni Soviet mungkin akan lebih sejalan pemikirannya dengan kita dibanding saat ini. Ini akan menjadi subyek pada pertemuan Country Team kita mendatang dan mungkin kita bisa memberikan rekomendasi untuk mengeksploitir fenomena ini. H. Untuk sementara waktu, terus dan pertahankan sikap low profile. 5. Kami akan memberikan rekomendasi selanjutnya karena tampaknya hal-hal inilah yang paling sesuai untuk situasi yang tidak diragukan lagi akan berkembang cepat atau setidaknya belum pasti ini. Green Duta Besar AS untuk Indonesia Misteri CIA di Seputar G 30S (4) Washington Setuju Bantu ABRI Penulis: Rita Uli Hutapea detikcom - Jakarta, Permintaan Kedubes AS agar AS membantu ABRI (sekarang TNI) menumpas G 30S disanggupi pemerintah AS di Washington. Dalam rapat kabinet, AS mensinyalir G 30S adalah upaya Soekarno untuk mengukuhkan kekuasaannya. Namun dipesankan, agar bantuan dilakukan jika diminta. Surat balasan pemerintah AS melalui Departemen Luar Negeri tersebut tertanggal 6 Oktober 1965, selang dua hari dari surat yang dikirimkan oleh Kedubes AS. Berikut isi surat tersebut. Telegram dari Deplu AS ke Kedutaan AS di Indonesia Washington, 6 Oktober 1965, 7.39 malam No. 400 (jawaban atas telegram no. 868) 1. Berdasarkan laporan pertemuan Kabinet 6 Oktober yang baru diterima via FBIS, jelas bahwa Soekarno berupaya membangun kembali status quo dengan mencuatkan hantu imperialisme pengeksploitasi perbedaan-perbedaan Indonesia dan menahan tindakan balas dendam ABRI terhadap PKI dengan alasan untuk mempertahankan kesatuan nasional. 2. Seperti yang telah Anda sampaikan, pertanyaan utama adalah apakah ABRI bisa mempertahankan momentum sikap ofensifnya terhadap PKI di hadapan manipulasi politik yang dilakukan Soekarno. 3. Soekarno, Subandrio, dan para simpatisan PKI di Kabinet akan waspada terhadap setiap bukti yang menguatkan dugaan mereka bahwa NEKOLIM akan berusaha mengeksploitir situasi. Kami yakin pentingnya kita tidak memberikan kesempatan bagi Soekarno dan sekutunya untuk menyatakan bahwa mereka akan diserang NEKOLIM dan bahwa kita tidak memberikan Subandrio dan PKI bukti-bukti bahwa pemerintah AS mendukung ABRI untuk melawan mereka. 4. ABRI tampak jelas tidak membutuhkan bantuan materi dari kita pada poin ini. Selama bertahuntahun hubungan inter-service dikembangkan lewat program latihan, program aksi sipil dan Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 5 dari 26

MILTAG, begitu pula dengan jaminan reguler terhadap Nasution, harus diingat jelas dalam benak para pemimpin ABRI bahwa AS mendukung mereka jika mereka membutuhkan bantuan. Menyangkut paragraf 4b dan c (dalam telegram bernomor. 868), kita harus mengadakan kontak yang esktra hati-hati dengan ABRI dengan tidak mengurangi maksud baik kita untuk menawarkan bantuan kepada mereka. Mengingat kondisi emosional Nasution saat ini ada baiknya Anda menghindari kontak langsung dengannya kecuali kalau ia yang memulai. 5. Kami bermaksud dan sedang melaksanakan program informasi dan VOA (Voice of America) berdasarkan sumber-sumber Indonesia dan pernyataan resmi dari pemerintah tanpa memasukkan opini kita. Setidaknya dalam kondisi saat ini, kita yakin bahwa berlimpahnya bahan informasi yang menyalahkan PKI atas perannya terhadap kebrutalan 30 September bisa diperoleh dari RRI dan media Indonesia. 6. Menyangkut paragraf 4d, kami setuju bahwa evakuasi warga yang terburu-buru tidak diperlukan saat ini. 7. Kami menanti rekomendasi selanjutnya dari Kedutaan tentang bagaimana langkah kita selanjutnya. Ball Pejabat Menteri Luar Negeri AS Misteri CIA di Seputar G 30S (5) CIA Sebut Soeharto Oportunis Penulis: Rita Uli Hutapea detikcom - Jakarta, CIA serius memantau perkembangan Indonesia pasca G 30S. Gerak cepat Pangkostrad Mayjen Soeharto juga diamati. CIA mencatat jenderal satu ini punya kecenderungan politik dan merupakan jenderal oportunis. Satu hal dari sikap Soeharto tersebut terlihat dari penolakannya terhadap sosok Mayjen Pranoto Reksosamudro. Semula Presiden Soekarno mengangkat Pranoto sebagai pemimpin sementara ABRI dimaksudkan untuk menjadi penengah. Pranoto diharap mampu melindungi sayap kiri yang pada kondisi itu sedang terpojok. Namun, Soeharto mengacuhkan Pranoto. Ia tidak suka. Lebih jauh, Soeharto bahkan berani mengarahkan moncong senjata ke arah Istana dan menuduh PKI serta AU terlibat G 30S. Berikut dokumen CIA yang menyebut analisa tersebut. Memorandum CIA (Central Intelligence Agency) Washington, 6 Oktober 1965 OCI No. 2330/65 Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 6 dari 26

Perubahan di Indonesia Ringkasan ABRI yang baru mengalami apa yang tampaknya merupakan kudeta sayap kiri pada 1 Oktober (30 September WIB), untuk sementara waktu memegang kontrol penuh atas Indonesia. ABRI -- sekarang TNI -- akan menggunakan kesempatan untuk mengambil langkah tegas terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) dan elemen-elemen yang terkait dengannya. Namun ABRI masih ragu untuk mengambil tindakan ini tanpa persetujuan Presiden Soekarno. Soekarno, yang mementingkan kesatuan nasional dan mungkin mengkhawatirkan meningkatnya kekuatan ABRI, menganggap bahwa situasi saat ini adalah masalah politik yang membutuhkan penyelesaian politik dan ia berharap untuk menyelesaikannya sendiri. Ia tampaknya berupaya untuk berkonsiliasi dengan sayap kiri dan mengembalikan PKI ke posisi politik yang sempat mereka duduki sebelum peristiwa 1 Oktober. 1. Pada 1 Oktober sebuah kelompok yang menamakan dirinya "Gerakan 30 September" menculik enam jenderal ABRI, termasuk Panglima ABRI Jenderal Ahmad Yani, dan kemudian membunuhi mereka. Gerakan ini dipimpin oleh Letkol. Untung, komandan batalyon dalam pasukan pengawal Presiden Soekarno, Cakrabirawa. Gerakan ini tampaknya juga didukung oleh beberapa elemen Angkatan Udara dan yang pada awalnya secara terbuka didukung oleh Kepala Staf Angkatan Udara Omar Dani. Juga terlibat elemen ABRI yang pro-komunis dari Jawa Tengah dan anggota Pemuda Rakyat - organisasi pemuda PKI yang merupakan barisan tentara khusus PKI, dan GERWANI - barisan wanita Komunis. 2. Sebuah pesan yang dibacakan lewat Radio Jakarta pada 1 Oktober (pagi) menyatakan bahwa tindakan Untung didukung oleh tentara kesatuan lain dari ABRI dan bahwa "Gerakan 30 September" dilakukan untuk mencegah kudeta "jenderal" yang disponsori AS. Pesan tersebut menyatakan bahwa Presiden Soekarno dan target lainnya dari "kudeta jenderal" kini berada di bawah perlindungan Gerakan. Tak lama sesudah itu 45 anggota "Dewan Revolusi" sayap kiri diumumkan. Hampir setengah dari anggota Dewan terdiri dari pejabat-pejabat pemerintah, beberapa dari mereka adalah pejabat tinggi dan tak ada satupun yang bersikap anti-komunis. 3. Pada 1 Oktober malam, Jenderal Suharto, Panglima KOSTRAD menginformasikan kepada seluruh jajaran militer tentang absennya Jenderal Yani yang telah diculik, ia lantas mengambil alih tampuk kepemimpinan ABRI. Ia melakukan hal ini dengan pengertian dan kerja sama Angkatan Laut untuk menghancurkan "Gerakan 30 September". Dua jam kemudian RRI mengumumkan bahwa ABRI telah menguasai situasi, dan polisi telah bergabung dengan ABRI dan Angkatan Laut untuk menghancurkan 'gerakan revolusi', dan bahwa Presiden Soekarno serta Menteri Pertahanan Jenderal Nasution (yang menjadi target kelompok Untung) selamat. 4. Pada 1 Oktober malam, Letkol Untung tampaknya telah melarikan diri ke Jawa Tengah dengan harapan menjalin kekuatan dengan elemen pro-komunis di propinsi itu. Siaran berulang-ulang tentang seruan Presiden Soekarno untuk pemulihan ketertiban dan kuatnya orang-orang yang pro-soekarno, pro-abri dari Jenderal Sabur - atasan Untung di pasukan Cakrabirawa dan Jenderal Suryosumpeno - pimpinan ABRI di Jawa Tengah, tampaknya telah menciutkan jumlah para pengikut Untung. Namun laporan tentang berapa jumlah pendukung Untung bervariasi. Ada yang menyebut sekitar 110 tentara sampai beberapa batalyon. 5. Pada 4 Oktober, Kepala Staf Angkatan Udara Omar Dani yang oleh Presiden Soekarno telah dinyatakan tidak bersalah dalam Gerakan 30 September, menyatakan dirinya tidak terkait dengan gerakan. Dalam siaran khususnya, ia berterima kasih kepada Soekarno atas kepercayaannya pada Angkatan Udara dan menegaskan tindakan tegas akan diambil terhadap setiap personil Angkatan Udara yang terlibat dalam gerakan. Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 7 dari 26

6. Sementara itu, Presiden Soekarno melakukan manuver untuk memastikan kontrolnya atas situasi. Pada 2 Oktober, ia memanggil semua pimpinan militer dan Wakil Perdana Menteri II Leimena untuk mengadakan rapat guna menyelesaikan insiden 30 September segera. (Wakil PM Subandrio berada di Sumatra Utara namun segera pulang dan berada di Bogor bersama Soekarno; Wakil PM III Chaerul Saleh tengah dalam perjalanan pulang ke Indonesia dari Cina). Kemudian Soekarno menyiarkan ke seluruh bangsa bahwa dirinya secara pribadi masih memegang tampuk kepemimpinan ABRI, dan menunjuk Jenderal Pranoto, kepala administrasi ABRI dan Jenderal Soeharto untuk menjalankan pemulihan keamanan. Berdasarkan siaran oleh Komando Operasi Tinggi (KOTI) pada 3 Oktober terungkap bahwa Pranoto hanya sebagai 'pembantu presiden'. 7. Soeharto, yang lama dikenal sebagai seorang politikus dan mungkin saja oportunis, muncul pada situasi ini sebagai pemimpin militer yang tangguh dan tampaknya amat anti-komunis. Sebaliknya, Pranoto, tidak dekat dengan para pejabat yang merindukan kepemimpinan Yani dan Nasution dan jelas tidak disukai oleh Soeharto dan koleganya. Soekarno menyatakan dirinya menunjuk Pranoto pada saat krisis ini adalah sebagai cara konsiliasi dan melindungi sayap kiri, dan tampaknya ia juga sengaja melakukan hal ini untuk mencegah perpecahan di kalangan ABRI. 8. Kedutaan AS di Jakarta telah mengkonfimasikan laporan bahwa pasukan pengawal istana dari Soekarno dan tentara Angkatan Udara melindungi Soekarno dan Omar Dani di Bogor. Dilaporkan pula, tentara Soeharto telah mengarahkan senjatanya ke arah istana. Pihak Kedutaan AS kini percaya bahwa tentara Soeharto memiliki akses ke Soekarno namun mereka tidak menguasainya. 9. Soekarno menolak saran dari ABRI untuk mengambil langkah tegas terhadap para pemimpin "Gerakan 30 September" dan PKI. Pada 4 Oktober, ia menyatakan kepada para jenderal ABRI bahwa situasi ini pada dasarnya melibatkan isu politik, sehingga ketenangan dan ketertiban diperlukan untuk solusinya, dan bahwa para jenderal harus membiarkan penyelesaian politik pada dirinya. Para jenderal yang awalnya puas dengan adanya harapan untuk menghancurkan komunis, namun tampak kecewa setelah pertemuan mereka dengan Soekarno. 10. Tampaknya, beberapa jam sebelum pertemuan 4 Oktober antara Soekarno dengan para jenderal ini, Soeharto mengeluarkan pernyataan publik yang tidak biasanya, yang mengimplikasikan keraguan dan kritik terhadap presiden dan menuduh Angkatan Udara dan PKI terlibat dalam "Gerakan 30 September". Ia menyebutkan jenazah telah ditemukan di dalam sebuah sumur di lingkungan markas besar Angkatan Udara Halim di Jakarta. Ia menyatakan bahwa daerah dekat sumur itu telah digunakan sebagai pusat latihan angkatan udara untuk para sukarelawan dari Pemuda Rakyat (organisasi pemuda komunis) dan GERWANI (organisasi perempuan komunis). Berdasarkan fakta ini, menurut Soeharto, mungkin saja benar pernyataan Presiden, Panglima Tertinggi, Pemimpin Besar Revolusi, bahwa angkatan udara tidak terlibat dalam masalah ini. Namun tidaklah mungkin bila tidak ada kaitan dengan masalah ini di antara elemen angkatan udara itu sendiri. (tbs/asa) Misteri CIA di Seputar G 30S (6) Letkol Untung Hanyalah Alat Penulis: Rita Uli Hutapea Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 8 dari 26

detikcom - Jakarta, Analisis CIA menyebutkan, komandan G 30S Letkol Untung Sutopo hanyalah alat belaka. Ia bukanlah dalang. Lantas siapa bosnya? Soal ini CIA tak tahu. Bisa jadi pejabat ABRI yang korup atau faksi komunis yang hendak memanfaatkan kesempatan. Cerita soal adanya faksi komunis ini sangat mungkin. Menurut laporan, memang ada tentara komunis di dalam pasukan Untung. Untung sendiri adalah muslim taat. Untung bergerak, setelah Soekarno merestui penculikan para jenderal yang direncanakan PKI. Namun perlu dicatat, Soekarno tak setuju dan tak mengira bila ada pembunuhan. Berikut analisis CIA yang disampaikan 6 Oktober 1965. Memorandum CIA (Central Intelligence Agency) Washington, 6 Oktober 1965 OCI No. 2330/65 1. Jenderal Sabur dalam kapasitasnya sebagai Sekjen Komando Operasi Tinggi (KOTI) menyiarkan tentang peringatan Soekarno pada 4 Oktober kepada para jenderal dan panglima perang. Menurut Sabur, Soekarno telah memerintahkan mereka yang hadir saat itu, dan termasuk seluruh warga Indonesia untuk tidak saling berseteru satu sama lain karena akan "membahayakan perjuangan kita dan melemahkan kekuatan kita". Sabur menyatakan penyelesaian insiden 30 September akan ditangani langsung secara pribadi dan secepatnya oleh Presiden. Ia mengutip ucapan Soekarno yang memperingatkan para pimpinan militer untuk tidak masuk ke dalam perangkap taktik (mungkin imperialis atau neokolonialis) untuk melemahkan kita dari dalam sebelum nantinya menyerang kita. Menurut Sabur, Soekarno secara spesifik memerintahkan para panglima perang untuk menyadari bahaya intrik-intrik dari musuh kita, tetap waspada dan terus memperkuat kesatuan. Soekarno juga mengatakan bahwa mereka yang menjadi korban "gerakan 30 September" adalah pahlawan revolusi dan ia mengajak semua berdoa untuk jiwa mereka. 2. PKI yang telah menyatakan dukungannya terhadap "Gerakan 30 September' melalui surat kabarnya Harian Rakyat, kini banyak berdiam diri. Pimpinan PKI tampaknya sedang menyembunyikan diri. Menurut sebuah sumber rahasia, kebijakan PKI kini adalah untuk menyangkal "Gerakan 30 September". Anggota-anggota partai yang ketahuan mendukung pemberontakan itu akan dianggap oleh PKI sebagai orang yang salah jalan. 3. Banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai "Gerakan 30 September". Kebanyakan soal seputar Soekarno. Apakah Soekarno sebelumnya telah mengetahui "Gerakan 30 September" dan tujuannya? Apakah benar ia sempat berada di bawah perlindungan anggota gerakan atau apakah ia pergi (seperti yang telah diumumkannya) ke markas Angkatan Udara Halim - markas Kepala Staf Angkatan Udara Omar Dani dan mungkin juga markas gerakan 30 September - atas kemauannya sendiri pada 1 Oktober karena pikirnya ia memang sebaiknya berada dekat bandara? Atau apakah kehadirannya di sana sebagai indikasi bahwa ia, seperti halnya Angkatan Udara dan PKI secara terbuka dan terang-terangan mendukung gerakan? Atau apakah ini bagian dari rencana melarikan diri, yang diatur oleh Jenderal Sabur, untuk membawa Soekarno keluar Jakarta dan menuju Bogor? Apakah sakit Soekarno selama malam menjelang Gerakan 30 September memotivasi terjadinya insiden - meski sebelumnya ia memang sudah sakit tapi mungkin saja ini sebenarnya bagian dari rencana? 4. Pertanyaan lain tersisa mengenai Letkol Untung dan pimpinan PKI. Banyak laporan yang menyatakan atau menduga Untung semata-mata adalah korban; menurut sebuah sumber, ia adalah penganut Islam yang taat, yang terjebak ke dalam permainan korup para pejabat tinggi ABRI. Jika ia hanya alat dan tameng - dan ini tampaknya benar - jadi siapa sesungguhnya Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 9 dari 26

dalangnya? Atau apakah beberapa rencana oleh berbagai elemen menjadi bercampur dan masing-masing rencana digunakan untuk membenarkan rencana lainnya? 5. Ada laporan yang bisa dipercaya bahwa PKI pada bulan Agustus telah membahas sebuah contingency plans yang akan dijalankan bila Soekarno meninggal dalam beberapa hari atau minggu mendatang. Setidaknya ada satu laporan yang menyebutkan bahwa Soekarno menyetujui penangkapan - oleh siapa penangkapan itu tidak diketahui - jenderal-jenderal yang anti-komunis namun ia tidak mengetahui adanya rencana untuk membunuh mereka. Jika ia tahu, pasti ia tak akan menyetujuinya. Sebuah sumber pejabat tinggi ABRI (pernah menjadi dokter Soekarno dan tokoh kunci dalam komunikasi ABRI), yang sering kali blak-blakan mengenai urusan internal, pada 3 Oktober mengungkapkan bahwa di antara para pendukung Untung ada beberapa personil Komunis yang bersenjata dan tidak mendapat informasi tentang rencana tersebut. Pasukan Untung termasuk di antara mereka yang pergi ke rumah para jenderal namun tidak jelas siapa yang melakukan penembakan - mengingat personil Komunis yang tidak mendapat informasi itu juga bagian dari grup. 6. Pandangan yang paling mungkin tentang latar belakang insiden "Gerakan 30 September" adalah bahwa Soekarno, Subandrio, dan mungkin pimpinan PKI yang dekat dengan mereka telah mempertimbangkan soal penangkapan beberapa jenderal tertentu. Soekarno dan Subandrio berulang kali di depan publik telah memperingatkan ABRI agar para pimpinannya harus kooperatif dengan "revolusi" atau akan "ditinggalkan". Berpijak dari hal ini, para personil milisi PKI baik yang di dalam maupun di luar Angkatan Udara mungkin menggunakan hal itu untuk membenarkan tindakan terhadap Untung. Pemuda milisi PKI menolak taktik damai yang didukung oleh pimpinan tinggi PKI dan juga Soekarno. Pemilihan waktu aksi mereka bisa jadi dipengaruhi oleh adanya laporan Soekarno menderita sakit pada malam 30 September dan oleh adanya sebagian informasi soal contingency plans PKI jika Soekarno meninggal. Para milisi yang spontan dan mungkin tidak bisa berpikir jernih itu menganggap dengan kematian para jenderal dan pembentukan pemerintah baru akan memaksa Soekarno dan seluruh rakyat Indonesia untuk tunduk kepada mereka. 7. Meski "Harian Rakyat" terang-terangan mendukung gerakan namun tampaknya Ketua PKI Aidit tak menyetujui pembunuhan para jenderal atau bahkan perubahan pemerintah. Situasi Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri tampak menguntungkan bagi PKI dan mengingat Soekarno yang mungkin tak lama lagi meninggal, tampaknya keadaan akan menjadi jauh lebih menguntungkan bagi PKI. Namun motivasi Kepala Staf Angkatan Udara Omar Dani tetap tidak terjawab. 8. Melihat perlawanan ABRI dan langkah Soekarno, banyak pertanyaan tersisa mengenai timbulnya "Gerakan 30 September". Namun poin penting sekarang adalah apakah ABRI akan setuju dengan Soekarno dalam mengatasi situasi. 9. Berdasarkan laporan-laporan mengenai ABRI tampaknya, meski marah dan kecewa dengan pembunuhan enam jenderal mereka, sebagian besar pejabat ABRI tetap akan mendukung Soekarno. Meski ada beberapa individu pejabat ABRI yang mulai meragukan kebenaran kebijakan Soekarno, namun sebagian besar masih enggan untuk menentangnya. Terlebih Soekarno telah menegaskan sikapnya bahwa setiap tindakan terhadap PKI akan dianggap sebagai tindakan anti-soekarno. 10. Akan tetapi, sebagai akibat dari "Gerakan 30 September", untuk sementara ABRI akan tetap menguasai secara politik. Ini didasarkan pada masih diberlakukannya keadaan darurat militer di Jakarta dan kontrol penuh ABRI di beberapa wilayah Indonesia. 11. Langkah Soekarno yang terlalu cepat menunjukkan dukungannya terhadap sayap kiri selama periode ini, akan menyebabkan perbedaan yang kian tajam antara dirinya dan kebanyakan pimpinan ABRI. Ini bisa memicu bertambahnya dukungan publik dan politikus anti-komunis terhadap ABRI. 12. Kesehatan Soekarno tetap menjadi faktor penting dalam menentukan arah situasi. ABRI tampaknya akan lebih bersikap tegas jika presiden mangkat atau tak mampu lagi memimpin dibanding jika presiden masih menunjukkan kekuatannya. Meski Soekarno masih terus Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 10 dari 26

mengasingkan diri namun ini tak bisa dijadikan indikasi bahwa kesehatannya telah menurun tajam. Ia mungkin saja menolak hadir di depan publik sampai ia pikir itu ada gunanya bagi kepentingan politiknya. Namun, belakangan ini Soekarno sering mengadakan pertemuan dengan sejumlah pejabat militer dan sipil. (tbs/asa) Misteri CIA di Seputar G 30S (7) Setumpuk Strategi AS Bantu ABRI Penulis: Rita Uli Hutapea detikcom - Jakarta, Perkembangan cepat yang terjadi pasa G 30S, membulatkan tekad AS untuk membantu ABRI menghadapi komunis. AS menduga Indonesia berpaling pada Jepang. Karena itu, sederet rencana bantuan segera disodorkan. Ternyata seperti yang diungkap dalam perintah Deplu AS bagi Kedubes AS di Indonesia, 29 Oktober 1965, pemberian bantuan itu meliputi banyak hal. Antara lain, kesiapan memberikan bantuan ekonomi via IMF, meyakinkan AS adalah sahabat Indonesia, pemberian bantuan pangan dan mempertimbangkan pengiriman senjata. Berikut bunyi dokumen tersebut. Telegram dari Deplu AS ke Kedutaan AS di Indonesia Washington, 29 Oktober 1965, pukul 3.48 sore No.545 1. Berikut adalah analisis tentatif kami atas perkembangan situasi di Indonesia dan implikasinya buat AS. Kami ingin tanggapan atau pengamatan Anda untuk dikembangkan menjadi rekomendasi kebijakan kami. 2. Pidato Nasution ada 25 Oktober dan kampanye terbuka melawan Subandrio adalah bukti konklusif pertama bahwa para pemimpin ABRI bertekad untuk memerangi PKI dan para simpatisannya, dan tidak akan melenceng dari tujuannya meski ditentang Soekarno. 3. Pimpinan ABRI semakin menunjukkan perlawanannya terhadap Soekarno. Arah permainan mereka tampaknya akan coba menjauhkan Soekarno dari para penasihatnya yang anti-abri, mengasingkannya dan kemudian menggunakannya atau bahkan mungkin menyingkirkannya, jika dibutuhkan. 4. PKI yang kini sedang diburu oleh ABRI, masih bisa melakukan aksi perlawanan dengan menyerang, sabotase atau perang gerilya dengan dalih bahwa ABRI adalah alat kekuatan imperialis dan CIA. ABRI tak akan punya pilihan lain kecuali melawan serangan ini dan akan membutuhkan konsistensi pemerintah untuk mendukung usaha mereka. 5. ABRI tetap mempertahankan perannya yang non-politik dan menjauhi ide perebutan kekuasaan. Namun dengan jatuhnya konsep NASAKOM, maka tak ada kesatuan terorganisir yang bisa memberikan arah dan kepemimpinan kepada pemerintah, kecuali ABRI. Cepat atau lambat, akan menjadi semakin jelas bagi pimpinan ABRI bahwa merekalah satu-satunya kekuatan yang mampu menciptakan keteraturan di Indonesia, dan mereka harus mengambil inisiatif untuk membentuk pemerintah gabungan militer atau sipil-militer, dengan atau tanpa Soekarno. Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 11 dari 26

6. Hubungan dengan Red China semakin tegang karena berdasarkan kecurigaan para pemimpin ABRI, Komunis Cina berada di balik kudeta. Uni Soviet telah melancarkan tekanan terhadap ABRI untuk menghentikan aksi serangannya terhadap sayap kiri, bahkan sudah mengisyaratkan bantuan dana Uni Soviet akan dihentikan. ABRI tentu saja tak akan menyerah pada tekanan ini. 7. Jika analisis ini benar, kita bisa lihat beberapa bentuk masalah yang mungkin bisa mempengaruhi kita: a. Seiring dengan pemikiran ABRI untuk membentuk pemerintahan baru, mereka mungkin membentuk pemerintahan sipil atau koalisi sipil-militer untuk menjalankan reformasi ekonomi dan membawa Indonesia ke arah baru yang bebas dari pengaruh luar. b. Komunis Cina semakin menunjukkan pertentangannya dengan Indonesia karena tindakan ABRI terhadap PKI. Ini tak beda jauh dengan sikap Uni Soviet, yang menyalahkan Cina atas terjadinya kudeta. Jika Uni Soviet mendukung usaha PKI menentang ABRI, maka hubungan ABRI dan Uni Soviet akan menegang, namun mereka juga tidak bisa mendukung ABRI. Mungkin Uni Soviet akan memilih bersikap menunggu. Cina dan Uni Soviet mungkin berharap Soekarno tetap berkuasa dan memaksa ABRI untuk menerima kehadiran sayap kiri dalam NASAKOM. c. Jika asumsi kita benar bahwa ABRI harus melanjutkan peperangannya terhadap PKI, dan PKI akan bereaksi, dan bahwa Cina dan Uni Soviet tidak bisa mengabaikan penumpasan PKI ini sehingga mereka akan terus mengkritik ABRI, maka ABRI terpaksa harus menelaah sikapnya terhadap Cina dan Uni Soviet. d. Dari situ hanya ada satu langkah bagi ABRI untuk terus menumpas ABRI, bahwa mereka harus mencari teman dan dukungan lain. Kita perkirakan mereka akan mendekati Jepang, atau kekuatan lainnya, dan tidak diragukan lagi, kita. Mereka akan menyadari bahwa kebijakan domestik dan luar negeri Soekarno dan PKI yang ekstrim telah membawa Indonesia ke kondisi chaos-nya perekonomian, politik dan sosial. Namun berdasarkan pemikiran Soekarno yang telah berlangsung lama, mereka pasti akan ragu-ragu untuk mengatasi ini semua atau curiga dengan bantuan dan saran dari kita. 8. Beberapa hari, minggu atau bulan mendatang, mungkin akan tersedia kesempatan bagi kita untuk mulai mempengaruhi rakyat, seiring dengan mulai pahamnya militer akan masalah dan dilema yang mereka alami. a. Kita hendaknya berusaha meyakinkan mereka bahwa Indonesia bisa selamat dari chaos, dan ABRI merupakan instrumen utama untuk itu. b. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia dan ABRI mempunyai sahabat yang siap menolong mereka. c. Bila kita diminta membantu oleh Nasution kita harus meresponnya dengan mengatakan kita siap membantu. d. Mereka akan membutuhkan pangan, dan kita tegaskan bahwa Palang Merah Internasional bisa memberikannya jika mereka meminta bantuan langsung kepada kita atau lainnya (Jepang, Brazil, Malaysia, Thailand, Taiwan, dan bahkan Republik Korea). e. Anjloknya rupiah dan situasi ekonomi yang buruk mungkin membutuhkan perhatian para pakar segera. Kita bisa nyatakan bahwa IMF bisa memberikan saran dan bantuan, begitu Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 12 dari 26

pula dengan kita. Namun hal ini akan membutuhkan perubahan sikap Indonesia terhadap IMF dan negara sahabat. f. Persenjataan dan perlengkapan militer mungkin akan dibutuhkan untuk menangani PKI. (Apakah Uni Soviet akan mensuplai ABRI dengan persenjataan jika itu digunakan untuk menyerang PKI?) g. Dengan berkembangnya situasi, ABRI akan semakin mengerahkan upayanya untuk menumpas PKI, dan kita harus sudah siap dengan kesempatan itu. h. Mungkin sekali ABRI akan datang kepada Jepang pertama kali untuk meminta bantuan. Jepang memiliki kepentingan nasional yang vital atas keberhasilan ABRI melawan PKI dan kestabilan Indonesia. Jepang sendiri sudah mengambil inisiatif. i. Saat ini, Jepang masih terhipnotis dengan Soekarno sebagai pria 'esensial' dan mereka berhati-hati untuk tidak melawannya. Namun bila, situasi berkembang seperti yang kita perkirakan, dan Soekarno akan diasingkan atau dipindahkan, keadaan akan menjadi amat berbeda bagi Jepang. Hingga tahap tertentu, kita akan mengadakan diskusi rahasia dengan Jepang, membandingkan catatan perkembangan yang dimiliki masing-masing pihak dan mengupayakan kerja sama atas pengambilan tindakan yang disepakati. Kita tentu saja, akan mengkonsultasikan ini dengan Inggris, Australia, dan lainnya. (tbs/asa) Rusk Pejabat Departemen Luar Negeri Misteri CIA di Seputar G 30S (8) Bantuan AS pun Mengalir Deras Penulis: Rita Uli Hutapea detikcom - Jakarta, Komitmen AS untuk membantu ABRI menghadapi komunis pasca G 30S ditepati. Kepada ABRI diberikan bantuan peralatan komunikasi canggih. Komitmen pemberian bantuan juga datang dari Kasgab militer AS. Beberapa poin soal pemberian bantuan ini tertuang dalam beberapa dokumen penting. Satu ciri yang mutlak, pada pemberian bantuan terhadap ABRI diupayakan setertutup mungkin, mengingat hal itu bisa menjadi bumerang. Presiden Soekarno bisa menjadikannya sebagai alat tuduhan ABRI ditunggangi CIA. Berikut poin-poin penting dalam dokumen tersebut. Memorandum yang disiapkan untuk Komite 303 Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 13 dari 26

Washington, 17 November 1965 Perihal: Pengiriman Peralatan Komunikasi untuk Tokoh Penting ABRI Anti-Komunis 1. Ringkasan Maksud proposal operasi ini untuk memastikan bahwa tokoh-tokoh kunci ABRI anti-komunis akan memiliki peralatan komunikasi yang cukup untuk digunakan dalam perlawanannya terhadap Komunis. Peralatan ini tidak tersedia cukup di Indonesia. Kekurangan ini telah mengurangi keefektifan mereka dalam memerangi upaya Komunis menghapuskan pengaruh non-komunis di pemerintahan mereka. Permintaan peralatan oleh beberapa pejabat tinggi Indonesia mendapat dukungan dari Dubes AS di Indonesia dan disetujui Biro Urusan Timur Jauh Deplu. Ada beberapa risiko dalam pengiriman peralatan ini, namun dengan tindakan pencegahan yang tepat akan meminimalkan risiko. Indonesia saat ini tidak bisa melakukan pembelian peralatan dari AS. Apalagi, berita soal ini tidak saja akan memalukan pemerintah AS, namun juga para pejabat tinggi ABRI di Indonesia. Tindakan hati-hati diperlukan. Pada 5 November 1965, Komite 303 menyetujui permintaan serupa untuk mengirimkan peralatan medis ke Indonesia. Diharapkan Komite 303 akan menyetujui program di atas, yang diperkirakan akan berlangsung sampai waktu tertentu. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan a. Asal mula permintaan: Banyaknya permintaan akan peralatan komunikasi datang (kurang dari 1 baris tulisan dirahasiakan) dari Dubes AS untuk Indonesia, dari pembantu Menteri Pertahanan Nasution, dan dari Jenderal Sukendro. b. Pertimbangan kebijakan AS yang sesuai: Pada 5 November 1965 Komite 303 menyetujui proposal operasional untuk menjawab permintaan Indonesia atas peralatan medis. c. Tujuan Operasional: Kontak tertutup (kurang dari 1 baris dirahasiakan) harus dipertahankan dengan pimpinan ABRI tertentu. (d,e...teknis) f. Pelatihan: Beberapa pejabat komunikasi senior ABRI yang qualified, ditentukan oleh Sukendro, akan diberikan (kurang dari 1 baris tulisan dirahasiakan) pelatihan khusus rahasia di lokasi yang aman untuk menggunakan peralatan ini. Mereka akan dijelaskan konsep umum pengoperasian jaringan komunikasi ini; frekuensi antara 42 dan 53 megacycles yang bisa digunakan di Indonesia (agar aman dari monitoring lokal) sehingga dengan spesifikasi ini, penghubung kami bisa menyetel peralatan dengan frekuensi yang diinginkan. g. Pendanaan: Total biaya diperkirakan mencapai (kurang dari 1 baris tulisan asli dirahasiakan). Peralatan itu sendiri kira-kira akan mencapai (kurang dari 1 baris tulisan asli dirahasiakan) untuk pemuatan dan pengepakan. 4. Koordinasi Proposal operasional ini telah direkomendasikan oleh Dubes AS untuk Indonesia dan telah disetujui Departemen Luar Negeri Biro Urusan Timur Jauh. 5. Rekomendasi Komite 303 menyetujui program ini. Memorandum dari Gabungan Kepala Staf kepada Menteri Pertahanan McNamara Washington, 30 Desember 1965 Perihal: Bantuan ke Indonesia Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 14 dari 26

Berkaitan dengan pesan terakhir dari Kedutaan AS di Jakarta yang berisikan informasi bahwa Presiden Soekarno mungkin akan digulingkan setelah 1 Januari 1966, Indonesia mungkin meminta bantuan AS. Jika ini terjadi, permintaan bantuan ekonomi mungkin akan cukup besar. Permintaan material militer mungkin tidak banyak. Barang-barang yang mungkin diminta termasuk amunisi, senjata otomatis ringan, kendaraan, radio portabel, dan mungkin suku cadang C-130 dan C-47. Bantuan training mungkin juga diminta. Upaya penjatuhan Presiden Soekarno oleh ABRI bisa menguntungkan kepentingan keamanan AS di sana. Meski ABRI tampaknya tak ingin mencari sekutu asing dalam penerapan kebijakannya, seperti halnya Soekarno dulu. ABRI tampaknya akan menjadi kekuatan tunggal anti-komunis yang paling kuat di Indonesia, namun pada akhirnya pasti akan memerlukan kepemimpinan sipil. Kepentingan AS akan lebih terjamin jika pemerintah baru nanti cenderung pro-barat. Atau setidaknya netral. Akan tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan kita belum bisa memberikan bantuan militer kepada ABRI: a. Posisi ABRI yang belum pasti dan pemberian bantuan militer AS yang terang-terangan pada saat ini akan cenderung mendatangkan tuduhan oleh Soekarno, Subandrio, Peking dan Moskow bahwa ABRI adalah 'alat imperialisme AS'. b. Mengingat komitmen AS di Asia Tenggara, pemberian bantuan logistik kepada Indonesia harus dievaluasi. Gabungan Kepala Staff merekomendasikan: a. Amerika Serikat, jika diminta, akan siap memberikan kepada Indonesia sejumlah bahan pangan/obat-obatan untuk menunjukkan dukungan terhadap pemerintah baru. b. Karena kampanye pimpinan ABRI melawan PKI tampaknya berjalan sesuai rencana dan bantuan militer AS tampaknya tak dibutuhkan untuk keamanan internal, maka untuk saat ini AS hendaknya tidak secara terang-terangan memberikan bantuan militer kepada Indonesia. c. Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan bersama-sama menyusun kriteria untuk melanjutkan pemberian bantuan militer dan ekonomi. d. Memorandum ini akan diteruskan ke Menteri Luar Negeri. Atas nama Gabungan Kepala Staf: David L. McDonald Ketua (tbs/asa) Misteri CIA di Seputar G 30S (9) ABRI Lamban,AS Mulai Ragu-Ragu Penulis: Rita Uli Hutapea detikcom - Jakarta, Sikap ABRI yang tak juga berani bertindak keras terhadap Soekarno dan PKI tak urung sempat membuat AS jengkel. AS menganggap para pimpinan ABRI bersikap terlampau hati-hati dalam menghadapi Soekarno. Maksud hati agar tak timbul perpecahan di masyarakat, namun yang didapat kuku komunisme tak juga tercabut. Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 15 dari 26

Karena itu, AS pun mulai hati-hati pula menyalurkan bantuan. Presiden AS Lyndon B. Johnson pun sempat bertanya pada Dubes AS Marshall Green untuk memastikan bantuan benar-benar dihentikan. Berikut dokumen yang menyebut hal itu. Telegram dari Kedutaan AS di Indonesia kepada Deplu AS Jakarta, 19 November 1965 No. 1511 1. Kami yakin bahwa AS dan sekutunya harus ekstra hati-hati mengenai pemberian bantuan kepada para jenderal saat ini. Dalam setiap hal, bantuan kita tergantung pada apakah kita yakin ABRI benar-benar berniat tegas menentang Soekarno/Subandrio. Ada indikasi yang membingungkan apakah ABRI akan tetap bersikap tegas atau justru perlahan-lahan akan menuruti keinginan presiden. Yang jelas, kita jangan sampai memberikan bantuan yang akan mendatangkan keuntungan bagi Soekarno yang tetap menjadi kepala negara dan pemerintahan. 2. Saat ini ada bukti-bukti yang membingungkan tentang apakah, kapan dan bagaimana ABRI akan bergerak melawan Soekarno. Selama Soekarno masih berkuasa, ABRI dan anti-komunis mungkin akan cenderung mempertahankan kebijakan "anti-imperialis dan anti-kolonial", yang konsekuensinya adalah terus belangsungnya konfrontasi dengan Malaysia dan sikap anti-barat. Kami juga menduga keadaan akan semakin chaos sebagai akibat deadlock antara Soekarno dan ABRI yang menyebabkan setiap program pembangunan ekonomi tak mungkin dilakukan, kecuali sampai salah satu kekuatan politik itu disingkirkan. 3. Meski AS mengharapkan kondisi yang lebih baik nantinya (masa sesudah Soekarno), kami tidak melihat adanya perbaikan besar posisi AS dalam jangka pendek, bahkan jikapun ABRI bisa bertahan sebagai salah satu struktur kekuasaan. Apalagi, tindakan Soekarno untuk merebut kembali kekuasaannya, tak diragukan lagi akan menggencarkan kebijakan anti-amerika Serikat. Kami sudah melihat bukti hal ini dalam pidato presiden tentang penarikan biaya Rp 150 juta. (Dalam pidatonya kepada Kabinet 6 November 1965, Soekarno menuntut biaya sebesar Rp 150 juta dari mantan Dubes AS untuk Indonesia Howard Jones karena sengaja menyebarkan ideologi Dunia Bebas ke Indonesia - Airgram 331 dari Jakarta, 16 November). 4. Karena itu, kami merekomendasikan beberapa hal untuk diajukan di pertemuan: A. Kita tak akan mengambil langkah apapun yang bisa meningkatkan imej Soekarno-Subandrio, baik diinginkan ABRI atau tidak. B. Kita sebaiknya tidak memberikan bantuan ekonomi yang signifikan untuk ABRI kecuali dan sampai kita tahu kemana arah mereka secara politik dan ekonomi. (Hal pemberian bantuan yang bisa menolong ABRI mengatasi PKI akan diperlakukan berbeda). C. Kita hendaknya mempertimbangkan pemberian bantuan untuk pemerintah yang murni nonkomunis jika ada perubahan atmosfir karena bantuan ini akan efektif. Marshall Green Dubes AS untuk RI Memorandum Pembicaraan Washington, 15 Februari 1966, pukul 11.55-12.20 Perihal: Indonesia Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 16 dari 26

Partisipan: Presiden Johnson Wakil Menlu William P. Bundy Dubes Marshall Green Mr. Robert Komer Atas permintaan Presiden, Dubes Green membahas situasi dan tren prospektif di Indonesia, menyertakan beberapa rekomendasi umum kebijakan AS dalam berhadapan dengan Indonesia. Dubes menegaskan, meskipun hubungan antara Indonesia dan AS masih jauh dari memuaskan, adanya kudeta pada 1 Oktober (31 September WIB) lalu telah mendorong upaya penumpasan PKI; merosotnya prestise internasional Peking yang diduga terlibat dalam kudeta itu; memburuknya hubungan antara Indonesia dan Komunis Cina; goncangan bagi citra Soekarno sebagai pemimpin 'kekuatan baru' melawan dunia Barat; dan berkurangnya prestise dan dukungan bagi Soekarno di antara rakyatnya. Akan tetapi, Soekarno tetap menjadi Presiden dan pemimpin revoulsi. Hingga tahap tertentu, ia berhasil memainkan kebingungan dan ketakutan lawan-lawannya dalam merebut kekuasaan. Ia tampaknya berhasil membelokkan kembali revolusi ke arah kiri. Ia pintar dan persuasif dan tampaknya fisiknya masih kuat. Menurut Dubes Green, ABRI yang memimpin kelompok oposisi Soekarno, meski tak bersedia melawan Soekarno secara terang-terangan dan frontal, sebenarnya sangat menentang hadirnya PKI dan hubungan dengan Cina. Kelompok oposisi juga menginginkan pemerintahan yang lebih baik. Akan tetapi, didorong oleh rasa khawatir timbulnya kekacauan masyarakat, ABRI masih enggan dan bimbang untuk langsung menentang Soekarno. ABRI juga mungkin ragu untuk mengemban tanggung jawab yang terlalu besar seiring dengan terus memburuknya kondisi politik dan ekonomi Indonesia. Dubes Green merasa bahwa hancurnya perekonomian yang kian parah, khususnya krisis atas valuta asing bisa membuat masalah semakin menggunung dalam enam bulan mendatang atau lebih. Dari waktu ke waktu, situasi di Indonesia akan sangat berantakan, ujarnya. Hal yang tampaknya semakin jelas saat ini adalah kita tengah berada dalam fase transisi antara Soekarno dan penggantinya yang belum diketahui siapa. Dalam situasi ini, menurut Dubes AS hendaknya terus mempertahankan sikap low profile. Dubes menyatakan ia sangat menghargai cara-cara pejabat AS mulai dari Presiden sampai pejabat di bawahnya yang telah berusaha untuk tidak memberikan pernyataan publik tentang Indonesia. Mempertahankan sikap seperti ini sangatlah penting karena apapun yang dikatakan atau dilakukan AS tentang Indonesia bisa menyebabkan distorsi dan salah penafsiran. Kita akan terus dituduh mencoba ikut campur urusan mereka, yang tentu saja tidak kita lakukan dan memang tak seharusnya kita melakukan. Presiden menanyakan apakah semua bantuan AS ke Indonesia, termasuk bantuan ke militer telah dihentikan. Dubes menyatakan sudah, dan ia menyarankan agar AS tidak memberikan dulu bantuan ke Indonesia sampai Indonesia memulai menata kembali negaranya. Ia menyebutkan bahwa Soekarno terang-terangan menentang setiap bantuan AS ke Indonesia, dan hal ini secara diam-diam telah disampaikan pimpinan ABRI kepada kami dan kepada Jepang. Mereka menyatakan, mereka menentang bantuan apapun pada saat ini karena hanya akan menguntungkan Soekarno dan Subandrio. Meski begitu, menurut Dubes kita seharusnya tetap berpikiran terbuka soal bantuan kepada Indonesia. Situasi bisa saja bertambah buruk dan kita bisa memberikan bantuan pangan atas dasar kemanusiaan, juga untuk mencegah timbulnya huru-hara akibat kurang pangan dan kerusuhan yang bisa membahayakan warga asing di Indonesia. Misteri CIA Seputar G30S/PKI Halaman 17 dari 26