BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi diharapkan dapat mengubah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

KATA PENGANTAR. dan Hidayah-Nya yang telag memberikan kesempatan bagi penulis untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, meningkatkan kualitas manusia dalam membentuk watak bangsa menjadi

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia tidak terlepas dari pendidikan tersebut, baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk lainnya. Al-Qur an merupakan bukti tanda. kebesaran/kemahaluasan ilmu Allah bagi orang-orang yang berilmu.

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. dicontohkan oleh Rasulullah SAW, karena dengan akhlak-nya yang mulia beliau

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses pendewasaan berfikir. Nilai demi nilai

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang dimaksudkan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 2 Jadi, pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk mendewasakan dan menciptakan manusia terdidik, sehingga dengan pendidikan yang memadai diharapkan akan mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Pendidikan selalu dihadapkan pada dua tuntutan, yaitu peningkatan kuantitas dan kualitas. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental. 3 Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan dididik. Pendidikan menentukan tinggi rendahnya derajat seseorang sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi: 1 Sudirman N.,dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), h. 4. 2 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 2. 3 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 6.

Pada dasarnya pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 4 Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan telah melakukan berbagai upaya peningkatan kuantitas meliputi penambahan daya tampung peserta didik, pendirian gedung sekolah, pengembangan sekolah terbuka, penambahan program pendidikan guru, pengembangan sanggar kegiatan belajar, dan sebagainya. Sedangkan usaha dalam sektor kualitas pendidikan dilakukan melalui perubahan kurikulum, pengadaan buku-buku pendidikan, penataran guru, pengembangan media pendidikan dan sebagainya. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan: h. 3. 4 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Berdasarkan rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut maka diselenggarakan pendidikan yang diharapkan mampu menciptakan manusia yang berkualitas, dan mampu mengimbangi lajunya perkembangan pengetahuan dan teknologi. Penyelenggaraan pendidikan dalam lintasan sejarah Islam telah dimulai oleh Rasulullah saw dan para Khulafaur Rasyidin. Rasulullah saw telah menjadikan mengajar baca-tulis bagi 10 orang penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang Badar. Pada masa itu Nabi Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadits yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki pengetahuan. Khalifah Umar bin Khattab, secara khusus, mengirimkan petugas khusus ke berbagai wilayah baru Islam untuk menjadi guru pengajar bagi masyarakat Islam di wilayah-wilayah tersebut. Al-Ma mun, salah satu khalifah Daulat Bani Abbasiyah, mendirikan Baitul Hikmah di Baghdad pada tahun 815 M, di dalamnya terdapat ruang-ruang kajian, perpustakaan dan observatorium (laboratorium). Meskipun demikian, Baitul Hikmah belum dapat dikatakan sebagai sebuah institusi pendidikan yang cukup sempurna, 5 Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Departemen Pendidikan Nasional, 2003), h. 11.

karena sistem pendidikan masih sekedarnya dalam majelis-majelis kajian dan belum terdapat kurikulum pendidikan yang diberlakukan di dalamnya. Institusi pendidikan Islam yang mulai menggunakan sistem pendidikan modern baru muncul dengan berdirinya Perguruan al-azhar oleh Daulat Bani Fatimiyyah di Kairo pada tahun 972 M. Pada al-azhar, selain dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium, mulai diberlakukan sebuah kurikulum pengajaran. Pada kurikulum al- Azhar diajarkan disiplin-disiplin ilmu agama dan juga disiplin-disiplin ilmu umum (aqliyyah). Ilmu agama yang ada dalam kurikulum al-azhar antara lain tafsir, hadits, fiqh, qira ah, teologi (kalam), sedang ilmu akal yang ada dalam kurikulum al-azhar antara lain filsafat, logika, kedokteran, matematika, sejarah dan geografi. Pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah Tarbiyah Islamiyah. 6 Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 7 Kepribadian yang dimaksud adalah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam, dan bertanggungjawab sesuai dengan nilainilai Islam. Konsep pendidikan Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan pada pembentukan kepribadian yang utuh dan bulat. Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah bimbingan dan usaha yang diberikan pada seseorang dalam pertumbuhan jasmani dan usaha rohani agar tertanam nilai-nilai ajaran 6 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 25. 7 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 9.

agama Islam untuk menuju pada tingkat membentuk kepribadian yang utama, yaitu kepribadian muslim yang mencapai kehidupan dunia dan akhirat. Pelaksanaan pendidikan agama Islam harus dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan dan menguasai bahan agama tersebut. Hal ini karena salah satu tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketakwaan terhadap Allah swt, dan pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga masyarakat dan pemerintah. Salah satu bagian dari mata pelajaran PAI adalah Sejarah Kebudayaan Islam. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan peserta didik apabila guru yang memberikan materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan peserta didik dan metode tersebut membuat peserta didik kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Belajar sangat penting, namun dalam kenyataannya sering muncul permasalahan atau hambatan dalam belajar. Dengan adanya hambatan tersebut akan mempersulit peserta didik untuk mancapai hasil belajar yang maksimal. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik peserta didik yang beraneka ragam. Ada peserta didik yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami hambatan, namun di sisi lain tidak sedikit pula peserta didik yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai hambatan. Hambatan belajar peserta didik ditunjukkan oleh

adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya Fenomena hambatan belajar anak didik Madrasah Tsanawiyah (MTs) Manarul Huda kelas VIII ditunjukkan dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar termasuk salah satunya terjadi pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hambatan ini juga ditunjukkan dengan munculnya kelainan perilaku anak didik seperti mengusik teman, mengantukdan sering tidak fokus mengikuti pelajaran. Hal ini disebabkan karena guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi untuk menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga mengakibatkan kebosanan pada peserta didik dalam mengikuti materi pembelajaran tersebut. Faktor penyebab timbulnya hambatan belajar terdiri atas dua macam, yaitu faktor intern anak didik yakni hal-hal yang muncul dari dalam diri anak didik, seperti kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, minat dan sebagainyadan faktor ekstern anak didik yakni hal-hal yang datang dari luar diri anak didik. 8 Setiap anak didik pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dalam kenyataan sehari-hari tampak bahwa setiap anak didik memiliki perbedaan dalam hal intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara anak didik yang satu dengan yang lainnya. 8 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 165.

Anak didik adalah subjek belajar yang mengalami langsung akibat hambatan belajar, karena peserta didik adalah orang yang belajar, bukan guru yang belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik dengan membelajarkan anak didik agar giat belajar. Hambatan yang dialami peserta didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi ada juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor Eksternal Penyebab Hambatan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada Peserta Didik Kelas VIII MTs Manarul Huda Kabupaten Kapuas B. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul di atas, maka penulis merasa perlu untuk mengemukakan batasan istilahnya sebagai berikut: 1. Faktor eksternal adalah segala sesuatu/ hal yang berasal dari luar meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak. 9 2. Penyebab adalah segala sesuatu/ hal yang dominan berpengaruh dan terkait serta menjadi penyebab suatu kejadian. 10 3. Hambatan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. 11 9 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h. 236 10 Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2008), h. 466

Jadi yang dimaksud dengan judul di atas adalah suatu penelitian yang bertempat di MTs. Manarul Huda Kabupaten Kapuas, yaitu penelitian terhadap faktor eksternal penyebab hambatan belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada peserta didik kelas VIII. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian iniadalah sebagai berikut : Apasaja yang menjadi faktor eksternal penyebab hambatan belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada peserta didik kelas VIII MTs. Manarul Huda Kabupaten Kapuas? D. Tujuan Penelitian Sebagaimana permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :Mendeskripsikan faktor-faktor eksternal penyebab hambatan belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada peserta didik kelas VIII MTs. Manarul Huda Kabupaten Kapuas. E. Alasan Memilih Judul Adapun yang menjadi alasan peneliti untuk mengangkat judul di atas adalah: 1. Adanya hambatan-hambatan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang menyebabkan menurunnya prestasi peserta didik di MTs. Manarul Huda Kabupaten Kapuas terutama dari segi faktor eksternal. 11 Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, h. 235

2. Pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagian peserta didik belum bisa mencapai hasil belajar yang memuaskan dengan rata-rata 6,5 sampai dengan 6,8. 3. Hampir seluruh peserta didik pasif pada saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas berlangsung.. F. Signifikasi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis a. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab hambatan belajar. b. Sebagai sumbangan untuk pengembangan pengetahuan di bidang pendidikan. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Kepala Sekolah Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun program pendidikan selanjutnya terutama dalam mengatasi hambatan belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada peserta didik. b. Bagi Guru SKI Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan dalam usaha mengatasi hambatan belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada peserta didik dan memperhatikan letak hambatan-hambatan belajarnya untuk segera ditindaklanjuti. c. Bagi Wali Kelas

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan bimbingannya pada peserta didik terutama dalam memberikan pengarahan-pengarahan dalam belajar G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan memahami isi skripsi ini bagi pembaca, maka penulis membuat sistematikanya sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, penegasan judul, perumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikasi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Hambatan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam, yang berisi pengertian belajar, pengertian hambatan belajar, macam-macam hambatan belajar, faktor penyebab hambatan belajar, cara mengenal peserta didik yang megalami hambatan belajar, cara mengatasi hambatan belajar, SKI sebagai mata pelajarandan hambatan belajar Sejarah Kebudayaan Islam. BAB III : Metode penelitian, meliputi populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, kerangka dasar penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data serta prosedur penelitian. BAB IV : Laporan hasil penelitian berisikan gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. BAB V : Penutup, berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.