-2- dan/atau memperbaiki kondisi yang membahayakan kelangsungan usaha Bank Sistemik. Rencana Aksi (Recovery Plan) Bank yang ditetapkan sebagai Bank Si

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR :.../POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

SIARAN PERS OJK TERBITKAN TIGA PERATURAN TINDAK LANJUT UU PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

-2- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan mekanisme tindak lanjut penanganan permasalahan Ban

RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.03/2017 TENTANG BANK PERANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/ 9 /PBI/2004 TENTANG TINDAK LANJUT PENGAWASAN DAN PENETAPAN STATUS BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL

PENETAPAN BANK SISTEMIK DAN CAPITAL SURCHARGE

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Dengan mempertimbangkan hal di atas dan sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/2/PBI/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM KONVENSIONAL

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /POJK.03/2018 TENTANG PENETAPAN BANK SISTEMIK DAN CAPITAL SURCHARGE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan L

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

RANCANGAN POJK PENETAPAN BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK (D-SIB) DAN CAPITAL SURCHARGE UNTUK BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK

-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan berbasis Islam

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2015 TENTANG PENETAPAN SYSTEMICALLY IMPORTANT BANK DAN CAPITAL SURCHARGE

TANTANGAN MENJALANKAN KONGLOMERASI KEUANGAN DI INDONESIA. Disampaikan pada: Seminar Konglomerasi Jasa Keuangan di Indonesia Jakarta, 13 Januari 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO)

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

-2- Tahun Penanganan Bank Sistemik oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya juga bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem perbankan. II.

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

2016, No tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

BAHAN MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN 2018 PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk

1/15/2016. Mitigasi Risiko dan Tata Kelola Konglomerasi Keuangan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/4/PBI/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - LAMPIRAN XIV.A.

2015 IIA Indonesia National Conference. J. SINDU ADISUWONO Jogjakarta, Agustus 2015

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

-2- b. modal disetor atau modal koperasi serta lingkup wilayah operasional; c. pemegang saham pengendali; d. persyaratan dan tata cara perizinan usaha

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/22/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PEMBENTUKAN COUNTERCYCLICAL BUFFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGAWASAN TERINTEGRASI TERHADAP KONGLOMERASI KEUANGAN

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN.

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 8/1/PBI/2006 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank Sistemik. Recovery Plan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 64) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK I. UMUM Stabilitas dalam sistem keuangan merupakan kondisi yang selalu diupayakan untuk dicapai dan dipertahankan dalam rangka mendukung perekonomian nasional menuju kepada kesejahteraan masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mewujudkan stabilitas sistem keuangan yang kokoh guna menghadapi ancaman krisis keuangan yang disebabkan tekanan terhadap kondisi keuangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, telah ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK). Salah satu upaya pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan sebagaimana dimaksud dalam UU PPKSK adalah dengan melakukan pencegahan dan penanganan terhadap permasalahan Bank Sistemik (Systemically Important Bank) yang merupakan bagian penting dari sistem keuangan. Oleh karena itu Bank Sistemik harus dapat menetapkan rencana yang akan dilakukan apabila Bank Sistemik mengalami kondisi tekanan keuangan (financial stress) yang dapat membahayakan kelangsungan usaha. Rencana tersebut dituangkan dalam bentuk Rencana Aksi (Recovery Plan). Rencana Aksi (Recovery Plan) yang disusun Bank Sistemik akan memuat berbagai skenario yang bertujuan untuk mencegah, memulihkan,

-2- dan/atau memperbaiki kondisi yang membahayakan kelangsungan usaha Bank Sistemik. Rencana Aksi (Recovery Plan) Bank yang ditetapkan sebagai Bank Sistemik, ditekankan pada penanganan permasalahan Bank Sistemik yang diutamakan menggunakan sumber daya Bank Sistemik itu sendiri dan pendekatan bisnis tanpa menggunakan anggaran negara. Oleh karena itu Rencana Aksi (Recovery Plan) yang di dalamnya memuat berbagai skenario penanganan permasalahan Bank Sistemik merupakan komitmen Bank Sistemik, pemegang saham pengendali dan/atau pihak lain. Dalam penerapan, meskipun Bank Sistemik telah menetapkan dan mengimplementasikan Rencana Aksi (Recovery Plan), dalam hal langkah perbaikan yang dilakukan oleh Bank Sistemik dinilai OJK tidak mencukupi, OJK dapat memberikan tambahan tindakan pengawasan lain. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Kewajiban Rencana Aksi (Recovery Plan) memperoleh persetujuan RUPS mengingat dalam Rencana Aksi (Recovery Plan) memuat peranan pemegang saham khususnya PSP untuk memperbaiki kondisi keuangan melalui penambahan modal. Pasal 4 Pasal 5

-3- No.6038 Pasal 6 Persetujuan dari Dewan Komisaris atas Rencana Aksi (Recovery Plan) diberikan sebelum persetujuan pemegang saham dalam RUPS. Pasal 7 Yang dimaksud dengan pihak yang berperan dan bertanggung jawab dalam implementasi Rencana Aksi (Recovery Plan), antara lain adalah pihak internal dan pihak terkait lain, termasuk satuan kerja terkait, sesuai dengan fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab yang ditetapkan oleh Bank Sistemik. Grup manajemen krisis (crisis management group) dapat berbentuk satuan kerja khusus atau gugus tugas (task force) yang terdiri dari pihak internal, dan pihak yang mempunyai kompetensi mengatasi permasalahan keuangan Bank Sistemik jika diperlukan. Ayat (4) Pasal 8 Pasal 9

-4- Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Termasuk kriteria perusahaan anak adalah grup usaha dari perusahaan anak. Huruf d Huruf e Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Yang dimaksud dengan ultimate shareholders mengacu pada ketentuan OJK yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan. Yang dimaksud dengan perusahaan terelasi (sister company) mengacu pada Peraturan OJK mengenai penerapan manajemen risiko terintegrasi bagi konglomerasi keuangan. Pasal 16

-5- No.6038 Kesepakatan dukungan keuangan intra-grup antara lain termasuk jaminan, pinjaman, dan komitmen yang diberikan atau diperoleh Bank Sistemik dari grup usahanya. Mitra bisnis (counterparties) antara lain nasabah, pemasok, rekanan. Ayat (4) Pasal 17 Pasal 18 Yang dimaksud dengan trigger level adalah tingkatan dimana Opsi Pemulihan (Recovery Options) mulai dilaksanakan. Pasal 19 Indikator Rencana Aksi (Recovery Plan) yang ditetapkan oleh Bank Sistemik harus mampu mewakili dan mengidentifikasi kerentanan utama (key vulnerabilities) terkait permasalahan keuangan yang dihadapi oleh Bank Sistemik.

-6- Yang dimaksud dengan rasio kecukupan likuiditas (LCR) mengacu pada Peraturan OJK mengenai kewajiban pemenuhan rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio) bagi bank umum. Yang dimaksud dengan rasio pendanaan stabil bersih (NSFR) adalah perbandingan antara pendanaan stabil yang tersedia (available stable funding) dengan pendanaan stabil yang diperlukan (required stable funding). Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 20 Indikator lain yang bersifat kualitatif antara lain: a. permintaan percepatan pelunasan kewajiban Bank Sistemik oleh mitra bisnis (counterparties); b. keputusan pengadilan yang berpengaruh negatif bagi Bank Sistemik; c. pemberitaan atau publikasi negatif terhadap Bank Sistemik; dan/atau d. penurunan reputasi Bank Sistemik secara signifikan. Opsi Pemulihan (Recovery Options) terhadap indikator kualitatif bertujuan agar permasalahan yang terjadi pada Bank Sistemik tidak mengarah dan/atau menyebabkan memburuknya kondisi keuangan Bank Sistemik. Pasal 21

-7- No.6038 Contoh ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan untuk menetapkan trigger level antara lain ketentuan mengenai KPMM, CET 1, penetapan status dan tindak lanjut pengawasan bank umum, LCR, dan/atau NSFR. Sebagai contoh pencegahan sehingga Bank Sistemik tetap dapat menjaga ukuran atau rasio yang sama atau lebih baik dari ketentuan peraturan perundang-undangan untuk indikator permodalan, yaitu rasio KPMM, Bank Sistemik menetapkan trigger level agar tidak melanggar ketentuan tambahan modal sebagai penyangga (buffer) berupa ketentuan permodalan terkait dengan Capital Conservation Buffer, Countercyclical Buffer, dan Capital Surcharge untuk Bank Sistemik. Sebagai contoh pemulihan sehingga Bank Sistemik tidak lagi melanggar ukuran atau rasio dari indikator sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk indikator permodalan, yaitu rasio KPMM, Bank Sistemik menetapkan trigger level agar tidak melanggar rasio KPMM yaitu rasio KPMM di bawah profil risiko meskipun masih di atas 8% (delapan persen). Sebagai contoh perbaikan dari kondisi yang membahayakan kelangsungan usaha Bank Sistemik untuk indikator permodalan, yaitu rasio KPMM, Bank Sistemik menetapkan trigger level agar tidak melanggar rasio KPMM kurang dari 8% (delapan persen). Pasal 22 Urutan pilihan pelaksanaan Opsi Pemulihan (Recovery Options) bertujuan agar Bank Sistemik dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi permasalahan

-8- keuangan yang dihadapi, dalam hal ini terkait tindakan untuk pencegahan, pemulihan atau perbaikan dari kondisi yang membahayakan kelangsungan usaha Bank Sistemik. Analisis atau penilaian dilakukan dengan mengidentifikasi: 1. pihak internal dan pihak eksternal yang mungkin akan terpengaruh oleh Opsi Pemulihan (Recovery Options); dan/atau 2. pihak internal dan pihak eksternal yang terlibat dalam pelaksanaan Opsi Pemulihan (Recovery Options). Huruf d Penilaian kecukupan dukungan operasional misalnya sistem teknologi informasi dan sumber daya manusia. Penilaian kecukupan dukungan operasional ini meliputi juga analisis operasional internal Bank Sistemik, akses Bank Sistemik dan perusahaan anak yang dicakup dalam Rencana Aksi (Recovery Plan) pada infrastruktur pasar, misalnya kliring, fasilitas settlement, dan sistem pembayaran. Pasal 23 Yang dimaksud dengan investasi tertentu adalah jenis instrumen investasi yang memiliki karakteristik modal yang hanya terdapat pada bank umum syariah.

-9- No.6038 Yang dimaksud dengan investasi tertentu adalah jenis instrumen investasi yang memiliki karakteristik modal yang hanya terdapat pada bank umum syariah. Yang dimaksud dengan pihak lain adalah pihak selain PSP dan/atau ultimate shareholders. Jenis instrumen investasi yang memiliki karakteristik modal hanya terdapat pada bank umum syariah. Ayat (4) Ayat (5) Jenis instrumen investasi yang memiliki karakteristik modal hanya terdapat pada bank umum syariah. Ayat (6) Pasal 24 Pasal 25 Dalam hal ini yang dimaksud dengan credit line merupakan fasilitas yang dapat diterima oleh Bank Sistemik dari pihak lain yang dapat digunakan untuk mengantisipasi dan/atau menutupi kebutuhan likuiditas Bank Sistemik dalam hal diperlukan. Pasal 26

-10- Pasal 27 Pasal 28 Yang dimaksud dengan pihak internal antara lain seluruh unit kerja dan seluruh pegawai, terutama yang akan terlibat dalam implementasi Rencana Aksi (Recovery Plan). Yang dimaksud dengan pihak eksternal antara lain investor, mitra bisnis (counterparties), dan pihak lain yang berkepentingan. Pasal 29 Implementasi Rencana Aksi (Recovery Plan) bertujuan untuk mencegah, memulihkan, atau memperbaiki kondisi yang membahayakan kelangsungan usaha Bank Sistemik. Pasal 30 Yang dimaksud dengan evaluasi dan pengujian (stress testing) adalah penilaian kondisi Bank Sistemik pada saat pelaksanaan evaluasi dibandingkan dengan Rencana Aksi (Recovery Plan) yang sudah ditetapkan, serta penilaian kelayakan atas Rencana Aksi (Recovery Plan) untuk mengantisipasi berbagai kondisi (skenario) stress secara individu (idiosyncratic) dan secara eksternal yang terjadi di pasar keuangan secara keseluruhan yang dapat bersifat domestik maupun internasional (marketwide shock). Yang dimaksud dengan kondisi tertentu yang akan berpengaruh signifikan kepada Bank Sistemik adalah perubahan kondisi Bank Sistemik secara individu (idiosyncratic) dan secara eksternal yang terjadi di pasar keuangan secara

-11- No.6038 keseluruhan yang dapat bersifat domestik maupun internasional (market-wide shock) yang berpotensi membahayakan kelangsungan usaha Bank Sistemik. Ayat (4) Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Yang dimaksud dengan kecukupan dan kelayakan instrumen utang atau investasi yang memiliki karakteristik modal adalah ketersediaan baik berdasarkan jumlah maupun jangka waktu instrumen utang atau investasi dimaksud untuk menghadapi kondisi tekanan keuangan (financial stress). Ayat (4)

-12- Pasal 35 Pasal 36 Yang dimaksud dengan penyampaian Rencana Aksi (Recovery Plan) adalah penyampaian pertama kali, penyampaian pengkinian dan penyampaian perbaikan. Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43