BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
2015 DAMPAK SINHALA ONLY ACT SOLOMON BANDARANAIKE TERHADAP ETNIS TAMIL DI CEYLON

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB III DINAMIKA KONDISI PARIWISATA SRI LANKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut

Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Muslim dalam pembagian India-Pakistan dalam kurun waktu Merujuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah. Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara agraria yang kaya akan sumber daya alamnya. Kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB II PROFIL NEGARA SRI LANKA

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanada merupakan salah satu negara multikultur yang memiliki lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, walaupun. akan sangat menarik dijalankan (Ulfah, 2013: 2).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Indonesia-Afghanistan Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Kamis, 06 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

Nomor : Un.04/L.I/TL.01/ /2012 Pekanbaru, 10 Desember 2012 Sifat : Penting Lamp : 1 (satu) berkas Hal : Pemberitahuan Penelitian 2013

BAB III DATA DEMOGRAFI PENELITIAN. banyaknya curah hujan 0,36 mm/tahun serta merupakan dataran rendah.

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

Pendidikan Intoleransi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah.

2 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

MATRIKS RENCANA STRATEGIS KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BENGKULU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV. GAMBARAN UMUM. Sejarah Pekon Banyu Urip selama ini belum pernah dibukukan secara pasti,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

BAB I. Tenggara dengan luas wilayah sebesar km 2 serta terletak di posisi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah.

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PENOLAKAN SRI LANKA TERHADAP RESOLUSI UNHRC A/HRC/19/2 TAHUN 2012PASCA KONFLIK ETNIS 2009

NOVIYANTI NINGSIH F

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2008 Seri : D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. SIMPULAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simpulan dan rekomendasi terhadap penelitian yang berjudul Dampak Sinhala Only Act Solomon Bandaranaike Terhadap Etnis Tamil Di Ceylon (1956-1972). Simpulan yang dimaksud yaitu merujuk kepada jawaban atas permasalahan yang telah ditentukan pada bab sebelumnya. Terdapat beberapa hal yang menjadi simpulan peneliti terhadap kajian penelitian ini, di antaranya yaitu: Pertama, kondisi sosial budaya dalam hal ini agama, bahasa dan pendidikan di Ceylon pada tahun 1956-1972 merupakan bentuk dominasi dari kelompok etnis Sinhala. Dari segi agama, umat beragama Buddha yang merupakan kelompok etnis Sinhala diberikan keistimewaan dibandingkan dengan umat beragama lain di Ceylon. Keistimewaan tersebut antara lain yakni banyak dibangunnya tempattempat beribadah bagi umat Buddha, serta diberikannya fasilitas penunjang upacara keagamaan umat Buddha. Dari segi bahasa, melalui kebijakan Sinhala Only Act yang diterapkan oleh Perdana Menteri Solomon Bandaranaike telah menjadikan bahasa Sinhala sebagai bahasa resmi negara Ceylon. Dengan disahkannya bahasa Sinhala menjadi bahasa resmi negara, kelompok etnis Sinhala secara tidak langsung telah menguasai seluruh aspek kehidupan yang ada di Ceylon. Hal itu dikarenakan, seluruh kegiatan administratif negara mulai dari pendidikan, perekonomian dan pemerintahan harus menggunakan bahasa Sinhala sebagai bahasa penunjang yang diterapkan oleh pemerintah dalam kegiatan seharihari masyarakat Ceylon tanpa kecuali. Selain itu, dalam bidang pendidikan, aspek bahasa juga berpengaruh besar di dalam kegiatan pendidikan di Ceyon, yakni diwajibkan bagi peserta didik untuk menggunakan bahsa Sinhala terutama

99 pendidikan dasar sampai menengah. Selain itu, penggunaan bahasa Sinhala juga diwajibkan dalam kegiatan perekonomian dan pemerintahan. Kondisi ekonomi dan politik di Ceylon pada tahun 1956-1972 juga tidak lepas dari adanya kebijakan Sinhala Only Act, dimana kelompok etnis Sinhala diutamakan dalam kegiatan ekonomi serta politik. Terbukti dengan sebagian besar kegiatan yang mendukung perekonomian negara dipegang oleh kelompok etnis Sinhala, seperti perkebunan, perdagangan dan lain-lain. Sedangkan dalam bidang politik, kelompok etnis Sinhala memegang peranan besar dalam birokrasi negara di bawah pemerintahan Solomon Bandaranaike, yaitu mulai dari pegawai negeri sipil, sampai dengan anggota dewan yang sebagian besar merupakan orang-orang kelompok etnis Sinhala. Kedua, penerapan kebijakan Sinhala Only Act oleh Perdana Menteri Solomon Bandaranaike terhadap kehidupan etnis Tamil di Ceylon pada tahun 1956-1972, tidak serta-merta berjalan dengan mulus. Terbukti dari adanya protes dari sebagian besar politisi dan kelompok etnis Tamil yang tidak setuju dengan penerapan kebijakan Sinhala Only Act. Sehingga untuk menerapkan kebijakan Sinhala Only Act tersebut, Perdana Menteri Solomon Bandaranaike melakukan sebuah voting bersama dengan dewan rakyat. Dengan adanya kekuatan dukungan yang besar dari kaum politisi dan kelompok etnis Sinhala, voting tersebut berhasil dimenangkan oleh Perdana Menteri Solomon Bandaranaike. Sehingga, pada akhirnya kebijakan Sinhala Only Act diterapkan di Ceylon. Ketiga, dampak dari kebijakan Sinhala Only Act membawa perubahan terhadap seluruh aspek kehidupan etnis Tamil. Berdasarkan temuan peneliti dari dampak perubahan yang pertama dari kebijakan Sinhala Only Act adalah perubahan sosial budaya di Ceylon yakni mengenai agama, bahasa dan pendidikan, diketahui bahwa: Sebelum Perdana Menteri Solomon Bandaranaike berkuasa, kehidupan umat beragama yang ada di Ceylon hidup dengan rukun, dimana masyarakat Ceylon merupakan masyarakat yang multikultural yang sebagian besar populasinya adalah umat beragama Buddha, Hindu, Muslim dan

100 Kristen hidup secara berdampingan. Akan tetapi, hal tersebut mengalami pergeseran pada saat dan setelah Solomon Bandaranaike berkuasa di Ceylon yakni pada tahun 1956-1972. Pergeseran tersebut diakibatkan dari diterapkannya kebijakan Sinhala Only Act oleh Perdana Menteri Solomon Bandaranaike, yakni dimana pemerintah lebih memprioritaskan penerapan kebijakan tersebut kepada kelompok etnis Sinhala yang beragama Buddha. Hal tersebut terbukti dengan banyak dibangunnya tempat-tempat peribadatan bagi umat beragama Buddha di Ceylon. Selain dari segi keagamaan, kebijakan Sinhala Only Act juga memberikan dampak pada aspek bahasa dan pendidikan, dimana sebelum disahkannya kebijakan Sinhala Only Act, bahasa yang digunakan sebagai bahasa administrasi negara adalah bahasa Inggris, yakni bahasa resmi yang dipilih oleh pemerintah untuk menghindari rasa etnosentrisme dikalangan masyarakat plural Ceylon. Namun setelah Sinhala Only Act diterapkan, bahasa yang digunakan sebagai bahasa administrasi negara adalah bahasa dari kelompok mayoritas di Ceylon yakni bahasa Sinhala, yang menggantikan bahasa kesatuan sebelumnya yakni bahasa Inggris. Selain itu, di dalam bidang pendidikan, setelah diterapkannya Sinhala Only Act pemerintah lebih mengutamakan pendidikan bagi kelompok etnis Sinhala. Terbukti dengan banyaknya dibangun sarana prasarana untuk kegiatan belajar kelompok etnis Sinhala. Sedangkan bagi etnis Tamil yang mengenyam pendidikan dasar hingga menengah, diharuskan menggunakan bahasa Sinhala dalam kegiatan pendidikan. Selain memberikan dampak pada aspek kehidupan sosial budaya dari adanya kebijakan Sinhala Only Act juga berdampak pada aspek ekonomi dan politik kelompok etnis Tamil. Dimana sebelum diterapkannya kebijakan Sinhala Only Act, sebagian besar sendi kehidupan di negara Ceylon dipegang oleh kelompok etnis Tamil, termasuk perekonomian di Ceylon yang sangat bergantung kepada kelompok etnis Tamil. Hal tersebut dikarenakan, pemerintah sangat puas terhadap kinerja kelompok etnis Tamil yang memiliki kelebihan dari segi keahlian dan kedisiplinan yang baik jika dibandingkan dengan kelompok etnis Sinhala.

101 Namun kemudian, ketika Sinhala Only Act diterapkan, hal tersebut menjadi sebaliknya, yakni kelompok etnis Sinhala diberikan prioritas lebih untuk menjalankan kegiatan perekonomian negara menggantikan kelompok etnis Tamil. Selain dalam bidang perekonomian, kelompok etnis Sinhala juga diutamakan oleh pemerintah Ceylon dalam kegiatan birokrasi negara. Serangkaian diskriminasi yang telah dijelaskan di atas, telah menimbulkan adanya rasa ketidakadilan bagi kelompok etnis Tamil yang telah berperan penting dalam menjalankan aspek perekonomian dan pemerintahan di Ceylon. Diskriminasi terang-terangan yang dibuat oleh pemerintah pusat melaui kebijakan Sinhala Only Act terhadap etnis Tamil tersebut kemudian memunculkan sebuah kerusuhan sebagai bentuk penentangan kelompok etnis Tamil terhadap kelompok etnis Sinhala yang didukung oleh pemerintah Ceylon pada kurun waktu 1956-1972. Kerusuhan tersebut kemudian memicu terjadinya konflik antar etnis di Ceylon. 5.2. REKOMENDASI Penelitian ini penulis rekomendasikan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum, pihak-pihak atau lembaga tertentu untuk kepentingan akademik maupun kepentingan lainnya yang bersifat positif. Oleh karena itu penulis menyarankan: 1. Bagi lembaga perguruan tinggi, khususnya Departemen Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan/digunakan sebagai sumber referensi bagi pembuatan sebuah karya ilmiah selanjutnya yang akan mengangkat tema kajian Sejarah Kawasan di wilayah Asia Selatan, dan mengenai sebuah negara yang pada awalnya berbentuk pemerintahan Parlementer menjadi negara dengan bentuk Republik (pada tahun 1972 Ceylon berganti nama menjadi negara Republik Sri Lanka); khususnya mengenai dampak dari diberlakukannya kebijakan Sinhala Only oleh Perdana Menteri Solomon Bandaranaike terhadap kehidupan etnis Tamil dan masyarakat Ceylon (Sri Lanka) secara umum.

102 2. Bagi siswa-siswa di sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan ajar untuk memperkaya sumber bacaan mengenai pembelajaran Sejarah Kawasan, khususnya kawasan di Asia Selatan, terutama dalam hal ini adalah negara Sri Lanka (Ceylon). Terutama mengenai materi gerakan nonblok, dimana salah satu anggota dari negara-negara gerakan non-blok adalah negara Sri Lanka. 3. Selain itu, melalui penelitian ini, peneliti juga merekomendasikan penelitian selanjutnya yang belum dijelaskan maupun dibahas secara rinci dan mendalam dari penelitian ini, salah satunya yaitu mengenai pemberontakan pasukan sparatis Tamil Eelam yang menginginkan sebuah negara merdeka dari Sri Lanka (Ceylon).