BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Zainy Chalish Hamdy dkk, Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, IAIN Press, Medan, 2005, hlm. 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 21. hlm. 245.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta menurut pendapat siswa berada pada kategori cukup baik, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan permasalahan peserta didik pada proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai materi sampingan, karena dianggap kurang penting atau

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Rohmad, Pengelolaan Kelas Bekal Calon Guru Berkelas, Kaukaba, Yogyakarta, 2015, hlm.5.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era globalisasi dewasa ini seluruh bangsa-bangsa di dunia telah berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA SE KECAMATAN BOYOLALI DALAM PELAKSANAAN PENILAIAN PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, hlm.13.

PELAKSANAAN LAYANAN KLASIKAL BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 3 KANDANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB V PENUTUP. pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia diatur dalam undang-undang, termasuk pola pendidikan. Pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 2 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta, 2012, hlm Ibid,hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB V PENUTUP. dengan kesimpulan oleh guru. 2. hasil belajar siswa menggunakan metode diskusi ini tidak memuaskan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

2. Pelaksanaan evaluasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mata

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Al-Baqarah, Ayat 151, Al-Qur an Terjemah Kudus, Menara Kudus, 2006, Hal 23

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Dengan adanya pendidikan tentu akan membantu manusia dari ketidakberdayaan dan penjajahan mental yang berkelanjutan. Di era modern saat ini semua memang sudah serba canggih dan dipermudah namun permasalahannya bukan pada banyaknya alat yang semakin canggih ataupun mempermudah pekerjaan manusia. Karena pada dasarnya manusia juga membutuhkan interaksi, baik interaksi dengan sesama, interaksi dengan lingkungan maupun interaksi dengan sang Pencipta. Menyikapi kebutuhan interaksi tersebut tentu dalam dunia pendidikan membutuhkan terobosan yang bisa membatu manusia memenuhi kebutuhan interaksinya. Dalam Undang-Undang Replubik Indonesia No. 20 Tahun 2003 menyebutkan tentang Sistem pendidikan Nasional dalam Bab VI bagian kesembilan pasal 30 ayat 2, menyebutkan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan peserta didik menjadi angggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama. 2 Sedangkan pendidikan menurut Islam merupakan sistem pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kegiatan 1 Anas Salahudin, Irwanto Alkrinciehie, 2013, Pendidikan Karakter: Pendidikan berbasis Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal. 79 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional cet. I, Jakarta: CV. Eko Jaya, hal.7-8 1

2 kependidikannya. 3 Dari pengertian tersebut terdapat beberapa hal yang ada di dalam kegiatan pendidikan, mulai dari penyelenggaraan, niat dan nilainilai Islam. Permasalahan yang terjadi ialah tidak semua masyarakat mampu memahami agama dan praktik agama dengan baik, sehingga hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan dalam kehidupan masyarakat yang beragama seperti beberapa masalah yang terjadi di Indonesia. Namun perlu kita ketahui bahwa akhir-akhir ini sebagian masyarakat mulai menyadari akan pentingnya pendidikan agama bagi anak. Munculnya kesadaran tersebut direspon baik oleh dunia pendidikan, yang akhirnya kini mulai bermunculan lembaga pendidikan bernuansa keagamaan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu dari lembaga pendidikan yang bernuansa keagamaan ialah lembaga pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan hidup Islam, yaitu mengabdi kepada Allah sesuai dengan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW. 4 Jika kita sudah mengetahui bahwa tujuan pendidikan Islam sama seperti tujuan hidup manusia tentu kita membutuhkan adanya perencanaan pendidikan yang sesuai dengan tujuan tersebut. Sehingga dengan demikian diharapkan pendidikan mampu menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi. Masuknya mutan lokal dalam kurikulum nasional tidak mengubah esensi tujuan pendidikan nasional. Artinya, tujuan nasional dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan institusional) tetap menjadi kerangka acuan bagi pelaksana muatan lokal. 5 Dengan adanya muatan lokal tentu akan menjadi ciri khas dari lembaga pendidikan, mengingat setiap daerah 3 Muhaimin, 2014, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajagrafindo Persada, hal. 8 4 Radja Mudyahardjo, 2001, Pengangantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar- Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan Di Indonesia, Jakarta: Rajagrafindo Persada, hal. 223 5 Nana Sudjana, 1991, Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru, hal.173

3 mempunyai potensi berbeda-beda yang bisa dikembangkan. Guna mewujudkan muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan anak di masyarakat, maka perlu dilakuakan perencanaan pendidikan dengan baik. Perencanaan pendidikan sangatlah diperlukan sebelum melakukan kegiatan pendidikan. Keberadaan perencanaan dalam pendidikan akan lebih memudahkan pencapaian tujuan pendidikan, khususnya tujuan pendidikan nasional. Secara umum, muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerah masing-masing dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. 6 Hal tersebut tentu sangat membantu anak untuk hidup bermasyarakat di lingkungannya. Sekolah sebagai lembaga formal yang memiliki ciri khusus identitas kelembagaannya perlu meningkatkan kualitas pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya. Hal tersebut memungkinkan manusia mampu berguna bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar agar menghasilkan manusia yang berkualitas. Dengan adanya kebijakan nasional yang memberikan peluang bagi sekolah untuk mengembangkan potensi lokal yang ada di lingkungan, tentu memberikan peluang bagi siswa untuk mempelajari potensi lingkungannya di bangku sekolahan. Hal tersebutlah yang mendasari adanya muatan lokal takhassus musyafahah dilaksanakan di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah jekulo. Menurut keterangan kepala MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo, takhassus musyafahah merupakan terobosan yang dipilih di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo yang diambil dari kurikulum di 6 E. Mulyasa, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 274-275

4 madrasah yang berbasis pesantren. Dengan adanya program tersebut diharapkan nantinya mampu menciptakan lulusan yang unggul dalam prestasi dan santun dalam budi pekerti sesuai dengan visi yang ada di madrasah tersebut. Selain itu tujuan diadakannya muatan lokal tersebut ialah untuk memberikan bekal hafalan juz amma yang mampu dipraktikan oleh siswa dalam kebutuhan beragama serta mampu memahaminya. 7 Berangkat dari pemikiran dan fakta di masyarakat bahwa pendidikan agama sangat dibutuhkan oleh anak sejak dini. Dan kebetulan di salah satu lembaga pendidikan Islam yang telah penulis survey terdapat muatan lokal yang mampu menjadi alternative bagi permasalahan masyarakat tentang kurangnya pemahaman anak terhadap pengetahuan dan aktivitas beragama, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo dengan mengangkat judul STUDI ANALISIS PELAKSANAAN MUATAN LOKAL TAKHASSUS MUSYAFAHAH UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA PADA SISWA DI MTS NU WAHID HASYIM SALAFIYAH JEKULO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 B. Fokus Penelitian Fokus masalah dalam penelitian kualitatif adalah gejala yang masih bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. 8 Agar penelitian ini tidak melebar tanpa pokok yang pasti maka penulis merumuskan fokus masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Fokus masalah dalam penelitian ini ialah pelaksanaan muatan lokal 7 Hasil penjelasan kepala MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo (Ibu Naf in Nihayati), saat penulis melakukan survey lokasi sebelum mulai meneliti tanggal 6 Januari 2016 8 Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung : Alfabeta, hal. 285

5 takhassus musyafahah untuk meningkatkan kesadaran keagamaan siswa kelas 8 di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo. Fokus tersebut dipilih karena tidak semua madrasah memasukkan muatan lokal takhassus musyafahah dalam pembelajaran di kelas. Musyafahah ialah mata pelajaran yang berisi tentang hafalan-hafalan tertentu sebagai ciri khas dari madrasah tersebut. Takhassus musyafahah di kelas 8 MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah berisi tentang hafalan suratsurat pendek (Juz amma) yang dilakukan di kelas. Dengan adanya hafalan surat-surat pendek tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesadaran keagamaan siswa sehingga mampu mengendalikan perilaku siswa. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah tersebut maka peneliti dapat merumuskan pokok masalah mendasar yang akan dikaji dalam penyusunan skripsi ini, yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan muatan lokal takhassus musyafahah di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo? 2. Bagaimana kesadaran beragama siswa di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo? 3. Bagaimana relevansi pelaksanaan muatan lokal takhassus musyafahah dengan peningkatan kesadaran beragama siswa di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis ialah: 1. Mengetahui pelaksanaan muatan lokal takhassus musyafahah di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo. 2. Mengetahui relevansi pelaksanaan muatan lokal takhassus musyafahah dengan peningkatan kesadaran beragama di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah Jekulo.

6 E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan peneliti terdapat beberapa manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan informasi dan sumber referensi mengenai pelaksanaan muatan lokal takhassus musyafahah dalam meningkatkan kesadaran keagamaan siswa. b. Menambah khazanah pengetahuan dan keilmuan Islam. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat menmberikan alternatif solusi pengembangan kurikulum oleh lembaga pendidikan yang membutuhkan. b. Dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan muatan lokal takhassus musyafahah dalam meningkatkan kesadaran keagamaan siswa di MTs NU Wahid Hasyim Salafiyah.