BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN... xiii. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Program Kerja Kesiswaan MTs. Wachid Hasyim Surabaya Tahun Pelajaran 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia, sehingga dapat mengimbangi terhadap gejala perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PMR

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

PROGRAM KERJA OSIS SMP NEGERI 01 PONDOK KUBANG PERIODE

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK)

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

I. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan kurikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

NUR ENDAH APRILIYANI,

Syarat dan Tugas Pengurus OSIS SMAK PENABUR Cirebon Tahun Ajaran 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBINAAN KESISWAAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI KECAMAATAN GUNUNG TALANG

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, penulis dapat menarik kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dalam bab ini pula penulis akan mengajukan beberapa rekomendasi yang sekiranya dapat dijadikan sebagai masukan khususnya dalam menambah wawasan dan pengetahuan guru PKn, pembina ekskul dan siswa. A. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab IV tampak bahwa dalam pembinaan kegiatan ekstrakurikuler untuk memantapkan jati diri siswa sebagai warga negara yang demokratis dan sadar hukum, perlu membangun kerja sama antara guru-guru PKn dengan pembina dan pelatih ekskul. Di samping itu yang tak kalah pentingnya adalah melengkapi sarana, prasarana ekskul dan pemenuhan biaya operasionalnya yang memadai. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah secara umum sudah cukup memadai untuk melakukan kegiatan ekskul. Disamping itu, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pembina dan pelatih ekskul, sudah cukup baik. Sehingga kegiatan ekskul dapat dilaksanakan dengan baik. Hal di atas juga diimbangi dengan kenyataan yang ada di lapangan, bila dilihat dari sarana dan prasarana yang menunjang terhadap kegiatan ekskul SMP Negeri 10 Cimahi 235

236 cukup memadai, misalnya sudah memiliki rungan OSIS, Sanggar Pramuka, Ruang Paskibra, dan ruang PMR. Guru PKn di SMP Negeri 10 Cimahi sebanyak 5 orang, dari 5 orang guru tersebut yang sudah bersertifikasi 3 orang, dan dari 5 orang guru itu, 3 orang sedang mengikuti pendidikan S2. Begitu pula Para pembina dan pelatih ekskul sudah cukup profesional. Para pelatih didatangkan dari luar untuk membantu tugas harian pembina. Para pembina menysun program dan silabus latihan, mengatur manajerialnya dan pelatih melaksanakan kegiatannya dengan didampingi pembina. Sehingga terjalin kerja sama yang sinergis. Setelah penulis melakukan penelitian, menganalisis dan membahas hasil penelitian tersebut, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dalam bab ini pula penulis akan mengajukan beberapa rekomendasi yang kiranya dapat dijadikan sebagai masukan kepada guru dan pembina ekskul khususnya dalam meningkatkan pembinaan terhadap siswa. B. Kesimpulan Khusus Beberapa kesimpulan khusus yang dapat dirumuskan oleh penulis berdasarkan sejumlah temuan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran PKn. Karena kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu pencapaian kompetensi kewarganegaraan, terutama keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak kewarganegaraan (civic dispositions). kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dilatihkan Indikasinya dalam beberapa nilai-nilai yang merupakan

237 muatan PKn, seperti adanya musyawarah dalam menentukan Pratama dan Komandan Regu (Danru), toleransi, kedisiplinan, patuh kepada peraturan, kebersamaan, bela negara dan kepemimpinan. Dalam ekstrakurikuler Paskibra dilatihkan sikap cinta tanah air, bela negara, kepemimpinan, tata cara memilih ketua, dan sikap disiplin. Dalam ekstrakurikuler PMR dilatihkan rasa kemanusiaan, saling menolong, bersikap social, dan cara memilih ketua. Jadi kegiatan ekstrakurikuler dapat memantapkan kepribadian siswa. Pada akhirnya siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat terbiasa hidup demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia, beriman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur atau berakhlak mulia. 2. Kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan penguasaan teori, seperti pengetahuan tentang demokrasi, bela negara, kesadaran hukum. Praktek pembiasaan prilaku seperti musyawarah, toleransi, mawas diri, menghormati hak-hak asasi manusia, beriman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat kepada peraturan. Mengembangkan keterampilan, seperti mengemukakan pikiran secara lisan dan atau tulisan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan penuh argumentasi dan rasa tanggung jawab sosial pada waktu musyawarah. Berpartisipasi dalam lingkungan sekolah dan atau masyarakat secara cerdas dan penuh rasa tanggung jawab personal dan sosial dan semangat kekeluargaan misalnya pada saat kegiatan bakti sosial. Membanguan kerjasama dengan orang lain atau organisasi lain atas dasar toleransi terhadap perbedaan, saling pengertian, dan kepentingan bersama misalnya pada saat latihan bersama dengan sekolah lain.

238 3. Kondisi yang dapat mengembangkan pembinaan ekskul adalah perencanaan kegiatan yang matang, jadwal latihan yang teratur, managemen yang tertata baik, animo siswa terhadap ekskul cukup tinggi, kemampuan dan kemauan pembina dan pelatih serta stake holder yang baik, dukungan finansial memadai, dan dukungan orang tua siswa. 4. Faktor penghambat pembinaan kegiatn ekstrkurikuler di SMP Negeri 10 Cimahi yaitu : (1) Dana operasional kegiatan yang sering terlambat. Masalah ini muncul disebabkan dana bantuan operasiol sekolah (BOS) tidak bisa dicairkan tiap bulan, (2) Fasilitas yang pas-pasan, sarana masih kurang, peralatan masih perlu dilengkapi, (3) Masih perlu menambah pengetahuan dan keterampilan pembina dan pelatih, (4) Masih perlu pembenahan managemen pengelolaan yang baik, (5) Tidak semua siswa anggota ekstrakurikuler mengikuti latihan secara aktif, sehingga pembinaan bagi siswa yang pasif tidak optimal. 5. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk memberdayakan ekskul agar membuahkan hasil yang optimal yaitu : (1) Sekolah menyediakan dana yang memadai untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. Besarannya disesuaikan dengan jumlah ekskul yang dibuka dan pelatih yang akan didatangkan. Diawal tahun pelajaran sekolah menyusun RAPBS dengan memperhatikan ketersediaan dana ekskul. (2) Fasilitas dan alat penunjang latihan dicukupi pengadaannya secara bertahap, dengan mengedepankan suatu yang sangat mendesak. (3) Perekrutan tenaga pembina dan pelatih ekstrakurikuler di SMP negeri 10 Cimahi dipertimbangkan dari kemauan dan kemampuannya. Selain itu pihak sekolah pun mendatangkan pelatih

239 profesional dari luar meskipun harus membayar lebih. Sementara guru yang menjadi pembina diaktifkan sebagai penyusun program dan pengawas latihan. (4) Pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebaik-baiknya khususnya pengaturan siswa, peningkatan disiplin siswa dan semua petugas. Sekolah pun menyusun kurikulum atau silabus kegiatan ekskul agar jelas tujuan, proses, target, dan evaluasinya. Tanpa adanya silabus kegiatan ekskul akan berjalan seadanya. Selain itu untuk menambah wawasan, para pembina ekstrakurikuler SMP negeri 10 Cimahi melakukan studi banding ke sekolahsekolah tersohor yang terbukti mempunyai ekskul bagus. Kemudian mengadakan kerja sama antar-sekolah. Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa mengundang atau berkunjung ke sekolah lain untuk berlatih bersama, uji lomba, atau bertanding. (5) Sejak awal pihak sekolah mencari tahu bakat, minat, dan kemampuan masing-masing siswa. Guru BP-BK bekerjasama dengan wakasek bidang kesiswaan melakukan berbagai macam cara untuk mengetahui talenta siswa. Jika bakat dasar anak didik sudah diketahui, pihak sekolah mengarahkan siswa agar memilih salah satu ekskul yang disukai sesuai dengan bakat dan minatnya. Agar fokus, seorang siswa diharapkan hanya mengikuti satu jenis ekskul. Pembatasan siswa dalam sebuah kelompok ekskul juga penting agar setiap siswa mendapat perhatian yang cukup dari pelatih. Belum semua siswa menjadi anggota eskul aktif, sampai saat ini anggota ekskul aktif tercatat sekitar 70 %. Sehingga pembinaan terhadap siswa yang pasif mengalami hambatan. Sebagai jalan keluarnya mendata ulang siswa tersebut agar dapat aktif kembali. Bekerja sama dengan wali kelas, agar mengajak anak asuhnya untuk masuk atau aktif kembali dalam

240 ekskul, sebab pada raport ada nilai pengembangan diri yang harus diisi oleh salah satu ekstrakurikuler. C. Rekomendasi Merujuk pada kesimpulan penelitian, maka berikut ini peneliti kemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam upaya pembinaan kegiatan ekstrakurikuler untuk memantapkan jati diri siswa sebagai warga negara yang demokratis dan sadar hukum, khususnya di SMP Negeri 10 Cimahi. Rekomendasi disampaikan kepada pihak-pihak terkait, yaitu: 1. Guru PKn a. Bahan pertimbangan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di luar kelas melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, Paskibra, dan PMR. Karena kegiatan ekstrakurikuler tersebut dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran PKn untuk memantapkan jati diri siswa sebagai warga negara yang demokratis dan sadar hukum. b. Menjalin kerjasama dengan pembina ekstrakurikuler untuk menyusun program kegiatan c. Menjalin kerja sama dengan pembina ekstrakurikuler untuk menyusun materi latihan. d. Turut serta melaksanakan program latihan. 2. Pembina ekstrakurikuler a. Menyusun kurikulum atau silabus kegiatan ekstrakurikuler agar jelas tujuan, proses, target, dan yang akan dicapai. b. Membimbing pelatih ekstrakurikuler dalam kegiatan latihan. c. Memonitor pelaksanaan latihan.

241 d. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan secara berkala. e. Membangun kordinasi dan komunikasi dengan pelatih. f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. g. Lebih melakukan studi banding ke sekolah-sekolah tersohor yang terbukti mempunyai ekskul bagus. h. Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa mengundang atau berkunjung ke sekolah lain untuk berlatih bersama, uji lomba, atau bertanding. 3. Kepala sekolah a. Perekrutan tenaga pembina atau pelatih ekstrakurikuler harus benar-benar selektif. Agar menghasilkan yang terbaik, dan tidak ada istilah pemerataan tugas guru untuk mengelola ekstrakurikuler. Hanya mereka yang benar-benar memiliki latar belakang dan kemampuan di masingmasing bidang yang dapat menjadi pembina atau pelatih. b. Kepala sekolah dapat memaksimalkan perannya dalam memonitor semua pelaksanaan kegiatan yang berlangsung di sekolah. Termasuk memonitor pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. c. Kepala sekolah dapat mengefektifkan perannya sebagai katalisator, dalam hal ini membangun koordinasi dan komunikasi dengan pembina OSIS dan pembina ekstrakurikuler, melaksanakan pembinaan kepada pembina ekstrakurikuler, dan mengadakan evaluasi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. d. Kepala sekolah diharapkan mempunyai komitmen untuk memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Karena sebagai pihak yang sangat strategis dan memiliki

242 otoritas dalam mengambil dan menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah. 4. Dinas Pendidikan Untuk meningkatkan kemampuan profesional pembina dan pelatih ekstrakurikuler, selayaknya diperbanyak kegiatan-kegiatan pelatihan pendidikan dan pelatihan bagi pembina ekstrakurikuler. Karena pelatihan terhadap pembina eksrakurikuler sangat jarang diselenggarakan. Pelatihan tersebut sebaiknya dipandu oleh tenaga-tenaga yang mempunyai kualitas dan kepakaran atau ahli pada bidangnya. Juga yang tak kalah pentingnya adalah pembinaan dan perhatian terhadap pembina ekstrakurikuler dari instansi terkait.