BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

PENGARUH VITAMIN E TERHADAP AKTIFITAS ENZIM GLUTATION PEROKSIDASE (GSH-Px) PADA TIKUS STRAIN WISTAR JANTAN YANG TERPAPAR KARBON TETRAKLORIDA (CCl4)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu. program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB I PENDAHULUAN. antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak, diabetes mellitus dan kanker. Radikal bebas dapat dihasilkan dari dalam tubuh dan luar tubuh. Radikal bebas memiliki elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya, sehingga bersifat reaktif untuk bereaksi dengan molekul lain. Radikal bebas dapat merusak makromolekul seperti merusak lipid membran sel, DNA, dan protein yang menyebabkan stres oksidatif sel (Valko, 2006). Namun dalam beberapa keadaan, dimana terdapat peningkatan radikal bebas yang disebabkan oleh pemicu, maka dapat terjadi dampak negatif pada sel hepar (Cochrane, 1991). Produk radikal bebas dalam keadaan normal tidak akan menyebabkan kerusakan hepar, oleh karena hepar memiliki sistem protektor antioksidan yang terbaik dibanding organ lain (Ali, 1997). Bahan kimia yang telah dikenal dapat meningkatkan radikal bebas adalah Karbontetraklorida (CCl₄). Namun dalam beberapa keadaan, dimana terdapat peningkatan radikal bebas, maka dapat menjadi dampak negatif pada sel hepar (Cochrane, 1991). Penyakit hepar tergolong sebagai salah satu penyakit degeneratif yang merupakan problem Nasional di Indonesia dan negara berkembang pada umumnya. Berdasarkan laporan dari semua RSUP tipe A dan B di seluruh Indonesia, ternyata penyakit hepar menempati urutan ketiga setelah penyakit infeksi dan penyakit paru. Dan dari data Word Health Organization (WHO, 2007), penyakit hati kronik dan Sirosis Hati merupakan penyebab kematian peringkat duabelas pada tahun 2007 di Amerika Serikat dengan jumlah 29.165 (1.2%). Pada tahun 2007 prevalensi Sirosis Hati di Australia sebesar 2 % dan di Jepang sebesar 2,7 % (Farrell, 2008).

2 Di antara zat-zat kimia yang bersifat oksidan dan dapat menyebabkan kerusakan pada hepar adalah Karbontetraklorida (CCl₄) yang merupakan salah satu contoh pembentukan radikal yang sensitif untuk hati. Karbontetraklorida (CCl₄) adalah senyawa kimia, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan hati dan ginjal (Ogeturk et al, 2004). Sifat toksit CCl₄ telah terbukti dari beberapa penelitian, bahwa dosis sekecil apapun dapat menimbulkan efek pada jaringan hati. Kerusakan hati akibat paparan CCl₄ tergantung pada dosis yang diberikan (Halliwell and Gutteridge, 2004). Karbontetraklorida diproduksi dalam jumlah banyak misalnya dalam pembuatan cairan refrigator/pendingin, propellants untuk kaleng aerosol, peptisida, cairan pembersih noda dan digunakan untuk pemadaman kebakaran (ATSDR, 2005). Efek hepatotoksik CCl₄ tergantung pada aktifitas metabolik CCl₄ yang berlangsung dalam retikulum endoplasma sel hati melalui interaksi dengan transport elektron NADPH sitokrom P450. Dalam retikulum endoplasma hati CCl₄ dimetabolisme oleh sitokrom P450 menghasilkan zat yang reaktif yaitu radikal triklorometil (CCl₃). Triklorometil akan segera bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometilperoxi (CCl₃O₂) yang dapat menyerang lipid membran retikulum dengan kecepatan melebihi radikal bebas CCl₃. CCl₃O₂ bersifat sangat reaktif terhadap biomolekul seperti protein, lipid, karbohidrat dan nukleotida (Panjaitan et al, 2007). Berdasarkan penelitian Dahiru 2003, bahwa pemberian dosis CCL 4 dengan dosis tunggal 1.0 mg/kg berat badan dapat menyebabkan peningkatan aktifitas enzim SGPT, SGOT dan total protein pada hati tikus percobaan. Hasil penelitian Zulfita (2014) melaporkan bahwa pemberian ekstrak rosella dapat meningkatkan aktifitas enzim gluthation peroksidase pada tikus terpapar CCl₄. Dalam menghadapi serangan radikal bebas, tubuh memiliki mekanisme perlindungan melalui sistem antioksidan tubuh. Secara umum antioksidan dibagi menjadi dua, yaitu antioksidan enzimatis yang berasal dari dalam tubuh (endogen), yaitu enzim superoksida dismutasi (SOD), katalase, glutation peroksidase (GSH-px), dan antioksidan non enzimatis

3 yang berasal dari luar dalam tubuh (eksogen), yaitu Vitamin C, Vitamin E, betakaroten dan senyawa flavonoid yang diperoleh dari tumbuhan (Chevion et al, 2003). Antioksidan enzimatik (endogen) seperti Glutation peroksidase (GSH-px) adalah enzim yang berfungsi mengkatabolisme hydrogen peroksida (H₂O₂). Mekanisme enzim GSHpx merupakan salah satu cara utama yang digunakan oleh tubuh untuk melindungi diri dari kerusakan oksidatif. Enzim ini mengkatalisis reduksi hidrogen peroksida dan peroksida lemak (LOOH) oleh gluthation (γ-glutamil-isteinsintetase). Gugus sulfhidril pada GSH-px berfungsi sebagai donor elektron dan kemudian akan mengalami oksidasi menjadi bentuk disulfida (GSSG) selama reaksi tersebut (Montgomery et al, 1991). Aktifitas glutation peroksidase dalam tubuh manusia bervariasi tergantung jaringannya. Aktifitas glutation di dalam darah berada dalam rentang 0,5-8 mili molar/l dengan konsentrasi tertinggi di hati. Sedangkan pada hati tikus normalnya mengandung 7-8 µmol GSH/g jaringan. Glutation dalam plasma hanya 0,5 % dari yang terkandung dalam darah, sedangkan dalam eritrosit mengandung 99,5%. Pada eukariot, 90% glutation terdapat di sitosol, 10 % terdapat di mitokondria dan beberapa persen berada di retikulum endoplasma (Daruningrum, 2012). Pada keadaan stress oksidatif konsentrasi glutation peroksidase akan menurun yang dapat disebabkan oleh terpakainya glutation dalam menangkal radikal bebas tersebut (Youngson, 2005). Antioksidan non enzimatis adalah antioksidan dari luar tubuh (eksogen) yang berasal dari bahan makanan misalnya Vitamin C, Vitamin E, betakaroten dan senyawa flavonoid yang diperoleh dari tumbuhan. Antioksidan ini bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara menangkapnya (Tilak and Devasagayam, 2006). Kekurangan salah satu komponen tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan status antioksidan secara menyeluruh, sehingga perlindungan tubuh terhadap radikal bebas berkurang (Chevion et al, 2003).

4 Antioksidan non enzimatis adalah antioksidan dari luar (eksogen) adalah Vitamin C (L-Ascorrbic Acid) merupakan antioksidan yang terdapat pada cairan ekstrasel. Vitamin C menetralisir hidroksil, superoksida dan radikal hidrogen peroksida. Peranan Vitamin C sebagai antioksidan ditunjukkan oleh kemampuan Vitamin C dalam menyumbang elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler, sehingga Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel. Vitamin C juga dikenal sebagai antioksidan yang berperan membantu mengurai radikal bebas secara simultan bersama antioksidan endogen GSHpx dan SOD (Suwondo, 2010). Pemberian Vitamin C dengan dosis 0,2 mg/g BB bagi hewan yang keracunan Pb asetat 0,1 % lebih efektif menurunkan kadar MDA, karena peran Vitamin C sebagai penetralisir senyawa radikal bebas atau ROS yang timbul akibat paparan timbal (Fauzi, 2008). Antioksidan non enzimatis (eksogen) lainnya adalah Vitamin E (α-tochoperol) yang merupakan vitamin yang larut di dalam lemak dan sangat potensial sebagai antioksidan. α- tochoperol melakukan pemutusan rantai dalam mencegah propagasi dari radikal bebas (Ramanathan, 2005). Vitamin E (α-tokoferol) telah banyak didokumentasikan sebagai antioksidan yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memproteksi sel dari radikal bebas. Peran biologi utama Vitamin E adalah memutuskan rantai proses peroksidasi lipid dengan menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk radikal Vitamin E yang stabil dan tidak merusak (Almatsier, 2009). Berdasarkan latar belakang dia atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Vitamin C dan E terhadap Aktifitas Glutation Peroksidase (GSH-px) pada Tikus Strain Wistar yang terpapar Karbon Tetraklorida (CCl₄). 1.2 Perumusan Masalah

5 Apakah Ada Pengaruh Vitamin C dan E terhadap Aktifitas Glutation Peroksidase (GSH-px) Tikus Strain Wistar yang terpapar Karbon Tetraklorida (CCl₄)? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh Vitamin C dan E terhadap aktifitas Glutation Peroksidase (GSH-px) pada Tikus Strain Wistar yang terpapar Karbon Tetraklorida (CCl₄). 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui aktifitas Glutation Peroksidase (GSH-px) pada tikus strain wistar kelompok kontrol negatif. b. Mengetahui aktifitas Glutation Peroksidase (GSH-px) pada tikus strain wistar yang terpapar karbon tetraklorida (CCl₄). c. Mengetahui pengaruh Vitamin C terhadap aktifitas Glutation Peroksidase (GSHpx) pada tikus strain wistar yang terpapar karbon tetraklorida (CCl₄). d. Mengetahui pengaruh Vitamin E terhadap aktifitas Glutation Peroksidase (GSHpx) pada tikus strain wistar yang terpapar karbon tetraklorida (CCl₄). e. Mengetahui pengaruh Kombinasi Vitamin C dan E terhadap aktifitas Glutation Peroksidase (GSH-px) pada tikus strain wistar yang terpapar karbon tetraklorida (CCl₄). 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Akademik

6 Sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas penggunaan Vitamin C dan E sebagai antioksidan dapat dimanfaatkan sebagai penetralisir radikal bebas di dalam tubuh. 1.4.2 Bagi Masyarakat Sebagai kepentingan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif akibat paparan radikal bebas khususnya karbon tetraklorida. 1.4.3 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai penelitian yang berhubungan dengan biomedik.