TIDAK SEKADAR PUASA BADANI

dokumen-dokumen yang mirip
PUASA SIA-SIA Oleh Nurcholish Madjid

ASAS HIDUP TAKWA Oleh Nurcholish Madjid

MAKNA IDUL FITRI Oleh Nurcholish Madjid

HIDUP BERASAS TAKWA Oleh Nurcholish Madjid

ZIKIR Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

TAKWA, ZIKIR, DAN IKHLAS

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

JENJANG PUASA NAFSANI

OByEKTIVIKASI SALAM Oleh Nurcholish Madjid

TAKWA DAN IKHLAS Oleh Nurcholish Madjid

c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

EFEK KESEHARIAN TAKWA

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Bab 1 Hakikat Puasa. Kewajiban Puasa Ramadhan Kewajiban puasa Ramadhan disebutkan oleh Allah Swt di dalam irman-nya:

METAFORA LAILATUL QADAR

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

MENYELAMI KALBU AGAMA

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

UMAT Tengah. Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

SYAHADAT Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

PESAN TAKWA Oleh Nurcholish Madjid

Khutbah Jum'at. 6 Nama Lain Ramadhan dan Bagaimana Berinteraksi dengannya. Bersama Dakwah 1

AYAT ASAS Oleh Nurcholish Madjid

FITRAH Oleh Nurcholish Madjid

TAKDIR BUKAN FATALISME

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Khutbah Pertama Maasyirol Muslimin yang dirahmati Allah

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Keutamaan Puasa

ILMU PERTANDA Oleh Nurcholish Madjid

OLEH: DUSKI SAMAD. Ketua MUI Kota Padang

MENGIKUTI HAWA NAFSU

Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk bersedekah di jalan Allah:

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Khutbah Jum'at. Sebelum Ramadhan Pergi. Bersama Dakwah 1

Menyambut Keagungan Ramadhan. Written by Friday, 06 August :30

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Motivasi Agar Istiqomah

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

[ Indonesia Indonesian

Standar Kompetensi : 7. Memahami tatacara Puasa Wajib dan Puasa Sunat

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

"SABAR ANUGERAH TERINDAH"

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

Keutamaan Bulan Ramadhan

Jalan Lurus. Oleh Nurcholish Madjid

Khutbah Jumat: Hakikat Takwa Kepada Allah

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Takwa dan Keutamaannya

LALUAN KEHIDUPAN

KEADILAN SEBAGAI HUKUM ALAM

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Puasa dalam Islam. Puasa berasal dari bahasa Arab, asal mufradnya shaamayashuumu-shiyaaman

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

MENGHAYATI AKHLAK ALLAH

Merasakan Manisnya Keimanan

ORIENTASI PRESTASI, BUKAN PRESTISE

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

SINAR RAMADHAN 1437H SEMARAK TAQWA

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

Diterjemahkan oleh : Abu Sa id Neno Triyono א א א.

Modul ke: KESALEHAN SOSIAL. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi AKUNTANSI.

Masih Spiritualitas Bisnis

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

Janganlah Berlaku Zalim

Keutamaan Puasa Ramadhan

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID

3 Wasiat Agung Rasulullah

Berkawan dengan Orang Shalih

Jihad Palsu, Amalan Yang Menipu

Mam MAKALAH ISLAM. Haji Syiar Islam Terbesar

Sejumlah ulama berpendapat bahwa menjalankan shalat berjamaah mengandung banyak nilai kebaikan, diantaranya berikut;

Kewajiban Menunaikan Amanah

KEMBALI KEPADA FITRAH (MAKNA MINAL AIDIN WAL FAIZIN)

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

Bismillahirrahmanirrahim

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Tauhid Yang Pertama dan Utama

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

BAB I PENDAHULUAN. Shalat telah diwajibkan pada malam Isra sebanyak lima puluh kali dalam

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

Transkripsi:

c Menghormati Kemanusiaan d TIDAK SEKADAR PUASA BADANI Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang terhormat. Ibadat puasa yang tengah kita jalani saat ini, sebagai salah satu rukun Islam, bertujuan agar kita bertakwa kepada Allah. Sesuai dengan firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 183 yang artinya: Wahai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agaar kamu bertakwa. Dalam bahasa Arab, shawm (puasa) berarti menahan diri. Secara fiqih, puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, serta perbuatan-perbuatan lain yang bersifat badani (fisik) sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Tetapi yang diharapkan, tidak hanya menahan diri secara fisik, melainkan juga secara mental (kejiwaan). Banyak ditegaskan dalam beberapa hadis, termasuk hadis mutawatir, tentang dorongan upaya mendisiplinkan diri sehingga mampu meningkatkan kualitas puasa, dari sekadar puasa badani, menjadi puasa nafsani, yang dilanjutkan menjadi puasa yang dapat mencapai nilai-nilai spiritual. Tiga puluh hari dalam bulan puasa ini bisa kita bagi menjadi tiga bagian. Sepuluh hari pertama adalah masa penyesuaian diri secara fisik. Dari yang semula kita makan, seperti makan pagi, siang, sore atau malam, kita ubah menjadi makan maghrib, atau yang disebut buka puasa dan makan pagi menjelang fajar atau sahur. Penyesuaian semacam ini memerlukan waktu yang diperkirakan selama sepuluh

c Nurcholish Madjid d hari. Seakan-akan kita memulai puasa dari suatu sikap dan perbuatan yang bersifat permulaan (ibtidā ī) dan jasmani. Pada sepuluh hari yang kedua, kita harus mampu meningkat kepada tingkat yang lebih tinggi (tsanawī), yaitu pada fase puasa nafsānī. Oleh karena itu masalah kedisiplinan diri dari segi mental harus lebih baik daripada sepuluh hari yang pertama. Jika sepuluh hari yang kedua bisa kita jalani dengan baik, maka pada sepuluh hari yang ketiga kita akan mampu meningkatkannya kepada perolehanperolehan ruhani, yang diwujudkan dalam ajaran tentang laylat al-qadr, di mana tidak mungkin diperoleh kecuali bagi mereka yang puasanya telah sampai pada fase ruhani. Jika sepuluh hari yang pertama adalah tingkat ibtidā ī (permulaan), dan sepuluh hari yang kedua adalah tingkat tsanawī (tingkat yang kedua), maka sepuluh hari yang ketiga itu bersifat Rabbānī. Pada fase ketiga ini kita akan mengalami puncak pengalaman kita dalam keadaan puasa, yaitu apa yang disebut dengan laylat al-qadr. Untuk mencapainya, kita harus memulai dari sekarang dengan memahami sedikit masalah puasa. Dalam beberapa hadis, ditegaskan bahwa puasa adalah suatu ibadat yang sangat pribadi. Ada sebuah hadis qudsi, yang kedengarannya agak aneh namun sebenarnya tidak aneh, yaitu sabda Nabi: Dari Abu Shalih al-zayyat, ia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman, Setiap amal anak-anak Adam bagi dirinya, kecuali puasa, puasa itu untuk-ku dan Aku-lah yang menanggung pahalanya, (HR Bukhari). Jadi semua perbuatan umat manusia itu untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Mengapa demikian? Karena puasa merupakan ibadat yang paling pribadi (private), dan tidak ada yang tahu apakah kita berpuasa atau tidak kecuali kita sendiri dan Allah swt. Kalau orang shalat, maka perbuatan shalat itu bisa diketahui orang. Begitu pula dengan zakat, karena ada yang menerima. Terlebih lagi ibadat haji sebagai perbuatan yang sangat publik. Maka ketika kita puasa

c Tidak Menghormati Sekadar Kemanusiaan Puasa Badani d kemudian kita merasa sangat haus dan dahaga dan tersedia di depan kita segala macam minuman, tetapi kita menahannya. Ini merupakan sebuah latihan untuk menyadari tentang kehadiran Tuhan dalam hidup. Kita tidak akan minum padahal kita sendirian, karena kita meyakini bahwa Allah mengawasi, dan menuntut pertanggungjawaban kita. Puasa adalah latihan untuk memperkuat kesadaran kita bahwa Allah itu Mahahadir. Dan Dia bersamamu di mana pun kamu berada. Dan Allah Maha Megetahui tentang segala sesuatu yang engkau kerjakan, (Q 57:4). Tidak ada dua orang yang berbisik-bisik melainkan Allah yang ketiga. Tidak ada tiga orang yang berbisik-bisik kecuali Allah yang keempat, tidak kurang dan tidak lebih dari itu kecuali Allah selalu menyertai mereka. Begitu kira-kira makna yang terkandung dalam firman Allah di atas. Ketika Nabi Muhammad berdua dengan Abu Bakar di gua Tsur, dan Abu Bakar merasa ketakutan karena hampir diketahui oleh musuh-musuh Nabi, maka dengan tenang Nabi mengatakan, Jangan sedih, sesungguhnya Allah bersama kita. berikut kisah lengkapnya: Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. Maka Allah menurunkan ketenangan- Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, (Q 9:40). Dengan demikian, takwa tidak lain adalah suatu pola hidup atau suatu cara hidup yang dijalani atas dasar kesadaran bahwa seluruh tingkah laku kita selalu berada dalam pengawasan Tuhan.

c Nurcholish Madjid d Sebab Tuhan selalu beserta kita. Itulah yang dimaksud dalam hadis yang menjelaskan bahwa seluruh ibadat yang lain itu untuk manusia sendiri. Kita bisa memamerkan shalat atau zakat kita. Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orangorang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan, (Q 2:271). Dari ayat di atas terkesan seolah-olah Allah tidak peduli apakah kita ikhlas atau tidak dalam berzakat, yang penting orang miskin tertolong. Bahkan jika kita memperlihatkan sedekah kita mungkin akan mempunyai efek peniruan di masyarakat. Demikian halnya dengan ibadat haji. Sikap pamer itu bukan suatu kesalahan melainkan telah menjadi kultur kita, di mana orang pulang haji memakai atribut kehajiannya. Tetapi dalam puasa, sikap pamer ini tidak bisa, sebab hal itu hanya menjadi milik kita sendiri dan Allah swt. Maka dari itu ditegaskan, Allah-lah yang akan mengganjarnya. Puasa dengan ajaran takwanya sesungguhnya melatih kita untuk jujur kepada diri sendiri. Jujur kepada Allah berarti juga jujur kepada diri sendiri. Jika kita menyadari adanya Tuhan, dan menyadari hadirnya Tuhan dalam hidup, maka akan menimbulkan sikap jujur kepada diri sendiri, selanjutnya kepada orang lain. Bersikap suci kepada diri sendiri akan berimplikasi pada bersikap suci kepada orang lain. Manusia itu suci, karena itu, harus bersikap suci kepada manusia yang lain. Dalam al-qur an disebutkan bahwa asas hidup ialah takwa kepada Allah dan usaha mencapai rida-nya. Ada sebuah peristiwa ketika orang-orang di Madinah mendirikan sebuah masjid, tetapi dengan niat yang tidak baik, yaitu demi memecah-belah barisan umat Nabi Muhammad saw. Masjid itu kemudian disebut Masjid Dlirar. Allah berfirman:

c Tidak Menghormati Sekadar Kemanusiaan Puasa Badani d Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan(nya) itu yang baik, ataukah orangorang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim, (Q 9:109). Ini sebuah pertanyaan retorik, dalam arti, pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena jawabannya ada dalam pertanyaan itu sendiri. Jelas sekali, adalah orang yang pertama yang lebih baik, di mana ia mendirikan bangunannya yang tidak hanya diartikan secara fisik seperti masjid atas dasar takwa dan rida Allah. Itu lebih baik daripada orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar pondasi-pondasi lain, yang diibaratkan seperti pondasi yang ditanam di tepi jurang. Setelah bangunannya berdiri, justru masuk neraka jahanam. Maka asas hidup yang benar adalah takwa yang dapat ditumbuhkan melalui ibadat puasa. Setiap khatib Jumat berkewajiban menyampaikan pesan takwa. Ini menunjukkan betapa pentingnya takwa. Al-Qur an sendiri dalam surat al-baqarah ayat 3 disebut sebagai hud-an li al-muttaqīn, yakni petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Dengan demikian, seluruh isi al-qur an bertujuan untuk menanamkan takwa. Dengan takwa kita akan kembali ke asal (Allah). Kita berasal dari-nya, dan akan kembali kepada-nya. Maka kita sering mengucapkan innā li l-lāh-i wa innā ilayhi rāji ūn, kita semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada-nya. Kembali kepada Allah berarti juga kembali kepada fitrah. Jika kita berhasil menjalankan puasa dengan baik, yaitu melampaui tiga jenjang yang telah dijelaskan di atas, maka hakikatnya, pada tanggal satu Syawal nanti kita akan terlahirkan kembali (born again). Seperti dijelaskan oleh banyak hadis, bahwa kalau seseorang berhasil dalam puasanya, maka dia seperti terlahirkan kembali oleh ibunya dalam keadaan suci bersih. Inilah yang kemudian kita rayakan dengan

c Nurcholish Madjid d Idul Fitri (kembalinya kesucian kita) yang hakikatnya merupakan sebuah kebahagiaan sejati. Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah seperti yang difirmankan Allah. Di antara sekian banyak kelemahannya adalah bahwa ia tidak mampu menahan diri dan mengekang segala keinginannya. Seperti disebutkan dalam al-qur an: Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan manusia (jangka pendek), dan meninggalkan (kehidupan) akhirat (jangka panjang), (Q 75:20-21). Kelemahan yang banyak dimiliki manusia adalah tidak mengetahui akibat jangka panjang dari perbuatan kita sendiri yang mungkin merugikan. Kita mudah tergoda atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena tertarik. Secara jangka pendek itu akan membawa kesenangan, tetapi kita tidak mengetahui bahwa dalam jangka panjang membawa kesengsaraan. Kita seharusnya mau merenungkan semua dosa yang kita lakukan. Dosa berarti sesuatu yang dalam jangka pendek membawa kesenangan tapi pada jangka panjangnya membawa kesengsaraan. Manusia adalah pembuat kesalahan, namun tidak berarti, bahwa nature manusia adalah jahat. Kejahatan masuk melalui kelemahannya, sebagai jendela bagi masuknya kejahatan melalui proses yang disebut tergoda. Dalam bahasa Arab, dosa atau kejahatan disebut dengan zhulm. Orang yang jahat disebut dengan zhālim. Zhulm berarti gelap, karena kejahatan meninggalkan bercak-bercak hitam dalam hati yang semula bersifat nurani (nūrānī, bersifat terang). Jika seseorang terlalu banyak membuat kejahatan, maka bercak-bercak hitam dalam hatinya menjadi penuh bahkan bisa menutup sama sekali, sehingga hatinya tidak lagi disebut nurani tetapi zulmani (zhulmānī, bersifat gelap). Ini merupakan sebuah kesengsaraan. Namun Allah Mahakasih kepada umat manusia. Maka Allah menyediakan satu bulan, tidak hanya sebagai bulan suci tetapi juga sebagai bulan penyucian diri. Pada bulan itu kita berusaha membersihkan diri

c Tidak Menghormati Sekadar Kemanusiaan Puasa Badani d sendiri dengan harapan kalau kita menjadi bersih, maka pada tanggal 1 Syawal nanti kita kembali ke surga (paradiso), seperti yang sering kita ucapkan dalam Idul Fitri min al- ā idīn, yang berarti bahwa kita betul-betul termasuk mereka yang kembali ke paradiso atau ke fitrahnya. Dan wa al-fā izīn yang artinya sukses puasanya. Seperti yang sering diingatkan: Banyak sekali orang puasa namun tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar. (HR. Ahmad). Inilah sebetulnya makna ibadat puasa kita. Karena itu, marilah pada hari-hari pertama seperti sekarang ini kita niatkan menjalani ibadat puasa kita dengan sebaik-baiknya, menahan diri lahir dan batin. Tidak sekadar menahan diri dari makan dan minum, melainkan juga menahan diri dari semua hal yang terkatagorikan sebagai zalim, sebagai kegelapan yang bisa meninggalkan bercakbercak dalam hati kita yang suci, yang nurani, sehingga kita tidak menjadi manusia tirani. [v]