BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan melalui peningkatan kualitas manusia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia yang dapat diandalkan sebagai pencetak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

garis kemiskinan, yang disebabkan tidak dimilikinya kemampuan, pengetahuan kembangkan melalui upaya pendidikan, karena pada hakekatnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas permasalahan yang bersifat krusial seringkali dihadapi para

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia adalah aset atau unsur yang paling penting diantara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Juati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa,

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

ISSN : Volume 1 Nomor 2, Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak hanya dihadapkan pada

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidia Susantii, 2015 Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu cara yang. ditempuh agar tujuan tersebut dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Tri Desiana, 2013 Pembelajaran Tari Di Sanggar Ringkang Gumiwang Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1 Elma Yutiani Hasanah, 2016 HUBUNGAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL AND PRACTICE DENGAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu aset sehingga perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wina Desi Fitriana Witarsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengupayakan pembangunan nasional di berbagai bidang, salah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan bernegara dan berbangsa merujuk pada Undang-Undang Kemajuan yang dicapai tersebut hanya dimungkinkan jika sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan secara bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilakukan melalui peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Disadari bahwa keberhasilan pembangunan pertanian tidak hanya bergantung pada faktor teknologi semata, akan tetapi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan kelembagaan merupakan faktor penggerak dalam pembangunan pertanian. Ketiga faktor tersebut saling menunjang dan merupakan satu rangkaian sistem yang tidak dapat terpisahkan. Salah satu atau lebih dari faktor tersebut tidak ada atau tidak sesuai, maka kegiatan yang dilakukan tidak dapat memberikan hasil yang di inginkan. Terbatasnya akses sumber daya finansial dan informasi serta rendahnya kepercayaan diri, mengakibatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dipedesaan belum mampu mengembangkan produktivitas untuk meningkatkan kesejahteraan. Program-program pendidikan dan pelatihan yang dititik-beratkan pada pengembangan ilmu dan keterampilan, kemampuan fisik serta etos kerja 1

2 merupakan salah satu alternatif solusi dalam mengatasi berbagai keterbatasan tersebut. Pendidikan merupakan faktor utama yang mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan adanya pendidikan, masyarakat dapat ditingkatkan kecerdasannya, kemampuannya, keterampilannya, sehingga bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan diperlukan oleh setiap orang untuk meningkatkan peranannya di masa yang akan datang dan untuk mengaktualisasikan dirinya di lingkungan masyarakat, serta memiliki kemampuan bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat. Joesoef (1992:79) menyatakan bahwa pendidikan nonformal adalah pendidikan teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak mengikuti peraturanperaturan yang tetap dan ketat. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Selain itu juga pendidikan nonformal

3 berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian fungsional. bahwa: Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab VI bagian kelima Pasal 26 (3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan Anak Usia Dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Sehingga pendidikan nonformal merupakan salah satu cara yang dapat memberikan bantuan dalam memecahkan masalah pendidikan yaitu memberikan bekal sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara praktis kepada anggota masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu pendidikan nonformal harus dilaksanakan dan dikembangkan secara selaras, serasi dan sungguh-sungguh, karena kedudukan pendidikan nonformal sangat mendukung dan melengkapi dengan pendidikan formal dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan ditanyakan kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun dengan kata lain tujuan disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun batiniah itu harus tercapai. Kebutuhan manusia memang

4 tidak ada batasnya, akan tetapi tidak semua kebutuhan manusia itu selalu tercapai, hal ini terkait dengan kemampuan manusia itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan itu, dikemukakan bahwa manusia mengikuti pendidikan adalah karena manusia itu memiliki tujuan dalam hidupnya dan bentuk dari tujuan itu adalah kebutuhan yang merupakan tuntutan manusia untuk mempertahankan hidupnya, sedangkan dalam proses pembelajaran itu sendiri juga memiliki kebutuhan agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana. Sedangkan untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan fasilitator/penyuluh/instruktur dalam melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar pada peserta didik/warga belajar. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Hal tersebut juga merupakan bagian dari dinamika pembelajaran, sehingga didalamnya terdapat pola atau model mengajar. Selain itu pembelajaran juga dapat diartikan suatu kegiatan yang bermuara pada perubahan, prilaku masyarakat untuk mengubah taraf hidup menuju yang lebih baik. Perubahan itu diantaranya meliputi perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap, aspirasi dan peningkatan partisipasi dalam pembangunan masyarakat. (Warta Plus Vol. 56 edisi 12 tahun 2007). Untuk itu dengan adanya pembelajaran bisa menambah pengetahuan dan keterampilan untuk memperbaiki

5 kehidupan sehingga mampu mengejar ketertinggalan dalam berbagai aspek kehidupan. Dirasakan adanya suatu kebutuhan belajar para petani yaitu jika dilihat dari adanya proses pembelajaran yang terus menerus (pendidikan sepanjang hayat) yang disebut dengan dinamika pembelajaran. Dengan adanya kebutuhan belajar dan dinamika pembelajaran tersebut, maka suatu kelompok atau lembaga pertanian biasanya lebih bisa menerapkan suatu inovasi dalam usahanya yang sekiranya bisa lebih meningkatkan produktifitas hasil pertanian dan meningkatkan pendapatan dan kehidupan yang lebih maju dengan cara bermitra dengan kelompok tani lainnya atau lembaga pertanian lainnya yang secara ekonomis bisa saling menguntungkan. Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk masyarakat petani, maka dari itu kelompok tani tersebut berada dalam wadah atau lembaga yang disebut dengan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S). Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) sebagai kelembagaan pelatihan petani diharapkan dapat secara langsung berperan aktif dalam pembangunan pertanian melalui pengembangan sumber daya manusia pertanian dalam bentuk pelatihan/permagangan bagi petani dan masyarakat di wilayahnya. Hal ini dilandasi oleh adanya fakta keberhasilan petani maju dalam usahanya yang layak dicontoh dan ditiru oleh petani lainnya.

6 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik dan mengambil penelitian yang berjudul hubungan kebutuhan belajar dan dinamika pembelajaran terhadap penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi permasalahanpermasalahan sebagai berikut : 1. Sebanyak 99 % petani di sekitar wilayah Desa Cibodas yang tergabung dalam kelompok tani Mitra dan kelompok tani Grand Yasai Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri dapat meningkatkan produktifitas hasil pertaniannya. 2. Adanya motivasi yang positif yang diterima oleh para petani di sekitar wilayah Desa Cibodas yang tergabung dalam kelompok tani Mitra dan kelompok tani Grand Yasai Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri untuk lebih bisa meningkatkan produktivitas usaha dan peningkatan pendapatan serta perbaikan mutu-hidup. 3. Terdapat proses peniruan oleh para petani dalam mengolah atau memelihara pertaniannya dari para petani yang sudah berkembang atau petani maju lainnya demi upaya peningkatan hasil pertanian yang lebih baik dan secara ekonomis dapat menguntungkan para petani tersebut.

7 4. Adanya perubahan pola pikir petani yang tergabung dalam kelompok tani Mitra dan kelompok tani Grand Yasai Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri yang pada awalnya para petani menggunakan pola pikir lama (tanam dan jual) menjadi pola pikir yang baru (tanam, kepastian usaha, kejelasan aspek harga, komoditas dan waktu bayar). 5. Terdapat penerapan inovasi kemitraan usaha pada anggota kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Lembang. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka fokus penelitian dan perhatian adalah dengan menampilkan persoalan pokok: Bagaimana hubungan kebutuhan belajar dan dinamika pembelajaran terhadap penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang. Dari pernyataan masalah tersebut, maka masalah pokok penelitian ini meliputi pertanyaan : 1. Bagaimana gambaran tentang hubungan kebutuhan belajar dengan penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani P4S Tani Mandiri Lembang? 2. Bagaimana gambaran tentang dinamika pembelajaran dengan penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani P4S Tani Mandiri Lembang?

8 3. Bagaimana gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar dan dinamika pembelajaran dengan penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani P4S Tani Mandiri Lembang? D. Variabel Penelitian Definisi variabel menurut Sugiyono (2002:2), variabel sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Berdasarkan keterangan tersebut, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: X ₁ X₂ Y Keterangan : X₁ = Kebutuhan Belajar X₂ = Dinamika Pembelajaran Y = Penerapan Inovasi Kemitraan Usaha E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan dan menganalisis mengenai hubungan antara kebutuhan belajar dengan penerapan inovasi kemitraan usaha kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang.

9 2. Mendeskripsikan dan menganalisis mengenai hubungan antara dinamika pembelajaran dengan penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang. 3. Mendeskripsikan dan menganalisis mengenai hubungan antara kebutuhan belajar dan dinamika pembelajaran dengan penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang. F. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi bagi beberapa pihak yang terkait. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan teoritik, yang kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori-teori pendidikan serta dapat menjadi salah satu referensi untuk mengembangkan program Pendidikan Luar Sekolah, khususnya yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran dan metodologi PLS. 2. Kegunaan praktisi, dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan serta bahan pertimbangan bagi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang untuk lebih mengembangkan konsep pembelajaran partisipatif.

10 3. Peneliti lebih lanjut, sebagai bahan kajian bagi pihak yang berminat untuk meneliti lebih lanjut terhadap aspek yang sama dengan kajian penelitian yang berbeda. 4. Peneliti, sebagai pengalaman praktis didalam menerapkan metodologi penelitian. G. Definisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan mengartikan istilah yang digunakan, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut : 1. Kebutuhan belajar (learning needs) atau kebutuhan pendidikan (education need) adalah kesenjangan yang dapat diukur antara hasil belajar atau kemampuan yang ada sekarang dan hasil belajar atau kemampuan yang diinginkan/dipersyaratkan. Menurut Djudju Sudjana kebutuhan belajar dapat diartikan sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang dimiliki pada suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang ingin diperoleh sesorang, kelompok, lembaga, dan/atau masyarakat yang hanya dapat dicapai melalui kegiatan belajar. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan belajar merupakan sebuah gap antara keadaan yang sesungguhnya dengan keadaan yang diharapkan dan itu harus terpenuhi dengan jalan belajar. Sedangkan kebutuhan belajar pada kelompok tani yaitu kebutuhan akan belajar yang

11 dirasakan oleh para petani dalam meningkatkan pengetahuan yang khususnya tentang pengetahuan pertanian. 2. Dinamika pembelajaran disini adalah proses pembelajaran yang bersifat berkelanjutan (pendidikan sepanjang hayat) atau pembelajaran yang terus menerus yang terjadi pada anggota kelompok tani. Menurut Delker (1974) dalam Djudju Sudjana (2004:226) mengemukakan bahwa belajar sepanjang hayat adalah perbuatan secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran pendidik (guru, pelatih, pembimbing, penyuluh, dsb). Dinamika Pembelajaran dapat diberi arti sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Dengan demikian, interaksi proses pembelajaran merupakan titik temu yang mengarahkan aktifitas dari kedua belah pihak, sehingga kriteria keberhasilan dari seluruh rangkaian proses pembelajaran dapat dilihat dari perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan warga belajar. Adapun didalam proses pembelajaran yang terdapat didalamnya, yaitu terdapat suatu proses peniruan yang dilakukan oleh para petani dalam meningkatkan, mengolah dan memelihara pertaniannya demi upaya peningkatan hasil pertanian yang lebih baik dan secara ekonomis dapat menguntungkan para petani tersebut.

12 3. Menurut Mardikanto (1988), inovasi adalah sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Penerapan satu ide baru bisa merupakan pemicu bagi penerapan beberapa ide baru lainnya. Dalam model kemitraan terdapat empat pendekatan penting dalam membentuk model kemitraan partisipatif, yaitu: (1) aspek bisnis untuk menjamin kelayakan usaha, (2) aspek kesejahteraan sosial untuk menjamin manfaat usaha, (3) aspek partisifasi (para pelaku) kemitraan untuk menjamin berkelanjutan usaha, dan (4) aspek teknologi untuk menjamin teknik dan mutu produksi (kwalitas produksi/jasa). Sedangkan definisi dari kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya. 4. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) adalah lembaga pelatihan/permagangan pertanian dan perdesaan yang didirikan, dimiliki, dan dikelola oleh petani secara swadaya, baik perorangan maupun kelompok. (Peraturan Menteri Pertanian No. 03/Permentan/PP.410/1/2010).

13 H. Hipotesis Melihat dari kerangka pemikiran dari penelitian ini, terdapat 2 variabel bebas (independen) yaitu kebutuhan belajar (X 1 ), dinamika pembelajaran (X 2 ), sedangkan variabel terikatnya (dependen) yaitu penerapan inovasi kemitraan usaha (Y). Berdasarkan pada permasalahan yang diambil, maka hipotesisnya yaitu sebagai berikut: H₁ = Terdapat hubungan yang signifikan antara kebutuhan belajar dengan penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang. H₂ = Terdapat hubungan yang signifikan antara dinamika pembelajaran dengan penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang. H₃ = Terdapat hubungan yang signifikan antara kebutuhan belajar dan dinamika pembelajaran dengan penerapan inovasi kemitraan usaha pada kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Tani Mandiri Lembang. I. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian adalah sebagai berikut :

14 Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, variabel penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, hipotesis, serta sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka, yang terdiri dari konsep kebutuhan belajar, konsep dinamika pembelajaran, konsep penerapan inovasi kemitraan usaha, konsep kelompok tani dan konsep P4S. Bab III : Prosedur Penelitian, meliputi metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik penarikan sampel, teknik dan alat pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian, uji coba instrumen, uji validitas, uji realibilitas, serta prosedur pengolahan data. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, merupakan bab hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian, identitas responden, uji asumsi statistik, dan pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan saran, merupakan bab kesimpulan dan saran hasil penelitian.