BAB I PENDAHULUAN. untuk selalu dipenuhi ketersediannya bagi masyarakat. Perusahaan Daerah Air

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Berbagai upaya telah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manajemen perusahaan untuk melakukan perencanaan dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN LAMPUNG-SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) memerlukan waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya untuk mendapatkan keuntugan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam menentukan kebijaksanaan baik jangka pendek maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan akhir suatu perusahaan dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan usahanya dan kemungkinan untuk perkembangan usaha

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Karena segala aktifitas masyarakat di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang bergerak dalam dunia usaha juga tidak terlepas dari kebutuhan. membiayai investasi jangka panjangnya.

EVALUASI PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DI PDAM DELTA TIRTA KABUPATEN SIDOARJO BERDASARKAN ASPEK KEUANGAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan baru yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sumber Daya Air dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan yang bergerak di bidang usaha mempunyai tujuan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan bisnisnya. Padahal perindustrian sektor konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan pilar

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Simpulan. Berikut ini merupakan simpulan atas hasil penelitian dan pembahasan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan di bidang usaha dan ilmu. pengetahuan, dewasa ini perusahaan-perusahaan baru mulai tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya secara maksimal. suatu Sistem Informasi yang sekaligus dapat memanajemen kegiatan-kegiatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi sebagai gerakan lembaga ekonomi yang mempunyai tugas. dan tanggungjawab mensejahterakan seluruh anggota melalui pemenuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan tujuan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. BUMN dimaksudkan oleh pemerintahan sebagai sarana dan. penunjang pelaksanaan program pemerintah di bidang ekonomi dan

PEMBERIAN SUBSIDI DARI PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PENYELENGGARA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

Pengantar Bisnis. Pertimbangan Menetapkan Bentuk Pemilikan Bisnis Alternatif Bentuk Pemilikan Bisnis. Fatmah Amir Abdat, SE, MM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang.

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN..

BAB I PENDAHULUAN. atau ekspansi. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu. gulung tikar karena faktor keuangan yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan keputusan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan obat obatan yang berkualitas dengan mutu yang baik dan harga yang terjangkau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan tersebut bergerak menurut kegiatannya masingmasing,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan program pemerintah untuk melaksanakan pembangunan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

ekonomi K-13 PELAKU EKONOMI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN K e l a s A. BADAN USAHA a. Pengertian Badan Usaha Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Industri ditujukan untuk memperkokoh struktur ekonomi nasional,

BAB I PENDAHULUAN. makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Indonesia saat ini telah memporak porandakan

ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB V PENUTUP. 1. Penilaian kinerja dengan menggunakan perspektif finansial yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan teknologi yang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. signifikan (F=7,595 dan p<0,01) dengan sumbangan efektif secara bersamasama

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI MAHASISWA UMS DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN PT. DJARUM KUDUS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan setiap perusahaan tentunya untuk mencapai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan serta perubahan yang. dunia perekonomian pun mengalami perubahan.

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus, yang meliputi 4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. kelola perusahaan yang baik menuntut adanya tanggung jawab antara perusahaan

Bab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang menekankan penilaian sistematis dan

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS (Studi Kasus Pada PTPN X Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Tak diragukan lagi bahwa dunia telah berubah, sedang berubah, dan senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan belum dapat juga dinikmati oleh seluruh masyarakatnya terutama

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah membawa perubahan mendasar baik dalam hubungan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI PENILAI KINERJA PABRIK SEMEN (Studi Kasus Pada PT. Semen Gresik Tbk dan PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. PT. PINDAD (persero) merupakan perusahaan industri manufaktur dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk itu untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. Produsen

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini jumlah bank yang terdaftar di Bank Indonesia mencapai 145. Tabel 1.1 Jumlah Bank yang Terdaftar di BI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air minum sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia senantiasa menjadi salah satu perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk selalu dipenuhi ketersediannya bagi masyarakat. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus, selanjutnya disingkat PDAM Kabupaten Kudus, sesungguhnya memiliki hak monopoli. Namun keunggulan hal monopoli tersebut kadang-kadang kurang dicermati oleh pemerintah daerah dan direksi untuk senantiasa meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga dapat diperoleh manfaat yang akan dinikmati oleh kedua belah pihak, yaitu produsen dan konsumen. Secara teoritis, monopoli sesungguhnya memungkinkan perusahaan dengan mudah mengatur harga (dalam hal ini tarif). Namun d alam praktek, PDAM Kab. Kudus tidak dapat leluasa menetapkan tarif. Penetapan tarif harus mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat. PDAM Kabupaten Kudus sebagai perusahaan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus, merupakan satu-satunya perusahaan yang memiliki kewenangan dalam penyediaan dan pelayanan air bersih di wilayah Kabupaten Kudus, khususnya di daerah Gebog. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1980, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus Nomor 10 Tahun 1980. Kondisi kinerja keuangan perusahaan yang demikian terpuruk serta citra yang kurang baik di masyarakat tersebut disebabkan antara lain oleh ekspansi yang over 1

2 estimate dan beberapa penyimpangan lainnya di dalam pengelolaan perusahaan. Pendek kata, terjadi mis-manajemen dalam pengelolaan PDAM Kabupaten Kudus. Sementara itu, pelayanan kepada masyarakat, khususnya pelanggan tidak boleh berhenti, bahkan harus ditingkatkan mengingat di beberapa wilayah pelayanan sudah dalam kondisi kritis karena terbatasnya pasokan air dibandingkan dengan jumlah pelanggan yang harus disuplai. Hal ini antara lain disebabkan karena sarana dan prasarana produksi yang memerlukan perbaikan dan bahkan penggantian. Di satu pihak, keinginan untuk menambah kapasitas produksi sudah dirasakan mendesak, namun dipihak lain, kondisi keuangan perusahaan sangat terbatas, apalagi beban investasi jangka panjang, menjadi persoalan tersendiri yang harus segera dipecahkan. Desakan masyarakat yang mendambakan pelayanan air bersih memaksa direksi utuk tetap mengupayakan penambahan jangkauan pelayanan air bersihnya dengan tetap memperhatikan kondisi keuangan perusahaan. Bagi pengelolaan perusahaan, diperlukan informasi yang tepat untuk mengetahui kondisi perusahaan selama periode tertentu. Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah berjalan dengan baik, maka pengelola harus mengetahui kinerja perusahaan yang dikelolanya. Pada perusahaan swasta tidak ada peraturan baku yang mengatur tentang kesehatan atau kinerja perusahaan, sehingga masing-masing perusahaan dan industri menilai berdasarkan pada pengalaman-pengalaman masa lalu, dan biasanya yang paling banyak digunakan sebagai alat penilaian kinerja keuangan perusahaan pada umumnya adalah analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.

3 Sama halnya dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), semula dalam menilai kinerja perusahaannya, juga dengan ketiga alat analisis yang digunakan sebagaimana perusahaan swasta menilai kinerja perusahaannya. Tetapi semenjak tahun 1998 telah ada pedoman yang mengatur secara rinci penilaian tingkat kesehatan BUMN. Pedoman tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 198/KMK.016/1998 tanggal 24 Maret 1998 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Berdasarkan surat keputusan tersebut perusahaan milik negara mulai menilai kinerja perusahaannya untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya demi perkembangan dan kemajuan pengelolaan perusahaan di masa yang akan datang. Tingkat kesehatan BUMN menunjukkan efektifitas dari kinerja perusahaan milik negara dalam operasionalnya. Kinerja PDAM Kabupaten Kudus yang baik dinyatakan dengan tingkat kesehatan dari kondisi keuangan yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Ketentuan tersebut menunjukkan adanya kriteria pengawasan ( monitoring) dari pimpinan perusahaan untuk dipertanggung jawabkan kepada pemerintah atas posisi keuangan PDAM Kabupaten Kudus yang mengakibatkan kinerja perusahaan yang optimal dan berarti bahwa PDAM Kabupaten Kudus mampu berkembang dengan baik. Mengingat begitu pentingnya penilaian kinerja keuangan perusahaan khususnya pada BUMN, maka selanjutnya pada penelitian ini diambil judul ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KUDUS.

4 1.2. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian merupakan pembatasan lingkup yang dibahas dalam penelitian yang meliputi berikut ini. 1.2.1. Obyek penelitian pada PDAM Kabupaten Kudus yang merupakan Badan Usaha Milik Negara. 1.2.2. Kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus difokuskan pada aspek penilaian kesehatan keuangan selama periode tahun 2008 2010. 1.2.3. Penilaian kinerja keuangan aspek keuangan PDAM Kabupaten Kudus berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.198/KMK.016/1998 tanggal 24 Maret 1998 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara yang meliputi: likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. 1.3. Perumusan Masalah Sebagai produsen monopolis sesungguhnya PDAM Kabupaten Kudus mampu meraup keuntungan besar. Namun sebagai badan usaha yang juga mengemban misi sosial, maka penetapan tarif harus memperhatian kepentingan masyarakat banyak. Oleh karena itu, dalam penetapan tarif, harus disetujui oleh DPRD Tingkat II. Dengan kondisi sosial ekonomi saat ini, rasanya sulit untuk menaikkan tarif, oleh karenanya langkah-langkah yang masih memungkinkan untuk meraih laba adalah dengan efisiensi dengan meminimalkan biaya Dengan kata lain, perlu dilakukan restrukturisasi finansial. Adapun perumusan masalah yang hendak dibahas dalam

5 penelitian adalah Bagaimanakah kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI selama periode tahun 2008 2010? 1.4. Tujuan Penelitian Dengan adanya permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI selama periode tahun 2008 2010. 1.5. Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dan kegunaan penelitian adalah sebagai berikut ini. 1.5.1. Memberikan informasi dan masukan pada PDAM Kabupaten Kudus mengenai kinerja keuangannya, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan kondisi kesehatan PDAM Kabupaten Kudus sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan manajemen perusahaan. 1.5.2. Memberikan sumbangan pemikiran atau sebagai bahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan bidang keuangan, khususnya tingkat kesehatan BUMN.