ANALISA NDVI CITRA SATELIT LANDSAT MULTI TEMPORAL UNTUK PEMANTAUAN DEFORESTASI HUTAN KABUPATEN ACEH UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 1 Januari 2016

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip APRIL 2014

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

Bab IV Hasil dan Pembahasan

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Analisis Rona Awal Lingkungan dari Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus :Daerah Eksplorasi Geothermal Kecamatan Sempol, Bondowoso)

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

ANALISIS INDEKS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS AVNIR-2 (Studi Kasus: Estuari Perancak, Bali)

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA)

THESIS (DRAFT SEMINAR AKHIR/SIDANG) AZIS RIFAI NIM

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

PEMETAAN LAHAN TERBANGUN PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN NDBI DAN SEGMENTASI SEMI-AUTOMATIK

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN NDVI DAN KRITERIA BAKU DI KAWASAN HUTAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

KAJIAN KORELASI ANTARA KELEMBABAN TANAH DENGAN TATA GUNA LAHAN BERBASIS CITRA SATELIT. (Studi Kasus Daerah Bandung dan Sekitarnya) IRLAND FARDANI

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

ABSTRAK. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penginderaan Jauh, Citra Landsat 8, Indeks Vegetasi (NDVI, MSAVI2 dan WDRVI) vii

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

Interpretasi Citra Satelit Landsat 8 Untuk Identifikasi Kerusakan Hutan Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

BAB II METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

METODOLOGI. dilakukan di DAS Asahan Kabupaen Asahan, propinsi Sumatera Utara. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian


Analisa Tutupan Hutan Pulau Nunukan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mei, 2013) ISSN:

Transkripsi:

Jurnal Inotera, Vol. 2,.1, Januari-Juni 2017 ANALISA NDVI CITRA SATELIT LANDSAT MULTI TEMPORAL UNTUK PEMANTAUAN DEFORESTASI HUTAN KABUPATEN ACEH UTARA Meraty Ramadhini 1, Bangun Muljo Sukojo 2. 1 Program Studi Teknik Industri, Politeknik Aceh Selatan, Jl. Merdeka, Aceh Indonesia 2 Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh pember, Jl. Raya ITS, Surabaya - Indonesia E-mail: meratyramadhini@yahoo.com Abstract One of the functions of the forest is natural disaster such as flood control and the landslide that is how these forests absorb water into the root of the tree. Most forests in rth Aceh Regency is protected forest which has undergone deforestation due to the presence of illegal logging and opening of new land like planting oil palm that impact against water infiltration. This research was conducted to identify deforestation forests in 2000, 2003 and 2015 using the techniques of remote sensing by satellite images landsat landsat 7 and 8. The method used was algorithm NDVI to get the classification of forest distribution and the level of deforestation forests based on the density of the vegetation from the Forestry Department 2003. Analysis of the rate of deforestation and loss of vast forests is done by leveraging the value of NDVI and other supporting data.the results showed that the NDVI value for forest distribution based on vegetation density in 2000 was -0,620438 0,628743, in 2003 between -0,364238 0,530055 and in 2015 between -0,274592 0,642049. The rate of deforestation in the district of rth Aceh based on the value of the vegetation index (NDVI) yields 3 classes of deforestation are severe deforestation, light deforestation and not deforested, in 2000 there was deforestation of 25,62%, in 2003 it was 99,91% and in 2015 amounted to 15,89%, most deforestation occurs in production forests. Keywords: Protected Area, Deforestation, NDVI 1. Pendahuluan Aktivitas penebangan liar dan pembukaan lahan baru oleh perusahaan perkebunan di kawasan hutan lindung Kabupaten Aceh Utara yang secara liar dan ilegal telah merusak lingkungan dan menyebabkan terjadinya deforestasi hutan. Dampak alih fungsi hutan yang dilakukan perusahaan perusahaan tersebut menyebabkan puluhan ribu hektare lahan hutan rusak hingga berdampak terhadap resapan air. Mereka mampu menebang pohon sampai berhektar-hektar. Deforestasi adalah istilah untuk menyebutkan perubahan tutupan suatu wilayah dari berhutan menjadi tidak berhutan, artinya dari suatu wilayah yangsebelumnya berpenutupan tajuk berupa hutan (vegetasi pohon dengan kerapatantertentu) menjadi bukan hutan (bukan vegetasi poho n atau bahkan tidakbervegetasi) [2]. Kawasan hutan di Kabupaten Aceh Utara diantaranya merupakan kawasan lindung, dan kawasan lindung memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Namun kawasan hutan lindung telah rusak karena beralih fungsi menjadi lahan kelapa sawit, sehingga daerah tersebut akan tandus 23 dan resapan air tidak berfungsi sehingga menyebabkan banjir. Dengan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dapat dilakukan pemetaan dan analisa degradasi hutan akibat penebangan yang tidak terkendali, Teknologi Penginderaan Jauh mampu memberikan kemudahan dalam analisis spasial, berulang, serta meliputi wilayah yang relatif luas dengan biaya yang relatif murah dan cepat bila dibandingkan dengan survai terestris. Sedangkan Sistem Informasi Geografis mampu menyediakan informasi yang obyektif dan analisa kerusakan hutan akibat penebangan. Dengan menggunakan software pengolahan citra satelit serta data-data pendukung lainnya kita dapat mengetahui, persebaran hutan dan tingkat deforestasi yang terjadi, sehingga penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan untuk perencanaan dan penataan kawasan hutan. 2. Metode dan Peralatan Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh, khususnya di tiga kecamatan yaitu kec. Paya bakong, kec. Langkahan dan Kec. Cot Girek, dapat dilihat pada gambar 3.1. Letak geografis Kabupaten Aceh Utara terletak pada 96 47'

Jurnal Inotera, Vol. 2,.1, Januari-Juni 2017 97 31' BT dan 04 43 05 16 LU, dengan luas wilayah 3.296,86 km² (329,686 Ha). Batas wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan wilayah lainnya adalah sebelah utara Kota Lhokseumawe, sebelah timur Kabupaten Aceh Timur, sebelah selatan Kabupaten Bener Meuriah dan sebelah barat Kabupaten Bireuen. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Data citra Landsat 7 tahun 2000, 2003 dan citra Landsat 8 tahun 2015 Kabupaten Aceh Utara (USGS). Peta RBI skala 1:25.000 Peta digital batas administrasi Kabupaten Aceh Utara (Bappeda). Peta Digital Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Aceh Utara (Dinas Kehutanan). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Hardware :Laptop, printer. Software :Software pengolahan citra. Koreksi geometrik bertujuan untuk mereduksi kesalahan geometrik sehingga dihasilkan citra terkoreksi geometrik. Untuk uji ketelitian geometrik digunakan rumus RMSE ( Root Mean Square Error) dengan nilai RMSE rata-rata citra kurang dari sama dengan satu (RMSE= 1) piksel. Apabila nilai RMSE lebih besar dari satu (RMSE> 1) maka harus dilakukan koreksi geometrik lagi, sampai didapat nilai RMSE kurang dari sama dengan satu (RMSE= 1). Koreksi geometrik menggunakan peta RBI. Pemotongan citra dilakukan untuk mendapatkan citra digital yang hanya meliputi daerah penelitian sehingga lebih memfokuskan pengolahan data, kedua citra dipotong dengan peta batas administrasi Kabupaten Aceh Utara agar pengolahan citra hanya mencakup batas studi saja. Koreksi radiometrik dilakukan dengan mengubah nilai Digital Number (DN) ke dalam nilai reflektan. Citra Landsat 7 ETM+Untuk mengubah DN ke nilai reflektan pada citra Landsat 7, maka DN harus diubah nilai piksel menjadi nilai radian spektral terlebih dahulu, setelah itu nilai radian spektral dikonversi menjadi nilai reflektansi [1]. Citra landsat 8 tidak menggunakan nilai radian spektral, nilai yang digunakan adalah rescalling nilai piksel. Pengolahan indeks vegetasi dilakukan dengan memasukkan algoritma indeks vegetasi. Dalam penelitian ini, algoritma indeks vegetasi yang digunakan adalah rmalized Difference Vegetation Index (NDVI). Algoritma NDVI digunakan untuk mendeteksi daerah hutan dan non hutan serta untuk menentukan persebaran hutan. Untuk menghitung indeks vegetasi pada citra Landsat 7 ETM+ diperlukan masukan berupa band 3 dan band 4, sedangkan pada citra Landsat 8 diperlukan masukan berupa band 4 dan band 5. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa tingkat deforestasi berdasarkan algoritma NDVI di tiga kecamatan di Kabupaten Aceh Utara tahun 2000, 2003 dan 2015. Tingkat deforestasi hutan diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan nilai kerapatan vegetasi yang diperoleh, yaitu nilai deforestasi hutan berat mempunyai nilai kerapatan vegetasi antara -1 s/d 0,32. Deforestasi hutan sedang mempunyai nilai kerapatan vegetasi antara > 0,32 s/d 0,42 dan hutan yang tidak rusak mempunyai nilai kerapatan vegetasi antara > 0,42 s/d 1. 3. Hasil dan Pembahasan Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Pengolahan Data 24 3.1. Klasifikasi Indeks Vegetasi (NDVI) untuk Persebaran Hutan Proses perhitungan rmalized Difference Vegetation Index (NDVI) akan menghasilkan peta NDVI hutan Kabupaten Aceh Utara tahun 2000,

Jurnal Inotera, Vol. 2,.1, Januari-Juni 2017 2003 dan 2015. Rentang nilai indeks vegetasi pada masing-masing citra berbeda-beda yang menyebabkan nilai density slice untuk masingmasing citra juga berbeda. Berikut hasil klasifikasi indeks vegetasi berdasarkan nilai density slice dari masing-masing citra. Tabel 1. Kisaran nilai NDVI Tahun 2000 Kis aran NDVI Kerapatan Vege tas i Luas (ha) % tidak dikelola lagi, sehingga menyebabkan tumbuhnya tumbuhan semak belukar pada areal hutan tersebut. Untuk mendapat gambaran tentang perubahan nilai NDVI tahunan seperti tampak pada gambar 2. data tahun 2015 adalah data yang paling sedikit mendapatkan gangguan awan. Dengan demikian NDVI pada data tahun tersebut merupakan data yang paling luas cakupannya jika dibandingkan dengan data NDVI tahun 2000 dan 2003. Dengan demikian informasi vegetasi yang diperoleh semakin baik untuk kepentingan monitoring. 1-0,620438-0,32 Jarang 17.652 24,20 2 0,32-0,42 Sedang 12.961 17,77 3 0,42-0,628743 Tinggi 42.329 58,03 7 2.94 2 10 0 Tabel 2. Kisaran nilai NDVI Tahun 2003 Kis aran N DVI Kerapatan Vege tas i Luas (ha) % 1-0,364238-0,32 Jarang 70.300 94,73 2 0,32-0,42 Sedang 3.884 5,23 3 0,42-0,530055 Tinggi 26 0,04 7 4.21 0 10 0 Tabel 3. Kisaran nilai NDVI Tahun 2015 Kis aran N DVI Kerapatan Vege tas i Luas (ha) % 1-0,274592-0,32 Jarang 3.533 4,86 2 0,32-0,42 Sedang 8.206 11,28 3 0,42-0.642049 Tinggi 61.026 83,87 7 2.76 5 10 0 Berdasarkan hasil pengolahan data citra satelit Landsat-7 tahun 2000 dihasilkan nilai NDVI minimum = -0,620438, nilai NDVI maksimal = 0,628743, hasil pengolahan data citra satelit Landsat- 7 tahun 2003 dihasilkan nilai NDVI minimum = - 0,364238, nilai NDVI maksimal = 0,530055, hasil pengolahan data citra satelit Landsat-8 tahun 2015 dihasilkan nilai NDVI minimum = -0,274592, nilai NDVI maksimal = 0,642049. Berdasarkan tabel kisaran nilai NDVI diatas dapat disimpulkan bahwa nilai indeks vegetasi (NDVI) pada tahun 2015 lebih tinggi dari tahun 2000 dan tahun 2003. Maka dari hasil indeks vegetasi (NDVI) tahun 2000, 2003 dan 2015 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2000 obyek yang bukan vegetasi 24,20% dan obyek yang merupakan vegetasi 75,8%, pada tahun 2003 obyek yang bukan vegetasi 94,73% dan obyek yang merupakan vegetasi 5,27%, pada tahun 2015 obyek yang bukan vegetasi 4,86% dan obyek yang merupakan vegetasi 95,15%. Perubahan nilai NDVI tiap tahunnya dipengaruhi perekaman dimusim yang dan gangguan awan/kabut/asap pada saat perekaman serta perubahan penggunaan lahan hutan. Peningkatan luas semak ini kemungkinan terjadi karena lahan-lahan terbuka dan lahan budidaya yang (a) (b) (c) Gambar 2. Tampilan data natural color sampel data tahun (a) 2000, (b) 2003 dan (c) 2015 Awan yang banyak menyelimuti data citra satelit pada tahun 2000 dan 2003 berakibat berkurangnya kawasan yang memiliki sebaran NDVI, hal ini menyebabkan nilai NDVI rendah, bahkan negatif. Awan yang memiliki nilai vegetasi negatif akan tersaring dari citra NDVI dan berwarna merah (non vegetasi) seperti pada gambar 3, gambar 4 dan gambar 5. Pada tahun 2003 cukup banyak daratan yang tertutupi oleh awan sehingga pengaruhnya cukup signifikan mengubah nilai NDVI menjadi negatif sehingga hanya tampak memiliki nilai tingkat kerapatan vegetasi yang rendah saja (merah) seperti pada gambar 4. Maka dari klasifikasi tersebut dihasilkan peta sebaran NDVI berdasarkan nilai kerapatan vegetasi mulai dari jarang, sedang dan tinggi. Adapun sebaran NDVI di Kabupaten Aceh Utara tahun 2000 seperti yang disajikan pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 berikut : 25

Jurnal Inotera, Vol. 2,.1, Januari-Juni 2017 3.2. Analisa Indeks Vegetasi (NDVI) untuk Tingkat Deforestasi Berdasarkan hasil pengolahan indeks vegetasi citra Landsat 7 dan Landsat 8 dilakukan proses overlay dengan peta digital fungsi kawasan hutan Kabupaten Aceh Utara untuk mengetahui fungsi kawasan hutan di Kabupaten Aceh Utara. Untuk kelas deforestasi ditentukan berdasarkan nilai kerapatan vegetasi (NDVI) yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui tingkat deforestasi hutan di Kabupaten Aceh Utara. Dari hasil klasifikasi deforestasi dihasilkan peta deforestasi tahun 2000, 2003 dan 2015 (Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8) dengan masing-masing luasnya seperti pada tabel berikut: Gambar 3. Peta Sebaran NDVI Tahun 2000 Kabupaten Aceh Utara Tabel 4. Luas Deforestasi Tahun 2000 Kis aran Nilai Tingkat Deforestas i Luas NDVI Hutan (ha) (%) 1-1 - 0,32 Berat 1.778 8,57 2 0,32-0,42 Ringan 3.538 17,05 3 0,42-1 Tidak Terdeforestasi 15.432 74,38 20.748 100 Tabel 5. Luas Deforestasi Tahun 2003 Kisaran Nilai Tingkat Deforestasi Luas NDVI Hutan (ha) (%) 1-1- 0,32 Berat 19.634 94,64 2 0,32-0,42 Ringan 1.094 5,27 3 0,42-1 Tidak Terdeforestasi 19 0,09 20.747 100 Gambar 4. Peta Sebaran NDVI Tahun 2003 Kabupaten Aceh Utara Gambar 5. Peta Sebaran NDVI Tahun 2015 Kabupaten Aceh Utara Tabel 6. Luas Deforestasi Tahun 2015 Kisaran Nilai Tingkat Deforestasi Luas NDVI Hutan (ha) (%) 1-1 - 0,32 Berat 306 1,48 2 0,32-0,42 Ringan 2.988 14,41 3 0,42-1 Tidak Terdeforestasi 17.445 84,12 20.739 100 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan luasan deforestasi hutan di Kabupaten Aceh Utara mengalami kenaikan dari tahun 2000-2003, Karena dilihat dari segi tingkat luasan deforestasi berat tahun 2000 mempunyai luas 1.778 Ha, tahun 2003 naik menjadi 19.634 Ha dan tahun 2015 deforestasi turun kembali dengan 306 Ha, sedangkan dari segi tingkat luasan deforestasi ringan tahun 2000 mempunyai luas 3.538 Ha, tahun 2003 turun menjadi 1.094 Ha dan tahun 2015 naik kembali menjadi 2.988 Ha. Berdasarkan NDVI gambar 5, dengan menetapkan data 2015 sebagai acuan, tampak bahwa indeks vegetasi pada tahun 2003 menampakkan data 26

Jurnal Inotera, Vol. 2,.1, Januari-Juni 2017 dengan kerapatan vegetasi yang sangat rendah. Rendahnya nilai NDVI tersebut selain karena kondisi vegetasi yang sudah banyak mengalami deforestasi, juga disebabkan pengaruh awan yang menutupi sebagian Kabupaten Aceh Utara pada saat itu. Hal ini mempengaruhi luasnya cakupan untuk tingkat deforestasi berat pada tahun 2003 yaitu mencapai 94,64%, dapat dilihat pada tabel 4.8. Maka data citra pada tahun tersebut tidak dapat digunakan untuk monitoring deforestasi. Tingkat deforestasi hutan di Kabupaten Aceh Utara diperoleh dari peta deforestasi yang diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan nilai NDVI, yaitu deforestasi berat memiliki nilai NDVI 1 s/d 0,32, deforestasi sedang memiliki nilai 0,32 s/d 0,42 dan hutan yang tidak terdeforestasi memiliki nilai 0,42 s/d 1. Luasan Tingkat deforestasi hutan tahun 2000 yang tersebar di setiap Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara seperti yang disajikan pada Tabel di bawah ini. Tabel 7. Luasan dan Tingkat Deforestasi Per Kecamatan Tahun 2000 Luas (ha) Tahun 2000 Kisaran Nilai Tingkat Paya Bakong Cot Girek Langkahan NDVI Deforestasi HL HP HL HP HL HP 1-1 - 0,32 Berat 192 1186 27 238 41 94 2 0,32-0,42 Ringan 161 1497 443 1303 89 45 3 0,42-1 Tidak Terdeforestasi 139 933 3713 8200 1724 723 492 3616 4183 9741 1854 862 HL : Hutan Lindung, HP : Hutan produksi Tabel 8. Luasan dan Tingkat Deforestasi Per Kecamatan Tahun 2003 Luas (ha) Tahun 2003 Kisaran Nilai Tingkat Paya Bakong Cot Girek Langkahan NDVI Deforestasi HL HP HL HP HL HP 1-1 - 0,32 Berat 238 3242 4182 9255 1854 863 2 0,32-0,42 Ringan 21 588 0 485 0 0 3 0,42-1 Tidak Terdeforestasi 16 3 0 0 0 0 275 3833 4182 9740 1854 863 HL : Hutan Lindung, HP : Hutan produksi Tabel 9. Luasan dan Tingkat Deforestasi Per Kecamatan Tahun 2015 Luas (ha) Tahun 2015 Paya Bakong Cot Girek Langkahan Kisaran Nilai NDVI Tingkat Deforestasi HL HP HL HP HL HP 1-1 - 0,32 Berat 16 19 22 130 35 84 2 0,32-0,42 Ringan 189 502 563 1573 128 33 3 0,42-1 Tidak Terdeforestasi 286 3091 3598 8035 1691 744 491 3612 4183 9738 1854 861 HL : Hutan Lindung, HP : Hutan produksi Berdasarkan Tabel 7 ditunjukkan bahwa pada tahun 2000 tingkat deforestasi paling tinggi yaitu berada di Kecamatan Paya Bakong sebesar 71,74% pada hutan lindung dan 74,20% pada hutan produksi, dimana pada hutan lindung terjadi deforestasi berat sebesar 39,02% dan deforestasi ringan sebesar 32,72%, kemudian pada hutan produksi terjadi deforestasi berat sebesar 32,80% dan deforestasi ringan sebesar 41,40%. Berdasarkan Tabel 9 ditunjukkan bahwa pada tahun 2015 tingkat deforestasi paling tinggi yaitu berada di Kecamatan Paya Bakong sebesar 41,75% pada hutan lindung dan 14,43% pada hutan produksi, dimana pada hutan lindung terjadi deforestasi berat sebesar 3,26% dan deforestasi ringan sebesar 38,49%, kemudian pada hutan produksi terjadi deforestasi berat sebesar 0,53% dan deforestasi ringan sebesar 13,90%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat deforestasi pada kawasan hutan produksi lebih tinggi dari pada hutan lindung, sebagaimana disebutkan pada hasil RTRW Provinsi tahun 2013 yang telah disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan. SK 941/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan, hal ini disebabkan akses menuju kawasan hutan lindung lebih sulit dijangkau dan topografi lebih curam dibandingkan dengan kawasan hutan produksi, dan juga pada kawasan hutan produksi mudah diakses karena banyak tersedia sarana jalan, baik jalan umum maupun jalan produksi. Dari data tabel diatas dapat kita lihat bahwa tingkat deforestasi kawasan hutan per kecamatan bahwa Kecamatan Paya Bakong kawasan hutan yang tingkat deforestasinya paling tinggi diantara kawasan hutan di kecamatan lainnya, yang mana kawasan ini memiliki ketinggian 500-1000 m-dpl dengan kemiringan lahan agak curam, kemudian diikuti Kecamatan Cot Girek yang memiliki ketinggian 100-500 mdpl dengan kemiringan lahan landai, agak curam, curam hingga sangat curam dan Langkahan (dapat dilihat pada lampiran gambar peta kemiringan lahan dan peta ketinggian tanah Kabupaten Aceh Utara), sama halnya seperti yang disebutkan pada hasil inventarisasi dan pengumpulan data lapangan serta hasil analisis data lapangan dan interpretasi terhadap kawasan hutan sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan. SK 941/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Aceh, bahwa tingkat kekritisan kawasan hutan menurut kecamatan adalah Kecamatan Paya Bakong merupakan tingkat kekritisan kawasan hutannya paling tinggi diantara kawasan hutan di kecamatan lainnya (dapat dilihat pada lampiran gambar peta inventarisasi lahan kritis masing-masing kecamatan). 27

Jurnal Inotera, Vol. 2,.1, Januari-Juni 2017 Tingkat deforestasi hutan di Kabupaten Aceh Utara berdasarkan nilai indeks vegetasi (NDVI) menghasilkan 3 kelas deforestasi yaitu deforestasi berat, deforestasi ringan dan tidak terdeforestasi, pada tahun 2000 terjadi deforestasi sebesar 25,62%, tahun 2003 99,91% dan tahun 2015 sebesar 15,89%, sebagian besar deforestasi terjadi pada hutan produksi yang mana hutan produksi lebih mudah diakses karena banyak tersedia sarana jalan, baik jalan umum maupun jalan produksi daripada hutan lindung sarana aksesnya lebih sulit dijangkau dan topograpi lebih curam. Daftar Pustaka Gambar 6. Peta Deforestasi Hutan Tahun 2000 [1] Chander, G., Markham, B. L. & Helder, D. L., (2009). Summary of current radiometric calibration coefficients for Landsat MSS, TM, ETM+, and EO-1 ALI sensors. Remote Sensing of Environment, Vol. 113, pp. 893903. [2] Nawir, A.A., Muniarti dan Lukas Rumboko. (2008). Rehabilitasi Hutan di Indonesia. CIFOR. Bogor. Gambar 7. Peta Deforestasi Hutan Tahun 2003 Gambar 8. Peta Deforestasi Hutan Tahun 2015 4. Kesimpulan Nilai indeks vegetasi (NDVI) untuk persebar an hutan yang dihasilkan bervariasi yaitu pada tahun 2000 berkisar antara -0,620438-0,628743, tahun 2003 berkisar antara -0,364238 0,530055 dan tahun 2015 berkisar antara -0,274592 0.642049, masingmasing berupa vegetasi jarang, vegetasi sedang dan vegetasi tinggi. 28