III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang kerjasama

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. dengan Yokohama National University Jepang yang dilaksanakan di Kebun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang tentang Studi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Studi Rehabilitasi Tanah yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Perkebunan pisang PT Nusantara Tropical Farm (NTF) terletak di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Mei

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan bekas alang-alang di Desa Blora Indah

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman tebu di PT. Gunung Madu

III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit PTPN 7 Unit Usaha

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 musim ke 43 sampai dengan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorim Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. sistem olah tanah dengan pemupukan N jangka panjang dari tahun 1987 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Maret hingga Juli

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni2013. Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penelitian ini

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

III. BAHAN DAN METODE. Februari 2013 sampai dengan September 2013 pada lahan pertanaman tebu di PT

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penanaman tumpangsari orok-orok dan jagung dilakukan di kebun percobaan

III. METODOLOGI. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Khory (2014) yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

Gede Adi Bramsista, I Gede Swibawa & Solikhin

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

Transkripsi:

18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang kerjasama Universitas Lampung dengan Yokohama National University Japan (UNILA- YNU) yang percobaannya dilaksanakan di Kebun Percobaan Lapangan Terpadu dan ekstraksi nematoda dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai dengan Juli 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah, larutan Golden X yaitu campuran aquades, formalin dan gliserin dengan komposisi 90:8:2 bagian, larutan gula, dan air. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel tanah adalah tembilang, kantung plastik, sekop kecil, pisau, dan ember. Alat yang digunakan dalam tahap ekstraksi dan fiksasi nematoda adalah timbangan elektrik, ember, saringan (1 mm, 38 µm, dan 53 µm), botol semprot,centrifuge, tabung centrifuge, stopwatch, gelas ukur, botol suspensi dan label. Alat yang digunakan dalam pengamatan nematoda adalah mikroskop stereo binoculer dan mikroskop compound, cawan petri, pengait nematoda, hand counter, beaker glass, kaca preparat, dan cover glass.

19 3.3 Metode Penelitian Satuan percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial (2 x 2). Faktor pertama adalah pengolahan tanah meliputi dua taraf, yaitu olah tanah intensif (OTI) dan olah tanah minimun (OTM). Faktor kedua adalah pengelolaan gulma meliputi dua taraf, yaitu pengelolaan gulma dengan pembabatan (tanpa herbisida) dan pengelolaan gulma dengan herbisida. Kombinasi perlakuan tersebut disajikan dalam Tabel 1 (Lumbanraja, 2013; Komunikasi Pribadi). Tabel 1. Kombinasi perlakuan penelitian dan keterangannya No Kombinasi Perlakuan Keterangan 1 2 3 4 P1 = OTI + Pengelolaan gulma dengan dibabat P2 = OTI + Pengelolaan gulma dengan herbisida P3 = OTM + Pengelolaan gulma dengan herbisida P4 = OTM + Pengelolaan gulma dengan dibabat Tanah diolah sempurna dengan menggunakan cangkul dan pengelolaan gulma dilakukan dengan cara dibabat (pemangkasan) Tanah diolah sempurna dengan menggunakan cangkul dan pengelolaan gulma dilakukan dengan cara aplikasi herbisida yang berbahan aktif glifosat dan 2,4 D dengan konsentrasi 100 ml/160 l air dengan dosis 1 l/ha. Tanah diolah seperlunya saja (minimum) yaitu dengan membuat lubang tanam benih jagung menggunakan tugal dan pengelolaan gulma dilakukan dengan cara aplikasi herbisida yang berbahan aktif glifosat dan 2,4 D dengan konsentrasi 100 ml/160 l air dengan dosis 1 l/ha. Tanah diolah seperlunya saja (minimum) yaitu dengan membuat lubang tanam benih jagung menggunakan tugal dan pengelolaan gulma dilakukan dengan cara dibabat (pemangkasan) Keterangan: - OTI = olah tanah intensif ; OTM = olah tanah minimum Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 16 petak satuan percobaan. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan kemiringan tanah, mengikuti kontur lahan dan penempatan satuan percobaan dalam kelompok dilakukan secara acak. Adapun tata letak satuan percobaan seperti pada Gambar 2.

20 Keterangan : 4 m U A=Blok I B= Blok II C= Blok III D= Blok IV 4 m P3 P4 P1= OTI + Pengelolaan gulma dengan dibabat P2= OTI + Pengelolaan gulma dengan herbisida P3= OTM + Pengelolaan gulma dengan herbisida P4= OTM + Pengelolaan gulma dengan dibabat P1 P2 D B P2 P3 P4 P1 P2 P1 P4 C P1 P2 P3 P4 A P3 Gambar 1. Tata letak petak percobaan.

21 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan oleh Petugas Kebun Percobaan Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 27 Desember 2013 dengan membagi lahan menjadi 16 petak percobaan. Lahan dibagi menjadi 4 blok dan diberi simbol A, B, C, dan D. Tiap blok dibagi menjadi 4 petak satuan percobaan dengan ukuran tiap petak 4 m x 4 m antar petak percobaan dibuat pembatas dari semen. Sesuai dengan letak perlakuan yang dicobakan, pada petak percobaan dilakukan olah tanah minimum (OTM) dan olah tanah intensif (OTI). Pada petak OTM dilakukan pengolahan tanah seperlunya saja, yaitu berupa lubang tanam benih jagung menggunakan tugal, sedangkan pada petak OTI dilakukan pengolahan tanah secara penuh sampai kedalaman 20 cm menggunakan cangkul (Lumbanraja, 2013; Komunikasi Pribadi). 3.4.2 Penanaman Jagung Penanaman jagung dilakukan oleh Petugas Kebun Percobaan Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 30 Desember 2013 dengan menggunakan benih jagung hibrida BISI 18. Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm. Penanaman jagung dilakukan dengan memasukkan dua benih jagung ke dalam setiap lubang tanam yang sebelumnya ditugal. Selanjutnya penjarangan tanaman dilakukan setelah 7 hst (hari setelah tanam) yaitu pada tanggal 6 Januari 2014, sehingga tersisa satu tanaman yang tumbuh sehat (Lumbanraja, 2013; Komunikasi Pribadi).

22 3.4.3 Pemupukan, Pemeliharaan Tanaman dan Panen Pemupukan, pemeliharaan tanaman dan panen dilakukan oleh Petugas Kebun Percobaan Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pemberian pupuk dasar dilakukan sebelum penanaman yaitu pupuk kompos dengan dosis 10 ton/ha pada tanggal 10 Januari 2014. Pemberian pupuk ini bersamaan dengan pemberian pupuk anorganik dengan dosis Urea 300 kg/ha, TSP 100 kg/ha, KCl 200 kg/ha. Pemberian pupuk urea dilakukan dua kali, yaitu setengah dosis urea (150 kg/ha) ketika tanaman berumur 11 hst (10 Januari 2014) dan setengah dosis urea ketika tanaman 48 hst (16 Februari 2014). Pupuk SP36 dan KCl diberikan bersamaan pada saat aplikasi pupuk urea pertama. Setiap plot percobaan tidak diaplikasi insektisida maupun fungisida. Pengelolaan gulma dilakukan dengan aplikasi herbisida dan pemangkasan (dibabat) gulma sesuai dengan perlakuan setiap satuan percobaan. Penyiangan gulma pada petak pengelolaan gulma dengan dibabat (P1 dan P4) dilakukan pada tanggal 28 Januari 2014 yaitu pada saat tanaman jagung berumur 29 hst. Aplikasi herbisida pada petak perlakuan herbisida (P2 dan P3) dilakukan ketika tanaman jagung berumur 32 hst (31 Januari 2014) dengan menggunakan herbisida 100 ml Bimastar/160 l air 1 l Bimastar/ha. Jagung dipanen ketika tanaman telah berumur 108 hst yaitu pada tanggal 17 April 2014.

23 3.4.4 Pengambilan Sampel Tanah Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tanggal 09 Januari 2014 (ketika tanaman jagung berumur 10 hst) dan pada tanggal 07 April 2014 (ketika tanaman berumur 98 hst yaitu 10 hari menjelang panen). Kegiatan diawali dengan pengambilan sampel tanah dengan metode sampling secara acak sistematik mengikuti arah kedua diagonal petak satuan percobaan. Dari setiap petak satuan percobaan sampel tanah diambil pada 5 titik sub sampel menurut arah kedua diagonal petak dengan menggunakan tembilang. Sampel tanah diambil sampai kedalaman ± 20 cm dan kemudian dikomposit. Masing-masing sub sampel dari setiap titik pengambilan sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik menjadi sampel komposit ± 500 gr kemudian diberi label. Sampel tanah yang didapat kemudian diangkut ke Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung untuk diproses. Adapun tata letak titik pengambilan sampel pada setiap petak satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 3. (A) (B) Gambar 2. Tata letak pengambilan sampel tanah pengambilan pertama (A), Tata letak pengambilan sampel tanah pengambilan kedua (B); = titik pengambilan sampel tanah (Swibawa, 2013; Komunikasi Pribadi).

24 3.4.5 Metode Ekstraksi dan Fiksasi Nematoda Tanah Metode ekstraksi nematoda tanah yang digunakan yaitu metode penyaringan bertingkat (saringan 1 mm, 53 µm, 38 µm) dan sentrifugasi dengan larutan gula. Larutan gula disiapkan dengan cara melarutkan 500 gr gula dalam air sampai dengan volume larutan menjadi 1000 ml (500 gr gula dalam 1 l larutan) (Gafur dan Swibawa, 2004). Sampel tanah 300 cc ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam ember kecil pertama, ditambahkan air sebanyak 2 l, dihancurkan atau diremas-remas sambil diaduk sampai terlarut dan didiamkan selama 1 menit. Suspensi disaring dengan menggunakan saringan I (1 mm), suspensi tanah ditampung pada ember kedua dan didiamkan 3 menit. Suspensi tanah pada ember kedua disaring kembali dengan saringan II (53 µm) dan filtratnya ditampung dalam ember ketiga. Tanah hasil saringan II (53 µm) diambil dan ditampung dalam beaker glass. Suspensi tanah pada ember ketiga disaring kembali dengan saringan III (38 µm), tanah hasil saringan III (38 µm) diambil dan dicampur dengan tanah hasil saringan II (53 µm) tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan disentrifius dengan kecepatan 3000 rpm selama 3 menit. Setelah itu, airnya dibuang dan endapannya ditambahkan larutan gula sebanyak 2 kali tinggi endapan dan diaduk merata kemudian disentrifius kembali dengan kecepatan 1500 rpm selama 1,5 menit. Suspensi yang dihasilkan adalah suspensi nematoda. Suspensi nematoda yang sudah tercampur dengan larutan gula dibilas dengan menggunakan saringan 38 µm. Suspensi nematoda yang ada di dalam saringan dibilas dengan air untuk

25 menghilangkan larutan gula dan kemudian suspensi nematoda pada saringan 38 µm dimasukkan ke dalam botol suspensi dan diberi label (Gafur dan Swibawa, 2004). Fiksasi dilakukan untuk mengawetkan nematoda hasil ekstraksi. Suspensi nematoda didiamkan selama 1 malam agar nematoda mengendap kemudian dijadikan 10 ml dengan cara pengambilan suspensi nematoda di dalam botol menggunakan pipet tetes. Nematoda dimatikan dengan cara memanaskan botol suspensi hingga mencapai suhu 70 o C, kemudian didiamkan sampai dingin, setelah dingin suspensi dimasukkan ke dalam botol sentri. Suspensi nematoda didiamkan kembali selama 1 malam, kemudian dijadikan 3 ml dengan cara memipet secara hati-hati dari bagian teratas. Ke dalam tabung tersebut ditambahkan larutan Golden X (formalin 1,15 ml, glycerin 0,28 ml, aquades 8,6 ml) sehingga suspensi menjadi 10 ml, kemudian dikocok, dipindahkan ke dalam botul suspensi 20 ml dan diberi label. 3.4.6 Perhitungan Populasi dan Identifikasi Nematoda Tanah Dalam perhitungan nematoda tanah, kelimpahan nematoda tanah dihitung dengan cara mengambil suspensi dengan menggunakan pipet tetes sebanyak ± 3 ml dari 10 ml kemudian dituang ke dalam cawan petri bergaris, perhitungan dilakukan berulang 3 x sampai seluruh suspensi habis. Nematoda tanah dihitung di bawah mikroskop stereo pada perbesaran 40 kali dengan bantuan hand counter. Identifikasi nematoda tanah sampai tingkat genus dilakukan terhadap 100 nematoda yang diambil secara acak. Satu persatu nematoda dikait, sebanyak ± 20 nematoda diletakkan pada kaca preparat yang sebelumnya ditetesi larutan

26 Golden X dan selanjutnya ditutup dengan cover glass. Nematoda tanah yang didapat kemudian diamati morfologinya di bawah mikroskop majemuk dengan perbesaran 100-400 x, kemudian dicocokkan dengan bantuan buku identifikasi bergambar Mai dan Lyon (1975), Goodey (1963) dan Smart dan Nguyen (1988) kemudian dikonfirmasi kepada Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S. selaku pembimbing utama. Identifikasi dilakukan sampai tingkat takson genus. Berdasarkan nama genusnya, nematoda tanah yang diamati kemudian dikelompokkan ke dalam nematoda hidup bebas dan nematoda parasit tumbuhan. Nematoda hidup bebas dikelompokkan kembali ke dalam beberapa kelompok utama atas dasar makanannya yaitu (a) pemakan bakteri (bacterial-feeders), (b) pemakan jamur (fungal- feeders), (c) predator (predatory nematodes) dan (d) omnivora (Yeates dkk., 1993). 3.5 Analisis Data Data yang diperoleh adalah kelimpahan nematoda yaitu jumlah individu seluruh nematoda dan kelimpahan relatif setiap genus yaitu jumlah individu genus nematoda dari 100 nematoda yang diidentifikasi. Keragaman nematoda diukur dengan indeks keragaman Shannon dan indeks keragaman Simpson s (Huang dan Cares, 2004). Rumus Indeks Keragaman Shannon sebagai berikut: H = - pi ln pi Keterangan: H = Indeks keragaman Shannon pi = Kelimpahan relatif dari genus ke i

27 Rumus Indeks Keragaman Simpson s sebagai berikut: Ds = 1 - (pi) 2 Keterangan: Ds = Indeks keragaman Simpson s pi = Kelimpahan relatif dari genus ke i Keragaman dan kelimpahan nematoda setiap kelompok makan yang diperoleh kemudian dianalisis ragam dengan menggunakan uji F (α = 0,05). Uji lanjut BNT pada taraf 5 % tidak dilakukan karena pengaruh interaksi antar perlakuan sistem olah tanah dan pengelolaan gulma tidak nyata terhadap komunitas nematoda tanah.