BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia makhluk yang dikarunia akal dan hati oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. perlu dalam perkembangan zaman untuk menghadapi permasalahan-permasalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I. Pendahuluan. dimulai dari rumah tangga hendaknya dapat dilanjutkan kepada hal-hal yang positif. Para

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengaktualisasikan atau menggali segenap potensi yang dibawanya sejak lahir. Abu Ahmadi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi diharapkan dapat mengubah

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-nya. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan, sebagaimana dalam Undang-Undang RI

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan tingkah laku peserta didik.pendidikan sangat berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan bagi peserta didik dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Sebagaimana tujuan pendidikan nasional di Indonesia yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yang berbunyi : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung jawab. 1 Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Arah pembentukan lembaga ini yaitu mengembangkan potensi peserta didik. Bimbingan konseling juga merupakan salah satu komponen dari pendidikan, mengingat bahwa bimbingan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan peserta didik khususnya di sekolah dalam rangka untuk pembebasan masalahmasalah yang menganggu siswa dalam belajar dan untuk meningkatkan mutu 1 Sisdiknas, Undang-undang No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 7 1

2 pendidikan. 2 Hal ini sangat sejalan karena pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi siswa. Dalam lembaga pendidikan khususnya di sekolah tidak terlepas dari adanya guru bimbingan konseling yang merupakan salah satu komponen dari pendidikan. Guru bimbingan konseling sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dialami dengan mengarahkan siswa pada perilaku yang positif dan memberikan motivasi belajar pada siswa. Membantu orang lain agar keluar dari permasalahannya adalah perbuatan yang mulia, selain dari itu saling mengingatkan menasehati dalam kebaikan juga merupakan perintah Allah SWT. Allah berfirman : Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menepati kesabaran. (Al- Ashr : 1-3 ) 3. Siswa adalah komponen utama dan terpenting dalam pendidikan.siswa merupakan generasi penerus bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa h.241 h. 917 2 Prayitno, dkk, Dasar-dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 3 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzurriyah,2008,

3 diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berkualitas untuk kemajuan Negara Indonesia. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kondisi generasi-generasi saat ini, dan salah satu generasinya adalah siswa. Permasalahan yang dihadapi siswa di sekolah yang berkaitan dengan belajar salah satunya adalah lambat belajar ( slow learner) sehingga mengakibatkan timbulnya perasaan rendah diri ( inferioritas ). Siswa yang lambat belajar adalah sekelompok siswa di sekolah yang perkembangan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan rata-rata teman seusianya. 4 Di sekolah siswa diharuskan menyelesaikan tugas-tugas, belajar dengan sungguh-sungguh dalam menerima pelajaran, dan mencapai hasil nilai yang tinggi, namun pada kenyataannya pada saat sekarang ini banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dikarenakan lambat belajar (slow learner ) sehingga mengakibatkan timbulnya perasaan rendah diri ( inferioritas). Istilah inferioritas digunakan oleh Adler yang artinya menunjuk pada perasaan rendah diri, tidak berarti yang sangat kuat dan tidak didasari, merasa tidak aman, atau merasa tidak mampu menanggulangi kehidupan ini. 5 Rendah diri merupakan perasaan yang tidak boleh dikembangkan dalam proses pembelajaran karena dapat menghambat perkembangan belajar siswa. Bukan hanya dalam dunia pendidikan yang tidak 4 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitab Belajar Khusus,Yogyakarta: Nuha Litera, 2010, h.123 5 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 247

4 menghendaki adanya perasaan rendah diri, namun Islam pun telah mengajarkan demikian. Allah SWT berfirman : Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur.(an-nahl : 78) 6 Ayat di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya semua manusia itu sama ketika dilahirkan ke dunia ini, setelah itu Allah memberikan banyak nikmat kepada kita dan seharusnya kita bersyukur kepadanya, oleh karena itu janganlah merasa rendah diri karena lemah dalam pemahaman, lemah dalam menghafal, lambat dalam membaca dan lambat dalam belajar karena perasaan rendah diri merupakan salah satu sebab tidak diperolehnya ilmu. Lambat dalam belajar itu dapat diatasi dengan meluruskan niat dan diikuti dengan usaha yang baik. SMPN 10 Pekanbaru merupakan salah satu sekolah yang siswanya ada beberapa orang yang mengalami slow learner, sehingga mengakibatkan timbulnya perasaan rendah diri ( inferioritas). Hal ini diketahui dari guru bimbingan konseling yang sudah melakukan kerjasama dengan guru bidang studi, guru kelas, dan guru bimbingan konseling sudah melakukan tes IQ pada siswa serta guru bimbingan konseling juga melakukan konseling individual. Meskipun siswa di SMPN 10 Pekanbaru pernah meraih beberapa prestasi 6 Mahmud Yunus, Op.Cit, h. 391

5 dibidang akademik seperti olimpiade sains, cerdas cermat, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan beberapa jenis layanan, guru bimbingan konseling dapat membuat Rancangan Pemberian Layanan (RPL ) yang berupa satlan, satkung, penilaian proses, penilaian hasil, sebagai upaya mengatasi perasaan inferioritas siswa, serta membuat program layanan untuk siswa slow learner. Meskipun guru bimbingan konseling telah melakukan berbagai macam program di atas namun masih saja ada siswa yang mengalami masalah pribadi dan belajar terutama lambat belajar ( slow learner) yang berakibat timbulnya perasaan rendah diri (inferioritas). Berdasarkan pengamatan awal (studi pendahuluan), penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Guru bimbingan konseling merasa bahwa siswa slow learner bukanlah tanggung jawabnya melainkan tanggung jawab guru bidang studi. 2. Ketidaktahuan guru bimbingan konseling terhadap dampak dari inferioritas siswa slow learner. 3. Ada siswa yang tidak menjawab pertanyaan dari guru karena kurang mengerti. 4. Ada siswa yang suka menyendiri di sekolah. 5. Ada siswa yang tidak mengajukan pertanyaan karena lamban dalam menerima informasi dan kurang mengerti. Berdasarkan gejala-gejala di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Upaya Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Inferioritas siswa Slow Learner di SMPN 10 Pekanbaru.

6 B. Alasan Memilih Judul Penelitian terhadap upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru dilakukan melihat beberapa alasan, yaitu: 1. Persoalan-persoalan yang dikaji dalam judul di atas sesuai dengan bidang ilmu yang penulis pelajari, yaitu bimbingan konseling. 2. Masalah-masalah yang dikaji dalam judul diatas, penulis mampu untuk menelitinya. 3. Lokasi penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. 4. Persoalan ini menarik diteliti, karena keberadaan guru bimbingan konseling di sekolah hendaknya mampu mengatasi masalah tersebut dan bagaimana penanganannya. 5. Sepengatahuan penulis judul ini belum pernah diteliti oleh mahasiswa UIN Suska Riau khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. C. Penegasan Istilah 1. Upaya Upaya sering disamakan dengan kata usaha yang mempunyai arti yaitu kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran atau badan, untuk mencapai suatu maksud, pekerjaan. 7 7 Desi Anwar, Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Amelia Surabaya,2006, h.578

7 2. Guru Bimbingan Konseling Guru bimbingan konseling adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan konseling terhadap sejumlah peserta didik. 8 3. Inferioritas Kecenderungan pada setiap orang untuk merasa lebih rendah daripada yang lain. 9 Istilah inferioritas digunakan oleh Adler yang artinya menunjuk pada perasaan tidak berarti yang sangat kuat dan tidak didasari, merasa tidak aman, atau merasa tidak mampu menanggulangi kehidupan ini. 10 4. Slow Learner Slow learner adalah mereka yang memiliki kemampuan belajar lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. 11 D. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa kajian pokok penelitian ini adalah upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perasaan inferioritas siswa slow learner, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 8 Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Pekanbaru: Suska Press, 2008, h. 5 9 Samuel T. Gladding, Konseling Profesi yang Menyeluruh, Jakarta: PT Indeks,2012, h. 239 10 J. P. Chaplin, Loc.Cit 11 Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 125

8 a. Upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru. b. Penyebab inferioritas siswadi SMPN 10 Pekanbaru. c. Faktor yang mendukung dan menghambat upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru. d. Tindakan guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru. e. Akibat dari inferioritassiswa di SMPN 10 Pekanbaru. f. Metode yang digunakan dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru. 2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya masalah yang mengitari penelitian ini, seperti yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi pada upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru dan faktor yang mendukung dan menghambat upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahannya adalah: a. Apa upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru?

9 b. Apa faktor yang mendukung dan menghambat upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru. b. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi inferioritas siswa slow learner di SMPN 10 Pekanbaru. 2. Kegunaan Penelitian a. Bagi penulis, sebagai syarat untuk menyelesaikan perkuliahan program sarjana strata satu (SI) pada jurusan Manajamen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan Konseling Fakultas Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau. b. Bagi sekolah, sebagai bahan rujukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah tersebut. c. Bagi guru bimbingan konseling, sebagai rujukan dan masukan untuk menyelenggarakan program bimbingan konseling di sekolah.