Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan


BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

BAB I PENDAHULUAN.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dicantumkan dalam izin Ortodonansi Gangguan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB I PENDAHULUAN I-1

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

Efisiensi PLTU batubara

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

KONTRIBUSI BENGKEL SEBAGAI LEMBAGA UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Logam berat adalah golongan logam yang memiliki pengaruh bila logam

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

Transkripsi:

1 Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal Eforia yang sedang terjadi di akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009 yaitu menurunnya harga bahan bakar minyak untuk ketiga kalinya. Hal ini tentu disambut positif para pelaku pasar modal di negeri ini, dimana eforia tersebut langsung mendongkrak harga saham ke level yang relatif tinggi. Keputusan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak jenis premium dan solar ini merupakan salah satu akibat dari resesi global yang mulai terjadi di pertengahan tahun 2008. Permintaan kebutuhan minyak dunia terutama di negara-negara maju menurun cukup drastis. Prospek perekonomian dunia yang suram membuat keputusan OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) memangkas produksi hingga 2 juta barrel per hari seolah tak berdampak apapun untuk mencegah penurunan harga minyak (Kompas, 20 Desember 2008). Penurunan harga bahan bakar minyak mentah dunia banyak sekali mempengaruhi geliat perkembangan dunia bisnis, perekonomian bangsa, sosial masyarakat dan tidak terlepas dari dampak lingkungan yang diakibatkan karena fenomena turunnya harga minyak tersebut. Setiap zat, komponen, atau senyawa yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara sehingga menyebabkan kualitas udara tersebut menurun tidak sesuai lagi dengan peruntukannya maka disebut pencemaran atau polusi udara. Pencemaran udara dapat berasal dari seluruh aktivitas manusia baik industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, sosial, dan lain sebagainya. Adapun sumber pencemaran udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Emisi dari sumber tidak bergerak berasal dari sumber emisi industri yaitu cerobong proses produksi pabrikpabrik. Emisi polutan dari sumber tidak bergerak inilah yang mengeluarkan CO, CO 2, NO 2, NO 3, SO 2, SO 3, H 2 S, NH 3, HCl, HF, Hg, Pb, Zn, As, Cd, dan polutan lainnya yang dibuang ke udara melalui cerobong sebagai alat pencegah polutan udara. Masih banyak dijumpai industri-industri yang belum memiliki alat unit penyerap debu untuk mengurangi tingkat pencemaran udara yang dihasilkan oleh proses produksi yang mereka lakukan. Setiap perusahaan yang memiliki aktivitas produksi dengan membuang limbah gas ke udara hendaknya selalu dilengkapi dengan alat pengendali terhadap pencemaran udara yaitu dengan unit instalasi pencegah polusi udara seperti pengumpul debu (dust

2 collector) atau exhaust. Jika suatu industri memiliki unit peralatan pengendali polutan debu dan organic vapour lainnya, maka pihak manajemen perusahaan juga harus melakukan pemeliharaan dan perawatan unit peralatan tersebut dengan baik. Perusahaan diharapkan melakukan perawatan terencana dan terjadwal, melakukan pemantauan dan pengukuran kualitas pencemaran udara secara periodik guna mengetahui tingkat kualitas kadar polutan yang dikeluarkan ke udara bebas. Perusahaan perlu memiliki kebijakan dalam pengendalian terjadinya pencemaran udara di lingkungan area kerja dan sekitarnya. Diharapkan, paparan gas atau debu bahan kimia yang dihasilkan akibat aktivitas produksi dalam menghasilkan produk diupayakan tidak mencemari lingkungan. P i h a k p e r u s a h a a n s e c a r a r u t i n m e l a k u k a n p e m a n t a u a n p e n g u k u r a n terhadap kualitas emisi udara yang dikeluarkan dan harus memenuhi kualitas emisi udara yaitu berdasarkan Nilai Ambang Batas peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Seperti misalnya beberapa contoh kadar logam berat diperbolehkan untuk proses industri di pabrik harus memenuhi peraturan seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup: KEP-13/MENLH/3/1995 Tentang Baku Mutu Sumber Emisi Tidak Bergerak yaitu tingkat kadar maksimal yang diperbolehkan untuk air raksa Hg (mercury) adalah 5 mg/m3, Cd (cadmium) sebesar 8 mg/m3, dan As (arsen) sebesar 8 mg/m3 dan timah hitam Pb (lead) adalah 12 mg/m3. Sedangkan peraturan yang mengatur tentang kualitas emisi udara di cerobong boiler (tenaga uap) yang menggunakan bahan bakar minyak (solar) yaitu diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-07/MENLH/2007 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap Berbahan Bakar Minyak (25 O C, 76 cm Hg). Peraturan ini dibuat guna melakukan pengecekan terhadap hasil pengukuran yang diperbolehkan untuk beberapa parameter lingkungan yaitu, partikulat : 200 mg/m3, sulfur dioksida : 700 mg/m3, nitrogen dioksida : 700 mg/m3 dan tingkat opasitas : 15 %. Oleh karena itu, menurunnya harga solar harus diimbangi dengan pemantauan dan pelaksanaan peraturan yang sudah ada secara tegas dan konsisten, karena semakin murah harga solar yang dikonsumsi maka semakin meningkat pula proses pembakaran tidak sempurna yang terjadi dalam kegiatan industri sehingga tingkat pencemaran akan meningkat. Sedangkan emisi yang dihasilkan dari sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor mengeluarkan emisi polutan dari knalpot mesin kendaraannya antara lain dari truk, bus,

3 mobil, motor 2 tak, motor 4 tak, bajay, juga forklift sebagai alat transportasi yang dioperasikan di lingkungan pabrik. Jenis-jenis kendaraan bermotor tersebut menggunakan bahan bakar dalam proses pembakarannya sehingga terjadi letupan mesin dan kemudian mesin bergerak. Adapun jenis bahan bakar minyak berdasarkan tingkat pencemar tertinggi adalah solar, premium, pertamax, pertamax plus dan bensin TT (Tanpa Timbal). Mengapa disebut bensin tanpa timbal, karena tentu tidak mengandung timbal sedangkan jenis bahan bakar minyak lainnya tentu mengandung timbal. Kualitas bahan bakar minyak dapat dianalisis dari tingkat knocking (nilai oktan) yang terkandung dalam bahan bakar minyak tersebut. Semakin tinggi nilai oktan yang dimiliki maka semakin sempurna pembakaran yang terjadi. Nilai oktan dipengaruhi oleh kadar timbal yang terkandung dalam bahan bakar minyak, dapat dibandingkan antara premium dan pertamax. Dimana nilai oktan untuk jenis premium lebih rendah dari pada nilai oktan untuk jenis pertamax sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pencemar premium lebih tinggi dari pada tingkat pencemar emisi yang dihasilkan bagi kendaraan bermotor yang menggunakan pertamax. Dapat kita amati pula dari harga per liter pertamax lebih mahal dari pada harga premium. Beberapa kurun waktu sebelum terjadi penurunan harga minyak mentah dunia turun karena resesi glogal, bensin premium berada di angka Rp. 6.000,- per liter kini telah berada pada posisi Rp. 5.000,- per liter. Ini berarti semakin murah harga premium akan menyebabkan semakin meningkat pula probabilitas tingkat pencemar emisi yang dikeluarkan oleh timbal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga bensin TT (tanpa timbal) tentu lebih mahal namun pastilah lebih ramah terhadap lingkungan, tempat manusia berteduh. Bicara mengenai timbal berarti tidak bisa terlepas dari perkembangan industri kimia dimana dikenal dengan zat aditive yang ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Persenyawaan yang dibentuk dari logam Pb sebagai aditive ini ada dua jenis yaitu (CH 3 ) 4 -Pb disebut tetrametil timbal dan (C 2 H 5 ) 4 -Pb yang disebut tetraetil timbal. Adapun limbah gas yang dihasilkan dari emisi polutan udara ini yaitu Pb-tetra untuk campuran bensin. Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum. Logam timbal disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV A pada tabel periodik unsur kimia (SPU). Timbal mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau

4 berat atom (BA) sebesar 207,2. Global produksi timbal dari penambangan maupun peleburan relatif tinggi sepanjang abad ini. Peningkatan yang terjadi selama tahun 1970an adalah 34x10 6 metrics tons. Timbal adalah salah satu jenis metal logam yang paling tua sejak peradaban manusia yang sudah digunakan dalam pembuatan perpipaan, bahanbahan bangunan, solder atau patri, huruf logam, amunisi persenjataan dan casting atau logam tuangan juga campuran bensin dalam tetra-timbal. Logam ini sangat populer dan banyak dikenal oleh orang awam, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya timah hitam yang digunakan di pabrik dan paling banyak menyebabkan keracunan (toksinitas) bagi makhuk hidup. Banyak penggunaan senyawa timbal penting secara lingkungan seperti sulfate, phosphate dan hidroxide adalah tidak larut dan dengan demikian toksisitas relatif rendah dalam sistem air. Sebaliknya, senyawa timbal yang dapat larut merupakan titik penghantar antara asam keras dan asam lemah dalam interaksi ke arah ligand yang mengandung oksigen dan sulfur. Pada manusia, timbal membentuk kalsium dalam kandungan dan transportasinya, yang diperkirakan sampai konsentrasi tinggi maka timbal berbahaya tersebut, dapat berada pada rangka tengkorak manusia. Hal ini mencerminkan hubungan yang kuat antara timbal dengan partikel-partikel udara perkotaan. Timbal adalah salah satu jenis logam berat yang berbahaya sebagai polutan udara memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia yaitu menyebabkan stress, hambatan pertumbuhan kecerdasan otak pada anak, sembelit, gangguan ginjal dan gangguan sistem produksi yang berasal dari akibat polusi oleh timbal. Subsbtansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh tergantung pada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernafasan bagian atas sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh istem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) termasuk diantaranya asma, bronkhitis, dan gangguan pernafasan lainnya. Beberapa zat termasuk timbal atau timah hitam ini dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. Apakah dengan menurunnya harga premium harus menyebabkan meningkatnya toksik dan karsinogenik bagi manusia, tentu saja tidak harus demikian. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk mencegah dan menanggulangi agar pencemaran udara tidak semakin meningkat. Upaya untuk

5 mencegah dan atau mengurangi terjadinya pencemaran udara atau dampak kesehatan bagi manusia harus melalui tahap hierarki environment and safety yaitu : 1. Mengeliminasi atau menghilangkan sumber polutan emisi timbal yang ada 2. Mensubstitusi atau menggantikan bahan bakar minyak yang mengandung timbal dengan bahan bakar yang tidak atau sedikit mengandung tetra-pb 3. Engineering control yaitu pembangunan unit peralatan pencegah polutan udara seperti dust collector atau exhaust bagi aktivitas industri pabrik dan pada semua knalpot kendaraan bermotor harus dilengkapi filter penyaring yang efektif dan efisien dalam menyerap hasil pembakaran saat mesin dioperasikan, sebelum emisi dibuang ke udara bebas. 4. a. Membuat peraturan perundang-undangan lingkungan tentang pemakaian timbal dan pencegahan pencemaran yang diakibatkan oleh timbal dalam BBM b. Membuat prosedur pemantauan dan pengukuran kualitas udara yang dikeluarkan oleh unit alat pencegah polutan udara (dust collector dan exhaust) dan knalpot kendaraan bermotor secara berkala minimal enam bulan sekali. 5. Mewajibkan orang-orang yang terpapar emisi polutan udara secara langsung dalam pekerjaannya untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) yaitu berupa masker. Dimana masker harus dicek kualitas dan tingkat efisiensi penyerapan timbal di udara bebas, misalnya bagi polisi di jalan, pekerja pabrik dan juga para pengendara kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi dari kendaraannya sendiri. Turunnya harga premium, disinilah sebuah kesempatan penting bagi pemerintah untuk lebih menegaskan dalam pemakaian bensin tanpa timbal (TT) yang harganya harus tetap dapat terjangkau bagi masyarakat awam, maka dengan demikian diharapkan konsumsi premium akan berkurang sehingga kehidupan lingkungan hidup akan lebih baik, pasti. Oleh : Agustin Nugrahesti - Mahasiswa Magister Sistem Teknik, TP2SLP - 2008 Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta. - - QHSE Coordinator di PT. FUJITSU INDONESIA Kawasan Industri MM 2100, Cikarang Bart, Bekasi E-mail : dekngesti@gmail.com atau isocenter@fdk.co.jp