ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI. Analysis Of Factors Related To The Use Of Contraception Vasectomy

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

GAMBARAN PERSEPSI SUAMI PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENDAL 01 KABUPATEN KENDAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER KB DI PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI SUNTIK DI BPS NURYAMAH KEBUMEN TAHUN 2009ˡ

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

NASKAH PUBLIKASI AGUSTIAN SASMITA NIM I

Mitha Destyowati ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN USIA PARITAS DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DUSUN GETASAN KAB. SEMARANG TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP VASEKTOMI DI KECAMATAN RANCAEKEK

Frekuensi dan Determinan Kontrasepsi Pria di Indonesia

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Ade Tedi Irawan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KB PRIA DENGAN STATUS PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA SUAMI

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN IMPLAN OLEH AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS RAWAT INAP SUKABUMI KOTA BANDAR LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI

Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Keluarga Berencana

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

FAKTOR DETERMINAN PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI. Andik Setiyono 1, Siti Novianti 2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA LAKI LAKI USIA TAHUN DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA JONDANG KECAMATAN KEDUNG

ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol 1, No 1, 2013 (hal 80-91)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

PENDAHULUAN FAKTOR DETERMINAN PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) Latar Belakang

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI PRIA (VASEKTOMI) DI WILAYAH KECAMATAN KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013 TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG KB DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA SUAMI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU DROP OUT KB DI DESA CARINGIN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

PARTISIPASI SUAMI DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAMPUNG JOGONEGARAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

e-journal Keperawatan (ekp) volume 3 Nomor 2 Oktober 2015

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI Analysis Of Factors Related To The Use Of Contraception Vasectomy Bejo Danang Saputra 1* 1 STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap 53223 ABSTRAK Tingkat partisipasi laki-laki dalam Keluarga Berencana (KB) sangat kecil hanya 1,69%. Tujuan untuk mengetahui apakah faktor aksesibilitas, dominasi pria Pasangan Usia Subur (PUS), kepercayaan atau religious, tingkatan ekonomi, pengetahuan dan sosial budaya berhubungan dengan penggunaan kontrasespi vasektomi. Jenis penelitian survey analitik dengan rancangan case control terhadap 80 pria Pasangan Usia Subur (PUS) dengan metode cluster random sampling dengan menggunakan kuesioner tertutup. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 faktor yang diduga berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi didapatkan hasil bahwa ada 4 faktor yang tidak berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi yaitu aksesibilitas, dominasi pria PUS, kepercayaan atau religius dan tingkat ekonomi. Terdapat 2 faktor yang berhubungan secara bermakna dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi yaitu faktor pengetahuan pria PUS tentang kontrasepsi vasektomi (χ 2 = 5,833, pv = 0,016, OR = 3,690 CI: 1,372 9,927) dan faktor sosial budaya (χ 2 = 11,243, pv = 0,001, OR = 6,368 CI: 2,196 18,467). Faktor sosial budaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi (OR = 5,238, pv = 0,003, α = 0,05). Kata kunci: KB, kontrasepsi, vasektomi. ABSTRACT The level of male participation in family planning (KB) is very small, only 1.69%. Aim to determine whether the factor of accessibility, EFA male dominance, or religious beliefs, levels of economic, social and cultural knowledge related to the use kontrasespi vasectomy. Type analytic survey research with case control study of 80 men pair fertile age (EFA) with random cluster sampling method using the enclosed questionnaire. Multivariate analysis using logistic regression. The results showed that of the six factors that were related to the use of contraception vasectomy showed that there are four factors that are not related to the use of contraception vasectomy as accessibility, EFA male dominance, or religious beliefs and economic levels. There are two factors were significantly associated with the use of contraception vasectomy is a factor of knowledge about contraception vasectomy man PUS ( 2 = 5,833, pv = 0.016, OR = 3.690 CI: 1.372 to 9.927) and socio-cultural factors ( 2 = 11.243, pv = 0.001, OR = 6.368 CI: 2.196 to 18.467). Socio-cultural factors are the most dominant factor related to the use of contraception vasectomy (OR = 5.238, pv = 0.003, α = 0.05) Keywords: family planning, contraceptives, vasectomy Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 1

PENDAHULUAN Sejak diberlakukannya Undang- Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, gerakan Keluarga Berencana (KB) melangkah lebih maju lagi. KB dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Undang-undang No. 10 Tahun 1992). Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan tingkat partisipasi laki-laki sebagai peserta KB sangat kecil. Dari 100 pasangan usia subur, terdapat 71,93 persen peserta KB. Dari angka itu peran serta pria selaku peserta hanya 1,69 persen dengan perincian 1,33 persen pria yang melakukan MOP (Medis Operasi Pria) dan 0,36 persen menggunakan kondom (Suci, 2006). Sementara itu dari 4,86 juta peserta KB aktif di Jawa Tengah pada tahun 2007, jumlah peserta KB dengan vasektomi tahun 2007 sebanyak 67.572 orang (Profil KB Propinsi Jawa Tengah, 2007). Terdapat dua pilihan metode kontrasepsi pria di Indonesia yaitu vasektomi dan kondom. Walaupun vasektomi bukan merupakan hal baru di bidang kedokteran, namun belum semua orang mengenal vasektomi. Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur taransportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi penyatuan dengan ovum tidak terjadi (Arum & Sujiatini 2009, h. 170). Menurut data statistik dari Badan Pemberdayaan Perempuan (PP), Perlindungan Anak (PA) dan Keluarga Berencana (KB) Kabupaten Cilacap tahun 2009, menyebutkan dari seluruh peserta KB aktif di Kabupaten Cilacap, kaum pria yang menjadi peserta KB aktif (vasektomi dan kondom) hanya 3,92 % atau sebanyak 9.549 orang dari seluruh peserta KB aktif yang tercatat sebanyak 243.531 orang. Sebanyak 6.863 pria di Cilacap yang memilih kondom, dan sisanya sekitar 2.686 orang mengikuti MOP yaitu operasi vasektomi. Beberapa faktor yang berhubungan dengan masih rendahnya peserta KB vasektomi menurut BKKBN (2003) antara lain: faktor sosial budaya, faktor rendahnya pengetahuan pria terhadap informasi KB vasektomi karena terbatasnya informasi peranan pria dalam KB dan kesehatan reproduksi, faktor aksesibilitas pria terhadap sarana pelayanan kontrasepsi rendah dan faktor suami dominan dalam mengambil keputusan pemakaian kontrasepsi. Faktor kepercayaan atau religius serta faktor Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 2

ekonomi juga berperan dalam pemilihan kontrasepsi vasektomi. Kecamatan Kesugihan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Cilacap. Berdasarkan data statistik dari Badan PP, PA dan KB Kecamatan Kesugihan sampai bulan Desember 2009, jumlah peserta KB pria sebanyak 700 orang yang terdiri dari 265 orang menggunakan kontrasepsi vasektomi dan 435 orang menggunakan kondom. Kemudian berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) badan PP, PA dan KB Kecamatan Kesugihan jumlah peserta kontrasepsi pria di wilayah kerja Puskesmas Kesugihan II sampai dengan bulan Desember 2009 adalah sebanyak 376 orang dengan rincian 152 orang menggunakan metode MOP dan 224 orang menggunakan kondom. Penelitian ini secara umum ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi wilayah kerja Puskesmas Kesugihan II Kabupaten Cilacap Tahun 2010. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan penelitian case control melalui pendekatan retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pria yang menggunakan kontrasepsi vasektomi dan kondom pada tahun 2009 adalah sebanyak 376 orang. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 3 buah yaitu kuesioner A berisi data demografi, kuesioner B berisi variabel faktor pengetahuan dan kuesioner C berisi variabel sosial budaya. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup dan dijawab oleh responden tanpa diwakilkan kepada orang lain. Teknik analisis dalam penelitian ini, untuk analisis univariat menggunakan statistik deskriptif guna mengetahui distribusi frekuensi faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi. Analisis bivariat menggunakan uji Regressi Logistik Sederhana yang diuji dengan menggunakan uji chi square. dan analisis multivariat di uji dengan menggunakan Regresi Logistik Ganda. HASIL Hasil analisis univariat menunjukan faktor pengetahuan sebagian besar pria PUS mempunyai pengetahuan tentang kontrasepsi vasektomi baik sebanyak 52 orang (65,0%). Faktor sosial budaya yang mendukung penggunaan vasektomi yaitu sebanyak 52 orang (65,0%). Faktor aksesibilitas sebagian besar pria PUS mengatakan ada aksesibilitas terhadap sarana pelayanan kontrasepsi sebanyak 67 orang (83,8%). Faktor dominasi Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 3

suami menunjukkan sebagian besar pria PUS dominan dalam mengambil keputusan pemakaian kontrasepsi sebanyak 51 orang (63,8%). Faktor kepercayaan menunjukkan sebagian besar pria PUS mempunyai kepercayaan penggunaan vasektomi tidak melanggar kepercayaan/agama sebanyak 75 orang (93,8%). Faktor ekonomi menunjukkan sebagian besar pria PUS mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi, yaitu sebanyak 50 orang (62,5%). Penggunaan vasektomi menunjukkan bahwa pria PUS yang menggunakan vasektomi sebanyak 39 orang (48,8%), sedikit lebih banyak dibandingkan yang tidak menggunakan vasektomi, yaitu sebanyak 41 orang (51,3%). Hasil pengujian bivariat terhadap terdapat 2 faktor yang berhubungan bermakna yaitu faktor pengetahuan dan faktor sosial budaya. Faktor pengetahuan dengan hasil uji chi square didapatkan nilai X 2 = 5,833, dengan pv = 0,016. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan nilai OR = 3,690 pada CI (1,372 9,927) artinya pria PUS yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi vasektomi mempunyai peluang menggunakan kontrasepsi vasektomi 3,690 kali dibandingkan pria PUS yang mempunyai pengetahuan yang kurang baik. Sedangkan faktor sosial budaya hasil uji chi square didapatkan nilai X 2 = 11,243, dengan pv = 0,001. Berdasarkan nilai pv < 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara sosial budaya dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan nilai OR = 6,368 pada CI (2,196 18,467) artinya pria PUS yang mempunyai sosial budaya mendukung mempunyai peluang menggunakan kontrasepsi vasektomi 6,368 kali dibandingkan pria PUS yang mempunyai sosial budaya tidak mendukung. Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Pria PUS dengan Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi di Wilayah Kerja Puskesmas Kesugihan II Kabupaten Cilacap Pengetahuan tentang Vasektomi Penggunaan Vasektomi Tidak Menggunaka n Menggunakan Jumlah F % f % f % Kurang Baik 20 21 71,4 40,4 8 31 28,6 59,6 28 52 100,0 100,0 41 51,3 39 48,8 80 100,0 pv = 0,016 OR = 3,690 CI (1,372 9,927) Tabel 2. Hubungan Sosial Budaya Pria PUS Dengan Kontrasepsi Vasektomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kesugihan II Kabupaten Cilacap No 1 2 Sosial Budaya Tidak Mendukung Mendukung Penggunaan Vasektomi Tidak Menggunakan Menggunaka n Jumlah f % f % f % 22 78,6 6 21,4 28 100,0 19 36,5 33 63,5 52 100,0 41 51,3 39 48,8 80 100,0 X 2 = 11,243 pv = 0,001 OR = 6,368 CI (2,196 18,467) Hasil uji multivariat dengan regressi logistik dapat disimpulkan bahwa variabel yang secara signifikan berhubungan dengan Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 4

penggunaan vasektomi, yaitu faktor sosial budaya dengan nilai OR yang terbesar dan pv yang terkecil (OR = 5,238, pv = 0,003, α = 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa pria PUS yang mempunyai sosial budaya yang mendukung berpeluang menggunakan kontrasepsi vasektomi sebesar 5,238 kali dibandingkan yang mempunyai sosial budaya tidak mendukung. Tabel 3. Hasil Pengujian Regresi Logistik Antara Pengetahuan dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi Parameter B Wald p OR Pengetahuan 0,995 3,370 0,066 2,706 Sosial budaya 1,656 8,798 0,003 5,238 Constant -1,832 10,206 0,001 0,160-2 Log Likelihood = 93,925 G = 16,929 pv = 0,000 PEMBAHASAN terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan dengan penggunaan vasektomi dimungkinkan karena dengan pengetahuan yang baik tentang vasektomi maka pria PUS relatif lebih menyadari bahwa vasektomi merupakan KB pria yang efektif, sehingga akan berpengaruh terhadap perilakunya untuk menggunakan kontrasepsi vasektomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007, h. 143-144), yang menyatakan bahwa pengetahuan (knowledge), merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. terdapat hubungan yang bermakna antara sosial budaya dengan penggunaan vasektomi dapat disebabkan karena pria PUS telah menyadari bahwa KB bukan hanya urusan perempuan saja tetapi juga menjadi tanggung jawab suami atau pria, sehingga dengan adanya kesadaran ini maka pria bersedia menggunakan kontrasepsi vasektomi. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat dari penelitian Parwieningrum (2006) yang menyatakan bahwa rendahnya partisipasi pria dalam KB salah satu faktor yang menyebabkan adalah adanya anggapan dari para pria bahwa KB adalah urusan perempuan sehingga pria tidak perlu berperan. tidak terdapat hubungan antara aksesibilitas pria PUS terhadap sarana pelayanan kontrasepsi dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi, dapat disebabkan pria PUS merasa enggan untuk mendatangi pelayanan kontrasepsi di Puskesmas karena merasa di Puskesmas terdapat pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sehingga merasa malu. Selain itu bagi pria PUS yang bekerja relatif tidak memiliki waktu untuk mendatangi pelayanan kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan pendapat BKKBN (2003) yang menyatakan bahwa di puskesmas terdapat pelayanan Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 5

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang umumnya melayani ibu dan anak saja, sehingga pria merasa enggan untuk konsultasi dan mendapat pelayanan. tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dominan pria PUS dalam mengambil keputusan pemakaian kontrasepsi dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi dapat disebabkan karena adanya kesadaran dari sebagian pria PUS bahwa dalam menentukan jumlah dan jarak kelahiran merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri, sehingga hal ini menyebabkan dominasi pria dalam KB tidak berhubungan dengan penggunaan vasektomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Parwieningrum (2006), yang menyatakan bahwa kesetaraan dan keadilan gender merupakan suatu kondisi yang menunjukkan hubungan harmonis antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepercayaan atau religius dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi dapat disebabkan karena pria PUS mempunyai kepercayaan bahwa penggunaan kontrasepsi diperbolehkan oleh agama asal tidak memutus total kemungkinan memperoleh keturunan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Pramushinto (2006) dan Heru (2008), yang menyatakan bahwa para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa KB yang dibolehkan syariat adalah usaha pengaturan dan penjarangan kelahiran, atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi disebabkan bahwa saat ini biaya pemakaian atau penggunaan vasektomi yang relatif murah bahkan pemerintah melalui BKKBN memberikan pelayanan gratis bagi pria PUS. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarjati (2005) yang menyatakan bahwa partisipasi kaum pria dalam menyukseskan program KB masih sangat rendah, memberikan kondom secara cuma-cuma dan memberikan pelayanan vasektomi gratis kepada keluarga miskin yang hendak menjadi akseptor KB tidak mampu meningkatkan secara signifikan partisipasi pria dalam KB. bahwa variabel sosial budaya merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan vasektomi dapat disebabkan karena dengan sosial budaya yang mendukung dimana pria tidak menganggap bahwa melakukan vasektomi Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 6

sama dengan di kebiri dan tidak dapat memiliki keturunan tentunya hal ini akan berdampak pada peningkatan partisipasi pria dalam ber-kb khusunya vasektomi. Hal ini sejalan dengan pendapat Asri (2005), yang menyatakan bahwa hambatan utama dalam peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan vasektomi adalah masih banyaknya budaya masyarakat yang menganggap bahwa jika seorang pria melakukan vasektomi berarti ia sudah di kebiri untuk tidak lagi memiliki keturunan. Padahal vasektomi masih memungkinkan pria memiliki keturunan, sementara bila pria di kebiri tidak ada lagi kemungkinan memiliki keturunan karena saluran sel telurnya sudah ditutup. KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pria PUS tentang kontrasepsi vasektomi dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi (χ 2 = 5,833, pv = 0,016, OR = 3,690 CI: 1,372 9,927). 2. Terdapat hubungan yang bermakna antara sosial budaya dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi (χ 2 = 11,243, pv = 0,001, OR = 6,368 CI: 2,196 18,467). 3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aksesibilitas pria PUS terhadap sarana pelayanan kontrasepsi dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi (χ 2 = 2,960, pv = 0,085). 4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dominasi pria PUS dalam mengambil keputusan pemakaian kontrasepsi dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi (χ 2 = 0,028, pv = 0,886). 5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepercayaan atau religius dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi (χ 2 = 0,750, pv = 0,386). 6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi di wilayah kerja Puskesmas Kesugihan II Kabupaten Cilacap Tahun 2010 (χ 2 = 0,163, pv = 0,686). 7. Terdapat faktor yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi yaitu faktor sosial budaya (OR = 5,238, pv = 0,003, α = 0,05). UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak Puskesmas Kesugihan II yang telah memberikan izin penelitian ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) yang telah bersedia memuat hasil penelitian ini. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 7

DAFTAR PUSTAKA Achmadi dan Narbuko 2007, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta. Arum dan Sujiyatini 2009, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Nuha Medika, Yogyakarta. Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi IV, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Asri 2005, Vasektomi dan Dua Anak Enak, dilihat tanggal 18 Agustus 2010 <http://www.kompas.com>. Azwar, S. 2000, Reliabilitas dan Validitas, edisi ketiga. cetakan kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.. 2002. Pengukuran Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. BKKBN 2002, Panduan Pelaksanaan Jaminan Mutu Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta., 2003, Buku Saku Kesehatan Reproduksi Pria, Jakarta., 2004, Kontrasepsi Pria : Seri Booklet Peningkatan Partisipasi Pria, Jakarta. Cunningham, F. Gary. 1995, Obstetri Williams (Williams Obstetric), Alih Bahasa Suyono dan Hartono, Edisi 18, EGC, Jakarta. Everett 2007, Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi, Edisi 2, EGC, Jakarta. Glassier dan Gebbie 2005, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Cetakan I, EGC, Jakarta. Hadi. S, 2000, Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan BASICA. Andi Offset, Yogyakarta. Hartanto 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, cetakan kelima, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Hastono. 2001, Modul Analisa Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. Heru, 2008, KB itu Mengatur Keturunan, dilihat tanggal 17 Agustus 2010 http://www.bkkbn.go.id Notoatmodjo, S. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. cetakan ketiga, Rineka Cipta, Jakarta.. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta Parwieningrum, 2006, Isu Gender, Klien dan Pemberi Pelayanan dalam KB-KR, dilihat tanggal 5 Februari 2010 <http://www.bkkbn.go.id/article>. Pramusintho 2006, MUI Nyatakan Vasektomi dan Aborsi Korban Perkosaan Boleh Dilakukan, dilihat tanggal 17 Agustus 2010 <http://www.mui.or.id>. Profil KB Propinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Saifuddin 2004, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, cetakan keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta. Santoso S, 2002, Mengolah Data Secara Profesional, Elex Media Computido, Jakarta. Saryono 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia, Yogyakarta. Siti Aminah 2008, Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Suami Tentang Kontrasepsi Pria Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria Di Puskesmas Sentolo II Kabupaten Kulon Progo Tahun 2007, Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global, Skripsi, Tidak dipublikasikan. Sriudiyani 2003, Studi Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan didalam Keluarga untuk Bidang KB- KR, dilihat tanggal 17 Agustus 2010 http://www.bkkbn.go.id Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. cetakan kesembilan, Alfabeta Bandung Sumarjati 2005, Partisipasi Pria dalam Program KB masih Rendah, dilihat tanggal 17 Agustus 2010 http://www.depkes.co.id Suratun 2008, Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi, cetakan petama,trans Info Media, Jakarta. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 8

Suyatno 2008, Pangan dan Gizi Sebagai Indikator Kemiskinan, Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Undang-undang No. 10 Tahun 1992, Tentang Perkembangan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Wahid 2008, Vasektomi ( Membikin Anak Tanpa Harus Menghasilkan Anak), dilihat tanggal 18 Agustus 2010 http://www.ibnuwahid.com. WHO 2006, Ragam Metode Kontrasepsi, Cetakan I, EGC, Jakarta. Wiji Sayekti, E 2006, Deskripsi Tingkat Motivasi Pria untuk Mengikuti Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP), Cilacap, STIKES AL- IRSYAD AL-ISLAMIYYAH, Karya Tulis Ilmiah. Winarni 2005, Partisipasi Pria dalam ber- KB (Sumber data:sdki 2002-2003), dilihat tanggal 17 Agustus 2010 http://www.bkkbn.go.id. Yasril & Kasjono 2009, Analisis Multivariat Untuk Penelitian Kesehatan, Mitra Cendekia Press, Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 1, Maret 2016 9