BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. 51 Paradigma menurut Guba dan Lincoln 52, mengajukan tipologi yang mencakup empat paradigma: positivisme, postpositivisme, kritikal, dan konstruktivisme. Dikemukakan oleh Guba, bahwa setiap paradigma membawa implikasi metodologi masing-masing. Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri. 51 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2012) 52 Guba, E. dan Y. Lincoln, Competing Paradigms in Qualitative Research, (CA: Sage, Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks,1994) 49
50 Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber 53, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya tetapi dengan beberapa catatan, dimana tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman (interpretive understanding). Paradigma konstruktivis dipengaruhi oleh perspektif interaksi simbolis dan perspektif strukturan fungsional. Perspektif interaksi simbolis ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. 3.2 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pedekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif dalam kajian metodologi penelitian selalu dikaitkan dengan persoalan tujuan penelitian namun tidak semua ahli 53 Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalisme. (New York, 1958) halaman 56
51 metodologi penelitian menyatakan demikian. Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan juga penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifa sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. 54 Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami (understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri. 55 Dan penelitian kualitatif adalah salah satu metode untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai penelitian ilmiah yang dibangun atas dasar teoriteori yang berkembang dari penelitian dan terkontrol atas dasar empirik. Jadi dalam penelitian kualitatif ini bukan hanya menyajikan data apa adanya melainkan juga berusaha menginterpretasikan korelasi sebagai faktor yang ada yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses yang sedang berlangsung. Sedangkan metode penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahap-tahap penelitian, teknik penelitian, kriteria dan teknik pemeriksaan data dan analisis dan penafsiran data. 56 54 Abdurrahman, H dan Soerjono, Metode Penelitian Deskriptif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999) 55 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama cet. 1, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) 56 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995) Hal 63-64
52 Bahwasanya penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang yang sementara berlangsung. 57 Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki. 58 Menurut Wilson penelitian kualitatif dianggap tepat untuk mengkaji perilaku pencarian informasi karena: 1. Tujuan penelitiannya adalah mengungkapkan fakta kehidupan sehari-hari informan. 2. Dengan mengungkapkan fakta yang ada, peneliti dapat memahami kebutuhan yang mendorong informan melakukan pencarian informasi 3. Dengan menganalisa kebutuhan informasi informan, peneliti dapat memahami makna informasi untuk kehidupan informan 4. Dengan pengetahuan diatas peneliti mampu memahami informan sebagai pemakai informasi dengan lebih baik. 57 Convelo G. Cevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993) Hal 71 58 Ibid
53 3.3 Metode Penelitian Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografis statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Karena itu, pada film terutama digunakan tanda tanda ikonis yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. 59 Memang ciri gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar,suara, dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Dalam komunikasi manusia, penyampaian pesan menggunakan bahasa, baik verbal maupun nonverbal. Bahasa terdiri dari simbol-simbol yang mana symbol tersebut perlu dimaknai agar terjadi komunikasi yang efektif. Manusia memiliki kemampuan dalam mengelola simbol-simbol tersebut. Kemampuan ini mencakup empat kegiatan yakni menerima, menyimpan, mengolah dan menyebarkan symbolsimbol. Kegiatan-kegiatan ini yang membedakan manusia dari makhluk hidup 59 Zoest Art van, Semiotika, (Jakarta: Yayasan sumber agung, 1993)
54 lainnya. 60 Untuk memahami bahasa verbal maupun nonverbal maka dibutuhkan suatu ilmu yang mempelajari hal tersebut yakni semiotika. Kaitan penting antara semiotika dan komunikasi adalah komunikasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses pertukaran pesan, dimana pesan terdiri atas tiga elemen terstruktur yaitu tanda dan simbol, bahasa dan wacana. Pesan dalam komunikasi yang melibatkan tanda tanda tersebut haruslah bermakna. Disini penulis menggunakan metode semiotika dari Charles Sander Peirce dimana semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dalam suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat dimaknai. Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal ini obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda yang digunakan dalam film tersebut. Penanganan terhadap konsep-konsep Peirce seperti ikon, indeks, dan simbol lebih memberikan perspektif. Melalui analisis semiotika dapat dikupas tanda dan makna yang diterapkan pada sebuah naskah pidato, iklan, novel, film, dan naskah lainnya. Hasil analisis rangkaian tanda itu akan dapat menggambarkan konsep pemikiran yang hendak disampaikan oleh komunikator, dan rangkaian tanda yang terinterpretasikan menjadi 60 Samovar, L., Porter, R. dan Jain, N, Understanding Intercultural Communication, (Belmont, CA: Wadsworth, 1981)
55 suatu jawaban atas pertanyaan nilai-nilai ideologi dan kultural yang berada di balik sebuah naskah. 3.4 Subyek Penelitian Dari metode dan tipe penelitian yang telah ditetapkan maka dapat diputuskan bahwa yang menjadi subjek penelitian adalah film Position Among The Stars karya Leonard Retel Helmrich berdurasi 109 menit. Sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini adalah kisah keluarga Rumidjah dengan generasi yang berbeda-beda dengan adanya gap antar generasi. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan hasil penelitian yang relevan dengan metode penelitian yang telah ditetapkan, maka teknik pengumpulan data yang pemulis gunakan adalah sebagai berikut : 3.5.1 Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli adalah berupa dokumentasi yakni softcopy film Position Among the Stars dengan total durasi film 109 menit. 3.5.2 Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yakni studi literature, buku, jurnal dan internet.
56 3.6 Teknik Analisis Data Analisis pada dasarnya adalah suatu cara membagi suatu objek ke dalam komponen-komponennya. Teknik analisis data merupakan bentuk langkah kerja yang sistematis dalam kerja penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis Charles Sanders Peirce. Dalam metode ini ditemukan bahwa ada keterkaitan atau hubungan antara tanda-tanda yang satu dengan yang lainnya, sehingga banyak mengandung makna dalam tanda-tanda suatu objek yang diteliti. Metode ini dapat menguraikan makna yang terdapat dalam tanda suatu objek, baik itu dari ikon, indeks, maupun simbol. Adapun langkah yang dilakukan untuk melakukan analisa ini adalah: 1. Menonton film dokumenter Position Among the Stars karya Leonard Retel Helmrich 2. Menentukan dan memilih scene-scene yang mengandung gap antar generasi yang terjadi. 3. Menafsirkan tanda-tanda dalam scene tersebut kedalam analisis semioka Charles Sanders Peirce menurut teori segitiga makna sehingga tampak representasi gap antar generasi yang terjadi dalam film dokumenter Position Among the Stars.