ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

3. METODE KAJIAN A. Lokasi, Waktu dan Biaya Penelitian Metode Kerja 1. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI UDANG WINDU DAN UDANG VANNAMEI SECARA INTENSIVE DI DESA BEURAWANG KECAMATAN JEUMPA KABUPATEN BIREUEN

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI SAYURAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

II. BAHAN DAN METODE

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani Padi Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sarana. Produksi

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN. Rumah tangga petani di Kecamatan Bandungan sebagian besar bergantung

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penetapan Objek, Waktu dan Lokasi Penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Earning Per Share

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panai Hilir Kabupaten. Labuhanbatu pada bulan Maret 2016 sampai April 2016.

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

Kata Kunci : biaya, pendapatan, karet rakyat, kelapa sawit rakyat

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Konsepdasardan definisioperasionalmerupakanistilahkhususdandefinisi yang

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara. dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa :

ANALISIS USAHATANI PISANG AYAM DI DESA AWE GEUTAH PAYA KECAMATAN PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN

Transkripsi:

Zakwan ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, Medan ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kelayakan usahatani udang windu organik dan nonorganik yang ditinjau dari nilai R/C ratio di Batang Kilat Propinsi Sumatera Utara. Menganalisis perbedaan R/C rasio usahatani udang windu organik dan nonorganik di Batang Kilat Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilakukan di pertambakan udang windu masyarakat di Batang Kilat Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Lokasi budidaya udang windu organik seluas lebih kurang 350 ha tersebut dipilih karena merupakan lokasi usahatani yang sudah dikelola masyarakat secara turun temurun dan salah satu lokasi penghasil udang windu di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan serta menjadi binaan Kementerian Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Utara. Menurut R/C rasio yang diperoleh pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa usahatani udang windu sudah layak dilakukan (menguntungkan). Akan tetapi, penerimaan dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan lebih besar diperoleh pada usahatani udang windu organik. Selanjutnya, terdapat perbedaan yang signifikan dari R/C rasio disebabkan oleh sistem usahatani yang berbeda yaitu organik dan nonorganik. Kata kunci: komparasi, usahatani, udang windu, organik, nonorganik PENDAHULUAN Usahatani udang windu di Indonesia dimulai pada tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga komoditi udang windu sempat menjadi penyumbang devisa terbesar dari perikanan. Menurut Direktorat Jendral Perikanan, Pada Tahun 2003 mereka telah mencanangkan PROTEKAN (Program Peningkatan Ekspor Perikanan), dengan nilai US $ 7.6 milyar; dan sebesar US $ 6.78 milyar berasal dari usahatani udang windu. Komoditi udang windu organik menjadi unggul karena relatif jarang terkena penyakit yang membahayakan bagi udang (kalaupun ada hanya karena gangguan air), serta teksturnya lebih kenyal dan padat sehingga lebih disukai. Hal ini disebabkan karena proses usahatani udang windu organik yang lebih mengoptimalkan cara-cara organik (alami) dan meminimalkan penggunaan bahan-bahan sintetis seperti antibiotik, vitamin sintetis, pakan dan sebagainya. Penggunaan bahan sintetik yang berlebih ini mengakibatkan biaya menjadi sangat tinggi dan banyak timbul penyakit (biasanya terjadi pada usahatani udang non-organik). Usahatani udang windu ini dapat dikelola dalam suatu unit perkolaman yang terdiri dari beberapa kolam (mulai kolam pembenihan hingga kolam pembesaran) atau hanya satu jenis kolam saja. Kegiatan perkolaman juga membutuhkan sistem pengelolaan yang cukup kompleks sehingga bermanfaat dalam peningkatan pendapatan masyarakat. Karena usahatani udang windu merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. 20

Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS Volume 12 No.3, 2016 Salah satu daerah yang melakukan usahatani udang windu adalah daerah Batang Kilat Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Masyarakat didaerah tersebut telah mengolah lahannya secara turun temurun (misalnya menanam pohon nipah) dan sejak tahun 1998 secara swadaya mengelola lahannya menjadi tambak udang windu organik. Daerah tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena memiliki usahatani udang windu organik dan non-organik yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Perbedaan pendapatan usahatani udang windu organik dengan non-organik menyebabkan banyak petani tambak beralih ke usahatani udang windu organik. Kompas (2006) dalam Noor (2006) menyatakan bahwa sebanyak 98 % atau seluas 436.329 Ha tambak di Indonesia adalah tambak organik. Hal ini disebabkan usaha tani organik menggunakan biaya produksi yang jauh lebih rendah serta resiko yang minimal jika dibandingkan dengan usahatani udang windu non organik. Berdasarkan uraian mengenai kelebihan dan kekurangan usahatani udang windu organik dan adanya pihak kontra yang menganggap usahatani organik tidak cukup menguntungkan, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah terdapat perbedaan dari segi biaya produksi, tingkat pendapatan petani, dan kelayakan usahatani udang windu dengan menerapkan budidaya secara organik dan nonorganik di Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kelayakan usahatani udang windu organik dan nonorganik yang ditinjau dari nilai R/C ratio di Batang Kilat Propinsi Sumatera Utara. Menganalisis perbedaan R/C rasio usahatani udang windu organik dan nonorganik di Batang Kilat Propinsi Sumatera Utara. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilakukan di pertambakan udang windu masyarakat di Batang Kilat Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Lokasi budidaya udang windu organik seluas lebih kurang 350 ha tersebut dipilih karena merupakan lokasi usahatani yang sudah dikelola masyarakat secara turun temurun dan salah satu lokasi penghasil udang windu di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan serta menjadi binaan Kementerian Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Utara. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi petani udang windu berdasarkan budidaya organik dan nonorganik. Penentuan populasi petani udang windu berdasarkan budidaya organik sebanyak 250 orang dan nonorganik 70 orang. Menurut Bailey dalam Soepomo (2007) ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel dari suatu populasi apabila menerapkan metode Stratified Random Sampling (pengambilan sampel berstrata secara acak). Oleh karena itu, besarnya sampel untuk setiap jenis budidaya udang windu organik dan nonorganik masing-masing sebanyak 30 orang. Menurut perhitungan jumlah sampel untuk setiap strata dengan menggunakan persamaan : Keterangan : Sp l = N n Js.... (1) 21

Zakwan Spl = sampel n = populasi N = total populasi Js = besar sampel (30 orang) Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat ditentukan jumlah sampel untuk setiap strata luas lahan yang dimiliki para petani udang windu organik dan nonorganik pada daerah penelitian seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Jumlah Petani Sampel Udang Windu Organik dan Nonorganik Berdasarkan Strata Luas Lahan di Daerah Penelitian pada Tahun 2013 Strata Luas Populasi Petani Sampel Petani Lahan Udang Organik Udang Udang Udang (Ha) Nonorganik Organik Nonorganik I <5 242 68 29 29 II >5 8 2 1 1 Total 250 70 30 30 Kegunaan dari strata ini adalah untuk melihat tingkat keragaman populasi berdasarkan luas lahan agar tingkat ketelitian yang dipilih bisa mewakili populasi. Metode Pengumpulan data 1. Data Primer, penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis tempat objek yang akan diteliti dan informasi dengan data yang bersumber dari wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) mengenai pendapatan usahatani udang windu organik serta data lainnya yang relevan. 2. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari literatur-literatur dari instansi-instansi yang terkait (BPS, Dinas Pertanian dan perikanan dan lain-lain), bahan dokumentasi serta artikel-artikel yang dibuat oleh pihak ketiga dan mempunyai relevansi dengan penelitian ini. yaitu data berupa time series dari tahun 2000-2011 tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani udang windu organik dan nonorganik seperti : jumlah produksi, luas lahan, biaya tenaga kerja, biaya bibit, biaya pakan, biaya pupuk/pestisida, harga jual terhadap pendapatan petani budidaya udang windu organik dan non-organik di Batang Kilat dan Stabat Propinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Jenis Data Penelitian dan Sumbernya No Jenis Data Sumber 1 Data Primer - Karakteristik petani sampel Kuesioner - Faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani Kuesioner a. Jumlah Produksi Kuesioner b. Luas Lahan Kuesioner c. Biaya Tenaga Kerja Kuesioner d. Biaya Bibit Kuesioner e. Biaya Pakan Kuesioner f. Biaya pupuk/pestisida Kuesioner g. Harga Jual Kuesioner h. Teknologi Usahatani Kuesioner 22

Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS Volume 12 No.3, 2016 2 Data Sekunder - Deskripsi daerah penelitian a. Luas wilayah Kota Medan Badan Pusat Statistik b. Penduduk Kota Medan Badan Pusat Statistik c. Pertanian di Kota Medan Badan Pusat Statistik d. Luas Kecamatan Medan Labuhan Kantor Camat Medan Labuhan e. Luas panen udang windu di Kecamatan Medan Labuhan Badan Pusat Statistik Metode Analisis Data Pengujian identifikasi masalah mengenai komponen biaya produksi pada usahatani udang windu organik dan nonorganik menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan melihat dan melakukan pencatatan mengenai komponen-komponen biaya produksi yang ditanggung oleh para petani udang windu organik dan nonorganik yang ada di daerah penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan uji beda independent sample t-test. Akan tetapi, sebelum melakukan uji beda perlu dilakukan tahap analisis usahatani terhadap para petani dari kedua jenis budidaya udang windu yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Tahapan analisis usahatani yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Analisis Pengeluaran dan Pendapatan Usahatani Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan perhitungan atas biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para petani udang windu organik dan nonorganik yang dijadikan sebagai sampel. Menurut Soekartawi (2002) dalam Rahim dan Retno (2008) biaya usahatani terdiri dari 2 (dua), yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Cara menghitung biaya tetap (fixed cost) adalah sebagai berikut: n FC = Xi. Pxi i 1.. (2) dimana : X 1 = banyaknya input ke-i Px i = harga dari variabel X i (input) Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Rumusnya adalah sebagai berikut. TC = FC + VC... (3) Selanjutnya perlu dilakukan perhitungan jumlah penerimaaan para petani udang windu organik dan nonorganik yang dijadikan sebagai sampel. penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut. TR = Y P y... (4) dimana : TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani Py = Harga Y Pada tahap akhir dilakukan perhitungan jumlah pendapatan para petani udang windu organik dan nonorganik yang dijadikan sebagai sampel. Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut. P d = TR TC... (5) 23

dimana : P d = Pendapatan usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Zakwan 2. Analisis Kelayakan Usahatani Parameter yang dijadikan sebagai alat analisis kelayakan usahatani adalah dengan perhitungan R/C rasio dengan kriteria keputusan sebagai berikut: R/C > 1, usahatani untung R/C < 1, usahatani rugi R/C = 1, usahatani impas (tidak untung/tidak rugi) Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan hipotesa yang diajukan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan bantuan software SPSS. Metode OLS digunakan untuk memperoleh estimasi parameter dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Metode OLS dipilih karena merupakan salah satu metode sederhana dengan analisis regresi yang kuat dan populer, dengan asumsi-asumsi tertentu (Gujarati, 2003). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang terdapat dalam persamaan model. Sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah pendapatan petani budidaya udang windu secara organik dan non-organik di Batang Kilat Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan variabel bebas (independent variable) adalah pengalaman petani, pendidikan petani, biaya benur dan biaya penyusutan peralatan. 3. Uji Beda (Independent Sample T-test) Uji beda yang digunakan untuk menganalisis hipotesis adalah uji independent sample t-test. Karena uji ini dianggap paling sesuai untuk membandingkan dua kelompok mean dari dua sampel yang berbeda (independent), yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean antara dua populasi dengan membandingkan dua mean sampelnya. Hasilnya dapat diperoleh dengan mengolah data menggunakan program spss 17. PEMBAHASAN Analisis R/C Rasio Udang Windu Organik dan Nonorganik Usahatani dikatakan layak atau tidak layak untuk dikembangkan di daerah penelitian diukur dengan menggunakan salah satu parameter, yaitu: a. R/C rasio Analisis R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh petani. Dimana nilai rata-rata R/C ratio dari udang windu organik dan nonorganik yang terdapat di daerah penelitian dianalisis per luas lahan petani dan per hektar. Analisis per luas lahan petani dimaksudkan untuk mengetahui kondisi nyata tingkat kelayakan usahatani udang windu di daerah penelitian, sedangkan analisis per hektar dimaksudkan untuk membandingkan tingkat kelayakan dengan daerah lain. 24

Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS Volume 12 No.3, 2016 Tabel 3. Rata-rata Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan dan R/C pada Usahatani Udang windu Organik dan Nonorganik per Hektar Usahatani Udang windu Organik Udang windu Nonorganik Jumlah TC per Hektar (Rp) 5.447.593,80 26.579.539,35 32.027.133,14 TR per Hektar (Rp) 22.955.555,56 43.993.650,79 66.949.206,35 P d per Hektar (Rp) 17.507.961,76 17.414.111,45 34.922.073,21 R/C per Hektar 4,36 1,69 (Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2013 Diketahui bahwa nilai rata-rata penerimaan total per hektar pada usahatani udang windu organik adalah sebesar Rp. 22.955.555,56 dan nilai rata-rata biaya total per hektar adalah sebesar Rp. 5.447.593,80. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh R/C rasio pada usahatani udang windu organik adalah sebesar 4,36 yang berarti bahwa setiap Rp. 1 dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani udang windu organik akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 4,36. Namun, untuk usahatani udang windu nonorganic nilai ratarata penerimaan total sebesar Rp. 43.993.650,79 serta nilai rata-rata biaya total sebesar Rp. 26.579.539,35. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh R/C rasio pada usahatani udang windu nonorganik adalah sebesar 1,69 yang berarti bahwa setiap Rp. 1 dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani udang windu nonorganik akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,69. Berdasarkan nilai R/C rasio dari kedua jenis budidaya udang windu tersebut, maka usahatani udang windu organik dan nonorganik sudah layak dan memberikan keuntungan bagi para petani udang windu. Akan tetapi, penerimaan atas setiap Rp 1 yang dikeluarkan sebagai biaya produksi pada usahatani udang windu organik lebih besar dibandingkan dengan usahatani nonorganik, sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani udang windu organik lebih menguntungkan untuk dibudidayakan oleh petani. Analisis Komparasi Analisis uji-t dilakukan untuk melihat perbedaan pendapatan antara usahatani udang windu organik dan nonorganik. Adapun perbedaan itu dilihat berdasarkan R/C rasio. Untuk melihat hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4. Uji Komparasi antara Usaha Tani Udang Windu Organik dan Nonorganik di Batang Kilat Propinsi Sumatera Utara (ha), tahun 2013 Variabel R/C R.TotalBiaya Equal variances F Sig. t Df Sig. (2- tailed) Equal variances assumed 20.355.000 12.867 58.000 Equal variances not assumed 12.867 33.853.000 Equal variances assumed 89.078.000-15.143 58.000 Equal variances not assumed -15.143 30.812.000 25

Zakwan Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara R/C rasio dan rataan total biaya pada usahatani udang windu organik dan nonorganik. Hal ini dapat dilihat dari Tabel bahwa nilai signifikansi dari masing-masing variabel lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara usahatani udang windu organik dan nonorganik. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh sistem usaha tani yang dijalankan yaitu organik dan nonorganik. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa rataan R/C pada usahatani udang windu organik adalah sebesar 4,36 dan nonorganik 1,69. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan R/C dari usahatani udang windu organik yang lebih besar dibandingkan dengan R/C pada usahatani udang windu nonorganik dapat disebabkan oleh rataan total biaya yang dikeluarkan oleh pola usahatani organik lebih rendah dibandingkan rataan total biaya pada nonorganik masing-masing sebesar Rp. 5.447.593,80 dan Rp. 26.579.539,35. KESIMPULAN Menurut R/C rasio yang diperoleh pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa usahatani udang windu sudah layak dilakukan (menguntungkan). Akan tetapi, penerimaan dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan lebih besar diperoleh pada usahatani udang windu organik. Selanjutnya, terdapat perbedaan yang signifikan dari R/C rasio disebabkan oleh sistem usahatani yang berbeda yaitu organik dan nonorganik. DAFTAR PUSTAKA Gujarati, D. N. (2003). Basic Econometricse, Fourtd Edition. McGraw Hill: CO. Noor, M. N. (2006). Analisis Kelembagaan dan Biaya Transaksi Dalam Usaha Tambak Udang Organik dan Anorganik Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bogor: IPB-Press. Soepomo. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soekartawi. (1995). Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI Press. Soekartawi. (2003). Linier Programming. Jakarta: Rajawali Pers. Rahim, A., & Retno, D. (2008). Ekonomika Pertanian : Pengantar, Teori, dan Kasus. Jakarta: Penebar Swadaya. 26