BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dengankepercayaan dan keyakinanbahwaanak-anak dapat dididik, anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sosial yang bertujuan membentuk manusia yang baik (Hamalik, 2009 : 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Permendikbud No.65 Tahun 2013). Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab (UU No. 20 Pasal 3 Tahun 2003). Dalam rangka mencapai peningkatan mutu pribadi peserta didik diperlukan standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah 1

2 kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Standar nasional bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Penerapan standar-standar yang dicapai meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan (Mulyasa, 2006: 24). Pengertian standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Mulyasa, 2006: 28). Standar proses dikembangkan mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi. Proses pendidikan harus berorientasi kepada siswa dalam upaya pengembangan potensi anak didik bukan hanya memaksa siswa agar dapat menghafal fakta dan data. Pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak yang sesuai kebutuhan dapat terbentuk melalui proses pendidikan (Sanjaya, 2010: 2). Sesuai dengan standar proses, perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar terkait dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

3 kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Amri, 2013: 6). Dalam setiap pembelajaran, seorang guru tentu mempunyai keinginan dan harapan agar siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang sebaikbaiknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pada proses pembelajaran sering ditemukan masalah-masalah yang dapat mempengaruhi ketercapaian tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakannya menyenangkan dan berpusat pada siswa. Namun sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, kadang ada yang bermain-main di dalam kelas, bergurau dan sebagainya merupakan masalah yang dihadapi di sekolah. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep mereka kurang. Kondisi seperti inilah yang sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Hasil dari observasi di SMAN Jatinangor, menurut guru mata pelajaran biologi, beliau mengatakan bahwa pada konsep virus kemampuan pemahaman materi kurang baik dan siswa tidak dapat dengan mudah memahami konsep-konsep tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan hasil belajarnya dan kondisi siswa di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung sebagian siswa tidak memperhatikan dan ada pula yang mengobrol, masih banyak siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan minimum. Terdapat 60% siswa yang belum mencapai nilai

4 ketuntasan minimum. Pada konsep virus, nilai siswa di SMAN Jatinangor banyak yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Masalah-masalah tersebut muncul disebabkan oleh model pembelajaran konvensional atau metode ceramah yang sering digunakan di sekolah ini lebih terpusat pada guru. Padahal pada kurikulum yang berlaku seharusnya terpusat pada siswa sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif. Model pembelajaran yang seperti ini dapat membuat siswa merasa bosan sehingga siswa sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru. Adapun model-model pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivistik di antaranya adalah pendekatan ilmiah/saintifik, tematik terpadu, teamatik berbasis penelitian (discovery/inquiry learning), dan Problem/Project Based Learning (PBL/PjBL) (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Di antara pendekatan yang terdapat pada standar proses, menarik untuk diteliti lebih lanjut adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini memiliki ciri di antaranya adalah orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Model pembelajaran ini bertumpu pada penyelesaian masalah atau strategi pembelajaran berbasis masalah. PBL (Problem Based Learnig) tidak hanya mengharapkan siswa sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal

5 materi pelajaran akan tetapi dengan model pembelajaran PBL (Problem Based Learnig) terdiri atas serangkaian aktivitas pembelajaran di antaranya siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan menyimpulkan. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah melalui tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan data dan fakta yang jelas (Sanjaya, 2010: 214-215). Selain itu, salah satu model yang sering digunakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi di antara siswa. Interaksi dan komunikasi yang berkualitas ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tipe pembelajaran Kooperatif dalam hal ini adalah Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) adalah suatu tipe pembelajaran dengan berkelompok yang anggota kelompoknya diberi nomor. Menurut Lie (dalam Suci Intansari, 2007: 6), teknik dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dalam tekniknya, diharapkan siswa untuk lebih mempelajari pokok bahasan yang diberikan dan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk dapat menyelesaikan

6 soal-soal yang diberikan, untuk pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Koestiningsih, Noer (2011) melakukan penelitian terhadap siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Bases Learning (PBL) dan model pembelajaran konvensional. Dari hasil penelitiannya model Problem Bases Learning (PBL) lebih baik di bandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Bahtiar, Irfan (2011) melakukan penelitian terhadap siswa yang menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Numered Heads together (NHT) dan model pembelajaran konvensional. Dari hasil penelitiannya model pembelajaran cooperative tipe Numered Heads Together (NHT) lebih baik di bandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbandingan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Numbered Head Together pada konsep Virus. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, timbul beberapa masalah-masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: Dari latar belakang di atas dapat di identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntantasan minimum hampir 50%

7 2. Masih kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep virus 3. Kurangnya disiplin siswa dalam belajar 4. Metode ceramah yang digunakan guru sangat membosankan bagi siswa karena tidak ada variasi pada kegiatan pembelajaran C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah Perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan numbered head together pada konsep virus? D. Batasan Masalah Untuk mengantisipasi pelaksanaan penelitian yang terlalu meluas dan melebar, maka hal-hal yang menjadi ruang lingkup penelitian pun perlu dibatasi. Ruang lingkup penelitian tersebut sebagai berikut: a. Subjek yang akan diamati adalah siswa SMAN Jatinagor kelas X semester ganjil b. Parameter yang diukur adalah hasil belajar siswa. Aspek kognitif dari C1 sampai C2 yang diukur melalui post test.

8 E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi adakah perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan numbered head together pada konsep virus manakah yang lebih meningkatkan hasil belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi guru biologi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan dengan menggunakan model belajar yang lebih baik digunakan dalam mengajarkan pelajaran biologi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi siswa penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan numbered head together 3. Bagi peneliti, memberikan suatu pengalaman dalam penelitian menggunakan model pembelajaran problem based learning dan numbered head together

9 G. Kerangka pemikiran Masalah yang ditemukan : 1. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang diminati siswa atau terlalu monoton sehingga kurang aktifnya siswa pada proses pembelajaran. 2. Siswa menjadikan guru sebagai sumber belajar, padahal guru hanya sebagai fasilitator. 3. Kurangnya retensi siswa pada mata pelajaran biologi. 4. Kurangnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Subyek : siswa kelas X-1 dan X- 2 Subkonsep : Virus Metode yang digunakan : Problem Based Learning dan Numbered Head Together Peningkatan : Tingginya hasil belajar siswa terhadap pembelajaran biologi pada konsep Virus Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran : Problem Based Learning dan Numbered Head Together terdapat perubahan siswa dalam meningkatnya hasil belajar pada mata pelajaran biologi sehingga siswa menjadi aktif, hasil belajar dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran lebih meningkat. Peneliti menentukan beberapa masalah yang menjadi kendala dalam pembelajaran biologi, yaitu : Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang diminati siswa atau terlalu monoton sehingga kurang aktifnya siswa pada proses pembelajaran, Siswa menjadikan guru sebagai sumber belajar, padahal guru hanya sebagai fasilitator, kurangnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi, dan kurangnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Maka dari itu peneliti membuat penelitian tentang :

10 Perbandingan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning dengan Numbered Head Together di SMAN Jatinangor. Dalam penelitian ini peneliti mengambil subyek siswa kelas X-1 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X-2 sebagai kelas eksperimen II, metode yang akan digunakan yaitu Problem Based Learning dan Numbered Head Together pada konsep Virus. Hasil yang diinginkan adalah adanya peningkatan hasil belajar terhadap pembelajaran biologi pada konsep Virus. Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning dan Numbered Head Together diharapkan terdapat perubahan siswa dalam meningkatnya hasil belajar pada mata pelajaran biologi sehingga siswa menjadi aktif, hasil belajar dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih meningkat. H. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Asumsi dalam penelitian ini adalah penggunaan model yang tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukung dapat meningkatkan hasil belajar (Ginting, 2010:82) 2. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Numbered Head Together pada konsep virus.

11 I. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan persepsi, maka penulis menyusun beberapa definisi terhadap variabel-variabel yang ada pada judul penelitian ini, yaitu: 1. Hasil belajar merupakan hasil post tes setelah diberi perlakuan 2. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru 3. PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang dikembangkan untuk memberikan pembelajaran dan penilaian yang menuntut siswa untuk melakukan lebih dari sekedar fokus dalam menjawab pertanyaan. Siswa diminta untuk memahami masalah yang terstruktur secara kompleks (Musial, 2009: 212). 4. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) adalah suatu tipe pembelajaran dengan berkelompok yang anggota kelompoknya diberi nomor.

12 J. Struktur Organisasi Skripsi 1. Bab I Pendahuluan Bagian pendahuluan berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran atau diagram/skema paradigm peneltian, asumsi dan hipotesis, definisi operasional serta struktur organisasi skripsi 2. Bab II Kajian Teoritis Bagian ini berisi tentang kajian teori (mengenai variable penelitian yang diteliti), analisis dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti (meliputi: keluasan dan kedalaman materi, karakteristik materi, bahan dan media, strategi pembelajaran dan system evaluasi). 3. Bab III Metode Penelitian Bagian ini berisi tentang metode penelitain,desain penelitian, populasi dan sampel,instrument penelitian, prosedur penelitian, serta rancangan analisi data. 4. Bab IV Penelitian dan Pembahasan Bagian ini berisi tentang deskripsi hasil dan temuan penelitian (mendeskripsikan hasil dan temuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang ditetapkan) serta pembahasan penelitian (membahas tentang hasil dan temuan penelitian yang hasilnya

13 sudah disajikan pada bagian a sesuai dengan teori ang sudah dikemukakan di Bab II) 5. Bab V Simpulan dan Saran Bagian ini berisi tentang simpulan dan saran.