BAB I PENDAHULUAN. ayat (1) menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa: Pemerintahan Desa adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dahulu hingga

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan

dikonsumsi (termasuk kebutuhan pangan dan non pangan).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI LABUHANBATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

RP332,4 MILIAR DANA DESA DISALURKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BUPATI OGAN KOMERING ILIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2O17 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DANA DESA DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara, namun lebih dari itu pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, yang diukur melalui elemen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik unik dalam struktur formal kelembagaan pemerintahan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA DI KABUPATEN BLORA

mm BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat

PENYALURAN DAN PELAPORAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut. demokratis sehingga dapat menciptakan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. klikkabar.com

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Indonesia 1945 Pasal 18 ayat (1) menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiaptiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang. Ini berarti bahwa daerah diberi kesempatan untuk melaksanakan hak dan kewenangan mengatur rumah tangganya sendiri. Menurut Widjaja (2002:77) tujuan yang ingin dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai berbagai yaitu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat kebijakan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945. Menurut Penjelasan Undang-Undang Desa ini menggunakan pendekatan Desa Membangun, Membangun Desa. Dengan demikian, Desa harus dibangun untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yaitu melalui pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilakukan sesuai dengan amanat Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yaitu pada Pasal 112 ayat (3) yang menyebutkan bahwa: Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus melaksanakan memberdayakan masyarakat Desa. 1

2 Adapun dana untuk program pemberdayaan masyarakat bersumber dari APBN dan dianggarkan dalam APBD Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 2015, Pemerintah Desa Amplas sudah mendapatkan dana desa tersebut sebanyak 80, kemudian pada tahun 2016 sudah mendapatkan dana desa sebanyak 50%. Dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, menyatakan bahwa: (1) Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan: a. Tahap I pada bulan April Sebesar 40 persen, b. Tahap II pada bulan Agustus sebesar 40 persen, dan c. Tahap III pada bulan November sebesar 20 persen. (2) Penyaluran Dana Desa setiap tahap dilakukan paling lambat pada minggu kedua. (3) Penyaluran Dana Desa setiap tahap paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima kas Daerah Penyaluran dana desa dilakukan dengan tiga tahap. Namun Pemerintah Desa Amplas masih mendapatkan dua tahapan penyaluran dana. Program ini sangat diprioritaskan. Kemudian pada Pasal 20 juga menyebutkan bahwa penggunaan Dana Desa mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa. Dalam RPJM Pemerintah Desa Amplas banyak dituliskan mengenai program-program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Antonius (2013:72) bahwa pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak tahu, ketidak mampuan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan produktivitas mereka rendah. Ini berarti bahwa masyarakat masih mengalami kemiskinan dan ketidakberdayaan.

3 Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah dan persentase Penduduk Miskin di Sumatera Utara tahun 2010-2014 adalah Tabel 1.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Utara Jumlah Penduduk Miskin Persentase Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/ Perkotaan Perkotaan + Kota Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan + Perdesaan Perdesaan Maret 2010 689,0 801,9 1 490,9 11,34 11,29 11,31 Maret 2011 696,2 796,0 1 492,2 10,75 11,89 11,33 Sept 2011 658,9 777,5 1 436,4 10,10 11,53 10,83 Maret 2012 678,0 747,8 1 425,8 10,32 11,01 10,67 Sept 2012 680,0 720,4 1 400,4 10,28 10,53 10,41 Maret 2013 665,4 697,0 1 362,4 9,98 10,13 10,06 Sept 2013 701,9 714,5 1 416,4 10,45 10,33 10,39 Maret 2014 632.2 654.5 1 286,7 9.35 9.4 9.38 Sept 2014 667.5 693.1 1 360,6 9.81 9.89 9.85 Sumber data: BPS Sumatera Utara 2015 Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat Desa kurang menikmati kesejahteraan dan kemakmuran dibandingkan dengan penduduk di perkotaan. Penduduk desa mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian yang menjanjikan, namun kemiskinan tidak bisa lepas dari pedesaan. Menurut Wicaksono (2006:120) kemiskinan merupakan ketidakberdayaan secara sosial, ekonomi, politik dan psikologi. Dengan demikian masyarakat harus diberikan dorongan, motivasi, kesempatan dan fasilitas untuk diberdayakan. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan membutuhkan keseimbangan antara peran dan fungsi Pemerintah Desa dan masyarakat. Pemerintah sebagai pengatur dan pengurus urusan pemerintahan harus mampu meningkatkan

4 kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan dan masyarakat juga diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh pemerintah. Menurut Usman (2004:3) Kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk merubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya berisi usaha untuk memberdayakan mereka sehingga mereka mempunyai akses pada sumber-sumber ekonomi sekaligus politik. Pemberdayaan sebagai upaya untuk membangun daya harus mampu membangkitkan dan mengembangkan potensi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan Desa. Berbagai kebijaka dibuat oleh Pemerintah Desa Amplas untuk menanggulangi kemiskinan tapi belum terlaksana dengan maksimal. Implementasi Undang-Undang Desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat di desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan belum maksimal. Terlihat dari program pemberdayaan masyarakat yang belum sepenuhnya terlaksana seperti di bidang politik, peningkatan partisipasi masyarakat dalam Musyawarah Pembangunan Desa masih rendah karena peran Pemerintah Desa belum terlihat jelas, di bidang ekonomi, masyarakat belum mendapat pembinaan kewirausahaan seperti jahit-menjahit dan belum dilaksanakannya pemberian pinjaman modal oleh Pemerintah Desa. Kemudian di bidang lingkungan juga harus dilakukan karena t kegiatan gotong royong dan kerja bakti yang mulai pudar. Kemampuan masyarakat yang lemah dalam SDA membuat kondisi ekonomi masyarakat semakin memprihatinkan dan perlu diberdayakan. Dengan mengimplementasikan pemberdayaan masyarakat, maka kehidupan akan lebih

5 maju dan sejahtera. Sehingga implementasi Undang-Undang Desa dalam pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan dan harus didukung pelaksanaannya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk peneliti dengan berjudul Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkanlatar belakangyang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk memberikan pendapat dalam Musyawarah Pembangunan Desa (Musbangdes) masih rendah. 2. Pembinaan kewirausahaan seperti pelatiham jahit-menjahit belum terlaksana dengan maksimal. 3. Pemberian modal pinjaman belum dilaksanakan oleh Pemerintah Desa. 4. Pelaksanaan kegiatan gotong-royong dan kerja bakti mulai pudar. 5. Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Belum Terlaksana dengan maksimal. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan hasil yang mengambang, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Implementasi Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Belum Terlaksana dengan Maksimal.

6 D. Rumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti dan memberi arah dalam melaksanakan pengumpulan data perlu dibuat suatu rumusan masalah dan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?. E. Tujuan Masalah. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana implementasi Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa sebagai acuan untuk melaksanakan peemberdayaan masyarakat. F. Manfaat Masalah Sebuah penelitian harus mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis, maka manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi penulis penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. 2. Bagi masyarakat penelitian ini sebagai informasi bahwa pentingnya pemberdayaan masyarakat diimplementasi sesuai dengan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

7 3. Bagi Pemerintah dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan mengambil kebijakan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Desa. 4. Bagi Perguruan Tinggi merupakan suatu informasi/bahan kajian dan menambah literatur untuk penelitian lebih lanjut bagi masyarakat kampus khususnya mahasiswa jurusan PPKn fakultas ilmu sosial Universitas Negeri Medan.