BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi penjumlahan dan pengurangan. sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. anak untuk menyelesaikan suatu tugas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan. selanjutnya. Masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini ialah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. penting. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini tumbuh subur di masyarakat, baik dalam bentuk formal dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini dijadikan sebagai cermin untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

Penerapan Permainan Dakon dalam Mengenalkan Konsep Bilangan pada Anak Kelompok A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan (Golden Age) yang pada usia ini stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting. Banyak orang tua sengaja merencanakan anaknya masuk ke pendidikan anak usia dini sebelum masuk Sekolah Dasar. (Mulyasa, 2012, hlm. 34). Salah satu aspek yang harus dikembangkan oleh anak yaitu perkembangan kognitif. Kognitif sangat penting dikembangkan karena agar anak dapat melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya. Pada konsep banyak dan sedikit anak akan dikenalkan pada kegiatan berhitung sederhana dilakukan anak usia dini pada usia 4-5 tahun adalah membilang, mengurutkan, menjumlahkan dan mengurangi angka secara sederhana. Berhitung permulaan anak harus melalui beberapa tahapan yaitu mampu mengenal angka, menyebutkan angka, dan mengurutkan angka dan akhirnya anak mampu melakukan berhitung permulaan secara benar. Sedangkan masih banyak sekolah-sekolah dalam kegiatan berhitung pada anak hanya menggunakan majalah saja, seharusnya dalam melakukan pembelajaran kepada anak harus menggunakan media dan benda yang konkret, agar pembelajaran anak merasa senang dan tidak bosan. Menurut Munandar (Susanto, 2011, hlm. 98). Kemampuan berhitung permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan ynag terdekat dengan dirinya, sejalan dengan 1

2 perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ketahap pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan. Berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan. Metode berhitung merupakan bagian dari matematika, hal ini diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Kegiatan berhitung tersebut dapat diajarkan kepada anak usia dini dengan bermain, karena prinsip pembelajaran untuk anak usia dini yaitu bermain sambil belajar, melalui bermain anak diberi stimulasi yang dapat merangsang kemampuan anak. Menurut Hurlock (1978, hlm. 320), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Bermain anak mempunyai banyak pilihan dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan material yang mereka inginkan. Dalam melakukan permainan, pendidik harus tetap mengarahkan dan membina untuk memilih material dan anak dapat menentukan konsep-konsep tertentu. Mengingat begitu pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media dan metode yang tepat jangan sampai dapat merusak perkembangan anak. Beuty (Mubiar, 2011, hlm.78) berasumsi bahwa anak mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui kegiatan bermain. Menurut Teori Vigotsky

3 (Latif, & dkk, 2014, hlm. 79) bermain juga merupakan cara berpikir anak dan dapat meningkatkan bidang peningkatan kemampuan kognitif yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Sedangkan bermain merupakan kebutuhan dan sebagai aktivitas penting yang dilakukan anak-anak. Dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman. Mengingat dunia anak dunia bermain, melalui bermain anak memeperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fiisk. (Latif & dkk, 2014, hlm.201). Menurut Desmita (2005, hlm.141) permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada masa awal anak-anak. Sebab anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah bermaian dengan teman- temannya dibanding terlibat dengan aktivitas lain. Karena itu, kebanyakan hubungan sosial anak teman sebaya dalam masa ini terjadi dalam bentuk permainan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, bahwa permainan adalah suatu alat atau sesuatu kegiatan yang menimbulkan keasyikan dan kesenangan yang dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan rasa tanggung jawab, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir yang dicapai. Jadi kegiatan bermain tidak mempunyai aturan kecuali yang ditetapkan oleh permainan itu sendiri. Menurut Plato (Fauziddin, 2014, hlm. 13) mengemukakan bahwa anak akan lebih mudah memahami aritmatika ketika diajarkan melalui bermain. Kegiatan menghitung lebih dapat dipahami oleh anak ketika dilakukan sambil bermain. Anak lebih mampu menerapkan aritmatika dengan bermain dibandingkan dengan tanpa bermain. Pada kenyataannya, pembelajaran berhitung masih terasa sulit terutama bagi anak usia dini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor permasalahan baik dari guru, siswa maupun sumber belajar sebagai

4 pendukungnya. Perlunya media dan metode yang tepat dalam pembelajaran matematika ini, karena anak sampai usia 4-5 tahun belum dapat melakukan kegiatan berhitung dengan sesungguhnya. Dalam mengembangkan kemampuan berhitung pada anak dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dikembangkan dalam mengenalkan dan mengembangkan kemampuan berhitung harus menyenangkan. Menurut Renew (Susanto, 2011, hlm.103) metode yang perlu diterapkan dalam mengembangkan kemampuan berhitung pada anak usia dini dilakukan dengan permainan-permainan yang menyenangkan, suasana belajar yang menggembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk belajar. Suasana yang nyaman dan menyenangkan, dapat membuat anak akan belajar angka dengan cara yang kreatif dalam suatu permainan (Susanto, 2011, hlm. 99). Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh tingginya pendidikan seorang pendidik. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang berhasilnya pembelajaran. Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran dapat diatasi dengan memanfaatkan yang ada di lingkungan sekitar. Permainan tradisional daerah juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran Pembelajaran di sekolah diharapkan tidak hanya bersifat teoritik tetapi juga dapat mengenalkan media pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisonal, karena dalam permainan tradisional mempunyai nilai-nilai pengetahuan yang seharusnya dilestarikan oleh guru, sekalipun pada kenyataannya permainan tradisional sedikit demi sedikit ditinggalkan. Permainan tradisional merupakan segala bentuk permainan yang telah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Permainan tradisional congklak adalah suatu permainan yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia dimainkan oleh dua orang dengan menggunakan papan yang

5 dinamakan papan congklak dan dua buah biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Dalam penelitian ini, congklak merupakan salah satu media pembelajaran. Menurut James W. Brown (1997, hlm.2) mengemukakan bahwa media pengajaran terdiri dari medium dan device. Dalam pengertian medium ini, media pengajaran lebih sekedar bahan dan alat, tapi juga orang-orang yang menyediakannya dan mengoperasikannya, pemanfaatan, pengorganisasian dan pengolahannya, dan bagaimana bahan dan alat itu sendiri berinteraksi dengan anak. Sedangkan tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan metode mengajar yang memungkinkan anak menggunakan strategi belajar yang dapat mengenalkan kemampuan dalam proses belajar mengajar salah satunya adalah kemampuan berhitung. Salah satu metode pembelajaran yang diduga mengenalkan kemampuan berhitung anak adalah melalui metode bermain congklak. Menurut Kurniati (2006, hlm.123) bahwa permainan tradisional congklak merupakan permainan yang menitikberatkan pada penguasaan berhitung. Permainan ini memiliki beberapa peranan, diantaranya adalah untuk melatih keterampilan berhitung anak dan motorik halus. Dengan permainan tradisional congklak, anak dapat sambil belajar berhitung dengan menghitung biji-biji congklak, selain itu juga ketika anak meletakkan biji-biji congklak satu persatu di papan congklak hal ini dapat melatih motorik halus anak. Melatih kemampuan manipulasi motorik halus sehingga anak siap menulis. Selain itu juga peranan dari permainan tradisional congklak adalah anak dituntut untuk bersabar ketika menunggu giliran temannya bermain. Hal itu juga dibuktikan dalam penelitian Wulandari (2015) bahwa ada pengaruh penggunaan permainan tradisional terhadap menghitung permulaan anak, hal ini dapat dibuktikan dari kemampuan membilang dan

6 mengurutkan benda secara meningkat, kemudian dari operasi penjumlahan dan pengurangan sederhana juga mengalami peningkatan. Berdasarkan pengamatan disebuah TK di kota Serang masih banyak anak yang belum mampu berhitung secara sederhana dan masih bingung bagaimana caranya menjumlahkan angka-angka yang diberikan oleh guru. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan beberapa orang anak di kelompok A ketika peneliti menanyakan angka kepada anak, anak tersebut menjawab dengan salah, anak sering keliru menjumlahkannya. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas mengenai penggunaan media pembelajaran. Namun pihak sekolah belum memberikan pembelajaran dengan media, sehingga kemampuan berhitung anak masih rendah dan 70% anak kurang mampu menjumlahkan angka dengan sederhana terutama kurang bisa menghitung, menambah dan mengurangi. Sementara hasil yang diharapkan yaitu kriteria rata-rata dapat menghitung, menambah, dan mengurangi angka 1-10. Pembelajaran berhitung anak cenderung mengalami kejenuhan, disebabkan strategi yang diberikan oleh guru monoton, yakni dengan menggunakan media tanya jawab, metode cerita, untuk itu diperlukan strategi yang bisa membuat anak tidak merasa jenuh dalam pembelajaran kemampuan berhitung yaitu dengan bermain congklak. Berdasarkan pembahasan diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Permainan Tradisional Congklak Terhadap Berhitung Permulaan Anak Usia Dini Di Kelompok A TK PUTRA 11 Serang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah secara umum adalah masih banyaknya anak usia dini yang kemampuan berhitungnya kurang sehingga diperlukan cara yang

7 dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak usia dini melalui permainan tradisional congklak. Adapun permasalahan secara khusus penelitian adalah: 1. Apakah kemampuan berhitung permulaan anak sesudah mendapatkan pembelajaran dengan permainan tradisional congklak lebih baik dari anak yang sebelum mendapatkan permainan tradisional congklak? 2. Bagaimana sikap anak terhadap permainan tradisional congklak tersebut? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan anak sesudah mendapatkan pembelajaran dengan permainan tradisional congklak lebih baik dari anak yang sebelum mendapatkan permainan tradisional congklak. 2. Untuk mengetahui sikap anak terhadap permainan tradisional congklak tersebut. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teorits Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai fungsi permainan bagi anak dan dapat dijadikan bahan untuk mengadakan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru:

8 1. Guru mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan permainan tradisoanal congklak yang sangat berpengaruh pada kemampuan berhitung permulaan pada anak usia dini 2. Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung. 3. Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran. b. Bagi Peserta Didik: 1. Siswa dapat belajar sambil bermain dan juga bisa mengenalkan permainan tradisional pada anak dan meningkatnya hasil belajar pada diri anak. 2. Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung. 3. Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang. c. Bagi Sekolah: 1. Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien. 2. Sekolah akan mampu mengembangkan model pembelajaran. 3. Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas. d. Bagi Peneliti: Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksaan proses pembelajaran. E. Definisi Operasional Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

9 diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: hlm. 60). Jadi yang dimaksud dengan variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai objek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari peneliti sehingga memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 4) mengemukakan bahwa variabel penelitian dalam penelitian kuantitaif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Variabel Bebas (variabel independen) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah penggunaan permainan tradisional congklak. b. Variabel Terikat (variabel dependent) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah kemampuan berhitung anak. Dari penjelasan variabel di atas adalah sebagai berikut: a. permainan tradisional congklak (variabel bebas) dan b. kemampuan berhitung (variabel terikat). 1) Permainan Tradisional Congklak Menurut Fad (2014, hlm. 24) congklak merupakan permainan tradisional yang menggunakan bidang panjang dengan tujuh cengkungan pada masing-masing sisi dan dua cengkungan yang lebih besar dibagian tengah ujung kiri dan kanan yang disebut sebagai lumbung. Cengkungan pada sisi-sisi dengan biji-bijian (bisa biji sirsak atau sawo) atau batu kerikil. Selain itu, ada pula biji congklak yang berasal dari cangkang kerang laut berbentuk bulat

10 agak oval atau tiruaanya berbahan pelastik berbentuk, masingmasing cengkungan diisi dengan 5 biji. Permainan congklak dilakukan dengan mengambil salah satu isi di lubang congklak kemudian sesuai arah jarum jam membagi masing-masing satu biji congklak yang berada di tangan pada setiap lubang yang dilewati termasuk lubang induk, setiap biji habis maka pemain langsung mengambil isi dilubang terakhir termasuk biji terakhir tersebut dan membagikannya kembali. Demikian terus menerus sampai pemain menemukan lubang yang kosong dan ia berhenti. Dengan demikian giliran bermain pindah pada lawannya. 2) Kemampuan Berhitung Permulaan Kemampuan berhitung permulaan ialah kemampuan yang dimilki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan ynag terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ketahap pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan. (Susanto, 2011, hlm. 98). Kemampuan berhitung permulaan Menurut Susanto ( 2011, hlm. 105) pada Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK/RA. Program pengembangan berhitung permulaan menurut Depniknas tahun 2004, adalah sebagai berikut: membilang / menyebut urutan bilangan 1-20, membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda, menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan bendabenda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis), membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak

11 sama lebih banyak dan lebih sedikit, menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan benda sampai 10. 3) Anak Usia Dini Menurut Mulyasa ( 2012, hlm. 16) anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Anak usia dini memiliki rentang usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, dan berada pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan, perkembangan, pematangan dan penyempurnaan, baik pada aspek jasmani maupun rohaninya yang berlangsung seumur hidup, bertahap, dan berkesinambungan.