BAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). sebagai makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu hamil dan balita sangatlah penting, sehingga Notoatmodjo (2003)

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan. kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. mandibula baik kanan maupun kiri, pada anak umur 6-16 bulan adalah

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang berbeda menginformasikan bahwa terdapat hubungan yang. pada anak akan diikuti oleh gangguan perkembangannya.

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

ARIS SETYADI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. merupakan faktor yang menentukan untuk meningkatan kesejahteraan

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat yaitu petumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. Asi merupakan makanan utama bagi bayi pada enam bulan pertama UKDW

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang penting untuk dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat (gram), ukuran panjang (cm), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (Yusuf, 2014). Ariyani dan Acep (2014) dalam penelitiaannya memaparkan bahwa aspek tumbuh kembang balita merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang balita secara fisik maupun psikososial. Pemantauan tumbuh kembang balita merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat saling berkelanjutan. Serangkaian kegiatan tersebut antara lain meliputi pemenuhan kebutuhan dasar akan kasih sayang, rasa aman, pemeliharaan kesehatan, kecukupan gizi, pemberian serta stimulasi dini yang perlu dilaksanakan secara tepat dan terarah guna menjamin pertumbuhan serta perkembangan anak secara optimal (Purba, dkk, 2012). UU No. 23 tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak menyatakan bahwa, Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembanganya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak (UU, 2002). Seorang anak seharusnya dapat 1

2 tumbuh dan bertambah berat badannya dengan pesat apabila ditunjang dengan pemberian asupan nutrisi yang tepat. Sejak lahir seorang anak seharusnya ditimbang secara teratur untuk mengetahui pertumbuhannya. Bertambahnya berat badan merupakan tanda bahwa anak telah tumbuh dengan sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). Rentang usia balita 0-11 bulan merupakan periode emas sekaligus periode kritis karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan mencapai puncaknya pada usia 24 bulan. Periode emas dalam dua tahun pertama kehidupan seorang balita akan dapat tercapai secara optimal apabila ditunjang dengan pemberian asupan nutrisi yang tepat sejak lahir. Pemberian nutrisi yang tepat memiliki dampak yang besar terhadap proses tumbuh kembang balita itu sendiri (Mufida, dkk, 2015). Asupan nutrisi pertama yang paling baik untuk seorang balita yaitu Air Susu Ibu (ASI), tanpa disertai pemberian makan pendamping ASI selama usia 0-6 bulan, dimana ASI memiliki karakteristik mudah untuk dicerna sehingga dapat langsung diserap oleh tubuh balita. Angka kejadian kekurangan gizi, alergik, kolik, konstipasi (sembelit), dan obesitas (kegemukan) lebih kecil terjadi pada anak yang secara teratur mengkonsumsi ASI (Hayati, 2009). Selain ASI, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) juga turut berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan balita dan dapat mulai diberikan pada balita dengan usia 6 bulan ke atas (Kemenkes, 2010). MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan

3 pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan balita (Susilawati, dkk, 2012). Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuuhan nutrisi balita, namun dapat juga merangsang keterampilan makan serta merangsang rasa percaya diri pada balita. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Mufida, dkk, 2015). Pemberian MP-ASI yang tepat dalam hal kualitas dan kuantitas merupakan hal yang penting, karena diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan balita agar dapat bertambah pesat. Bertambahnya umur seorang anak senantiasa akan diikuti oleh kenaikan akan kebutuhan gizinya. Hal ini dimaksudkan agar seorang anak mendapatkan energi yang cukup guna pertumbuhan dan perkembangannya. ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi balita sebanyak 60% pada usia 6-12 bulan. Sisanya harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik gizinya balita (Susilawati, dkk, 2012). Oleh sebab itu, maka pada usia 6 bulan keatas seorang balita membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal dari MP-ASI, namun MP-ASI yang diberikan juga harus tepat kualitas dan kuantitas. Septiana, dkk (2010) dalam penelitanya memaparkan bahwa dari hasil survei yang ada diketahui bahwa yang menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan dalam proses tumbuh serta kembang balita usia 6 sampai dengan 24 bulan di Indonesia ialah terkait rendahnya kualitas MP-ASI serta

4 ketidaksesuaian pola asuh yang diberikan oleh para ibu. Hal ini mengakibatkan beberapa zat gizi, terutama zat besi (Fe) dan Zink (Ze). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia, dkk (2013) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan dengan kejadian gangguan perkembangan motorik halus pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Imogiri I Kabupaten Bantul Yogyakarta. Bayi yang diberikan MP-ASI sebelum usia 6 bulan lebih beresiko 5 kali lipat mengalami gangguan perkembangan motorik halus dibanding bayi yang diberikan MP-ASI setelah usia 6 bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2014) mendapatkan hasil bahwa sejumlah 30 balita (68,2%) mendapatkan kelengkapan makanan dengan kategori lengkap dan sebanyak 14 balita (34,8%) mendapatkan kelengkapan makanan dengan kategori tidak lengkap dari total sejumlah 44 balita yang digunakan sebanyak obyek dalam penelitian ini. Pertumbuhan balita usia 1-3 tahun pada penelitian ini memperlihatkan hasil berada pada kategori baik sebanyak 24 jiwa (54.5%) dan sebanyak 20 jiwa (45,5%). Terdapat hubungan antara kelengkapan makanan dengan pertumbuhan balita usia 1-3 tahun di Posyandu Garuda Kecamatan Herlan, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai p = 0,000 (signifikasi p < 0,05) Berdasarkan pada penelitian tersebut, maka pada penelitian ini akan dilakukan suatu penelitian serupa terkait dengan ada atau tidaknya hubungan yang terjadi antara pemberian MP-ASI terhadap tumbuh kembang pada balita

5 yang berada di wilayah Yogyakarta, secara khusus balita usia 2-5 tahun yang berada di Puskesmas Banguntapan 1, Bantul. 1.2. Masalah Penelitian UU No. 23 tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak menyatakan bahwa, Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembanganya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. Pemberian asupan nutrisi yang baik dapat diberikan berupa ASI kepada balita yang berumur 0-6 bulan dan selanjutnya bagi balita yang sudah berumur 6 bulan ke atas, seorang ibu wajib untuk mulai memberikan makanan pendamping ASI yang tepat serta bernilai gizi tinggi. Akan tetapi hal ini nyatanya belum dapat dipahami sepenuhnya oleh berbagai pihak, khususnya bagi para ibu, terutama mengenai waktu dan tatacara pemberian MP-ASI itu sendiri, dimana di sisi lain pemberian MP- ASI yang tidak tepat memiliki dampak terhadap proses tumbuh kembang seorang anak. Hal ini hendaknya perlu ditegaskan kembali melalui penelitian secara langsung. Beberapa penelitian yang telah dilakukan, antara lain mengenai hubungan yang terjadi antara kelengkapan pemberian makanan pelengkap terhadap pertumbuhan balita (Yusuf, 2014) dan hubungan antara pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan dengan kejadian gangguan perkembangan motorik halus pada bayi (Amelia, dkk, 2013).

6 1.3. Pertanyaan Penelitian a. Apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI terhadap pertumbuhan balita usia 2-5 tahun? b. Apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI terhadap tinggi badan balita usia 2-5 tahun? c. Apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI terhadap berat badan balita usia 2-5 tahun? d. Apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI terhadap lingkar lengan atas balita usia 2-5 tahun? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan umum a. Meningkatkan pengetahuan serta peran serta para ibu dalam Tujuan khusus rangka pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) melalui hubungan pengetahuan antara pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) terhadap tumbuh balita usia 2-5 tahun. a. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI terhadap tumbuh balita usia 2-5 tahun.

7 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat teoritis a. Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan serta meninjau kembali ilmu atau teori yang sudah ada mengenai tatacara pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat dan benar. 1.5.2. Manfaat praktis a. Meningkatkan pengetahuan serta peran serta para ibu agar dapat memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat kualitas dan kuantitas guna menunjang tumbuh kembang balita secara optimal.

No. 1.5. KEASLIAN PENELITIAN Peneliti, Tahun 1. Amelia, dkk, 2013 2. Yusuf, 2014 Tabel 1. Deskripsi perbandingan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Judul, dan Lokasi Penelitian Jumlah Sampel Variabel Hasil Penelitian Penelitian Usia Pemberian Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Gangguan Perkembangan Motorik Halus Bayi, Imogiri-Bantul Yogyakarta Pemberian Kelengkapan Makanan dan Pertumbuhan Anak Balita Usia 1-3 Tahun di Posyandu Garuda, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba, Variabel bebas dalam penelitian tersebut adalah usia pemberian MP-ASI (sebelum bayi berusia 6 bulan dan sesudah berusia 6 bulan) Variabel bebas dalam penelitian tersebut adalah jenis kelengkapan makanan yang diterima oleh setiap balita Bayi usia 0-12 bulan sebanyak 133 jiwa Balita usia 1-3 tahun sebanyak 44 jiwa Letak Perbedaan Jumlah Sampel Penelitian & Variabel Terdapat hubungan antara pemberian MP- ASI sebelum usia 6 bulan dengan kejadian gangguan perkembangan motorik halus pada bayi Terdapat hubungan antara kelengkapan makanan dengan pertumbuhan balita usia 1-3 tahun di Posyandu Garuda Kecamatan Herlan, Kabupaten Bulukumba Balita usia 2-5 tahun sebanyak 60 jiwa di wilayah Yogyakarta (Puskesmas Banguntapan I) Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah pola pemberian MP- ASI 8