BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugastugas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai macam kebutuhan keluarga. kebutuhan yang semakin banyak ini membuat setiap orang untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dengan bekerja individu akan memenuhi kebutuhannya, Dengan bekerja juga individu dapat member makan keluarga dan dirinya sendiri, serta dapat membeli sesuatu dan memenuhi kebutuhan yang lain ( Satiadarma dan Wirawan, 2008 ). Dengan bekerja dapat dikatakan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan individu dalam aktualisasi. Seiring dengan munculnya tuntutan dari pekerjaan yang ditekuni, misalnya dimana seseorang harus meluangkan waktu lebih banyak meluangkan waktu daripada dirumah yang memungkinkan timbulnya konflik dari pasangan perkaawinan. Dimana pada zaman dahulu seorang wanita selalu diidentikan dengan aktivitas ibu rumah tangga yaitu melahirkan, membersihkan rumah, serta mengurus anak. Dengan seiringnya perkembangan zaman wanita memilih untuk bekerja di luar rumah dengan seiringnya kesetaraan gender. Seorang ibu rumah tangga tidak akan merasa dilema antara pekerjaan rumah dengan kantor, karena hanya fokus pada pekerjaan rumah. Akan tetapi, 1

2 pada wanita karir dituntut pada dua hal pekerjaan yaitu pekerjaan rumah dan kantor yang membuat tidak mudah dilakukan oleh wanita karir. Pandangan tradisional juga menjadi sulit dilepaskan oleh sebagian laki laki karena banyak menguntungkan bagi mereka terutama dalam hal bidang power. Menurut teori Resource dengan bekerja berarti istri mempunyai penghasilan sumber power. Hal ini mempengaruhi istri untuk meningkatkan power dan pengaruhnya dalam proses pengambilan keputusan keluarga. Maka, suami tidak lagi berkuasa sepenuhnya dalam pengambilan keputusan dan para suami sangat mencemaskan akan kemandirian seorang istri yang bekerja. suami yang mempunyai prinsip peran tradisional laki laki sebagai pelindung akan berkurang atau bahkan tidak lagi dibutuhkan seorang istri,padahal itu merupakan persepsi dari pihak suami ( Soekarsono, 1994 ). Individu pada masa dewasa awal beranjak dari masa-masa sekolah yang masih bergantung pada orang tua ke masa mencari pekerjaan dan mandiri secara financial, selain mencari pekerjaan, individu dewasa awal juga mempunyai tugas perkembangan lainnya yaitu membentuk kehidupan sosialnya. Individu dewasa awal dapat memilih untuk tetap single (tidak menikah), tinggal dengan pasangan dengan pernikahan yang sah atau pernikahan yang tidak sah (cohabitation), tinggal dan hidup dengan pasangan dari jenis kelamin yang sama (gay dan lesbian) atau berbeda, bercerai, menikah lagi setelah perceraian, menjadi orang tua tunggal, atau tinggal tanpa anak; pilihan individu mudah berubah selama periode masa dewasa (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Individu masa dewasa awal yang telah mendapatkan pekerjaan dan mulai merancang perekonomian juga perlu

3 memasuki kehidupan pernikahan dan diikuti dengan rencana memiliki keturunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Havighurst bahwa tugas perkembangan yang menjadi karakteristik masa dewasa awal adalah mulai memilih pasangan hidup dan mulai menikah (Hurlock, 1990). Hurlock (1990) juga menyatakan bahwa tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan kehidupan keluarga merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting dan sangat sulit diatasi. Pernikahan dan keluarga memberikan motivasi serta beban bagi individu masa dewasa awal untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan agar mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pendidikan dan perkembangan dunia pekerjaan yang semakin maju membuat pria dan wanita sama-sama mempunyai kesempatan untuk mengembangkan karir dan pekerjaan. Sejak semakin banyak wanita yang bekerja dan mempunyai pendidikan yang tinggi, secara alami juga menghasilkan pasangan dengan karir yang berbeda (dual-career couples)(sarah Muterko, 2007). Setiap orang yang berada dalam suatu hubungan perkawinan mengharapkan adanya kebahagiaan atau kepuasan dalam hubungan tersebut, akan tetapi kondisi ini tidak selalu mudah untuk diwujudkan. Dalam kehidupan perkawinan akan timbul berbagai masalah karena perkawinan melibatkan hubungan antar manusia akan timbul berbagai macam masalah ( Landis dan Landis, 1959). Seiring dengan dampak ekonomi dan tuntutan wanita bekerja, ada beberapa aspek yang muncul dalam kehidupan keluarga itu sendiri yang

4 berpengaruh pada perceraian yaitu kepuasan pernikahan, penyesuaian pernikahan, dan kualitas pernikahan.kepuasan pernikahan menurut Schoen, Astone, Rothert, Standish, dan Kim (2002) adalah penilaian keseluruhan pada keadaan pernikahan dan refleksi untuk kebahagiaan dan fungsi perkawinan. Selanjutnya, penyesuaian pernikahan merupakan proses dimana seseorang atau pasangan membatasi, memakai, atau mengubah pola perilaku dan interaksi mereka untuk mengembangkan kepuasan yang maksimal dalam hubungan (Ghoroghi, Hassan, & Baba,2012). Sedangkan kualitas pernikahan adalah konsep yang multidimensi yang didalamnya termasuk pengalaman positif (perasaan dicintai dan diperhatikan) yang menghasilkan kepuasan hubungan, serta pengalaman buruk hasil tuntutan antar pasangan dan menghasilkan konflik pernikahan (Debra & Kristi, 2005). Dalam penelitian ini hanya ingin dilihat hasil penilaian pasangan terhadap kehidupan pernikahannya maka yang akan diukur berfokus pada faktor kepuasaan pernikahan. National Center of Healthy Statistic (dalam Kurdek, 2002) memaparkan bahwa kepuasan perkawinan berpengaruh hampir setengah dari keseluruhan pernikahan yang berakhir dengan perceraian. Pekerjaan dan penghasilan mempengaruhi kehidupan keluarga sehingga memunculkan beberapa bentuk kehidupan keluarga dengan pasangan yang bekerja misalnya pasangan yang lebih mementingkan karir, sehingga tidak begitu memperhatikan kehidupan keluarga, akhirnya kehidupan keluarga pun menjadi terancam kemudian berakhir pada perceraian. Ada pasangan yang mementingkan kehidupan keluarga, sehingga salah satu dari pasangan itu, baik suami atau istri rela meninggalkan pekerjaan untuk mengurusi kehidupan keluarga. Ada juga

5 pasangan yang sama-sama mementingkan kehidupan karir dan keluarganya, dimana suami dan istri sama-sama mempunyai pekerjaan, namun tetap memperhatikan keluarganya. Pasangan suami istri yang mengembangkan karir mereka pada saat yang bersamaan dalam suatu pernikahan disebut sebagai dualcareer couples ( Hall & Moss, 2001 ). Ada beberapa hal yang menguntungkan dalam kehidupan pasangan dualcareer misalnya dukungan emosional dari pasangan ketika salah satu pasangan mempunyai masalah, karir istri dan suami sama-sama membantu menguatkan keuangan keluarga. Selain menguntungkan, kehidupan keluarga dual-career juga mempunyai kerugian misalnya kurang fleksibelnya waktu bekerja sehingga mengganggu acara keluarga ataupun kadang-kadang acara keluarga mengganggu waktu kerja. Kepuasan pernikahan seesorang yang rendah akan meningkatkan stress dan menurunkan Kesejahteraan Psikologisnya ( Ross et al, dalam Prasetya, 2005). Dengan Banyaknya pasangan Suami- Istri dengan karir ganda ( Dual Career Couples) dianggap sebagai Biang keladi atau penyebab utama meningkatnya angka perceraian secara drastic (Hall & Moss, 2001). Ada juga beberapa hal yang sekaligus memberikan keuntungan dan kerugian dalam kehidupan keluarga dual-career misalnya pembagian pekerjaan rumah dan letak geografis. Pembagian pekerjaan rumah dirasakan sebagai keuntungan ketika pembagian tugas yang sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan rumah sehingga pasangan tidak merasa memiliki pekerjaan yang lebih berat dari pasangan lainnya karena harus mengurusi rumah selain pekerjaan. Pembagian tugas pekerjaan rumah dirasakan sebagai hal yang merugikan yaitu pembagian

6 tugas rumah yang tidak merata sehingga menyebabkan salah satu pasangan umumnya istri merasa bahwa suami menghambat perkembangan karirnya dengan tidak bersedia membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. Letak geografis penempatan pekerjaan juga dapat mendukung atau bahkan mempersulit keadaan pasangan dual-career. Dunia pekerjaan saat ini semakin dipengaruhi oleh proses globalisasi dan berbagai aktivitas pekerjaan yang tidak dibatasi oleh letak geografis suatu wilayah (Gustafson, 2006). Beberapa pekerjaan menempatkan individu dekat dengan tempat tinggal dan keluarganya, namun ada juga pekerjaan yang menempatkan individu jauh dari tempat tinggal dan keluarga. Kesempatan karir bagi wanita yang semakin tinggi dan adanya kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di satu daerah geografis menyebabkan munculnya konflik untuk memilih karir mana yang harus didahulukan (Anderson,1992 dalam Rhodes, 2002). Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) dalam Republika (2012) menyatakan bahwa di tahun 2011 tingkat perceraian di Indonesia akan meningkat seperti di tahun sebelumnya yaitu yang tercatat selama periode 2005-2010 terjadi peningkatan perceraian hingga 70 persen. Oleh karena selalu adanya kenaikan lebih dari 10 persen di setiap tahun, sehingga tidak dipungkiri bahwa angka perceraian akan meningkat. Hal ini terlihat jelas lewat tulisan Rahman (2012) dalam kolom opini Kompasiana bahwa Pengadilan Agama Jakarta Selatan telah melaporkan adanya 3007 perkara perceraian dari awal tahun 2011 hingga Juni 2012.

7 Eksposnews (2012) dihadirkan data yang dirilis Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI bahwa pada tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia yang menikah adalah sebanyak 2 juta orang, sementara itu 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian. Hal ini berarti 8% dari pernikahan berakhir dengan perceraian. Sedangkan Berita Satu (2012) mencatat dalam BkkbN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) ada lebih dari 200.000 kasus perceraian di Indonesia setiap tahun, dan angka perceraian tersebut membuat Indonesia mencapai rekor tertinggi se-asia Pasifik. Olson dan DeFrain (2006) berusaha menjelaskan penyebab perceraian keluarga dengan memaparkan beberapa permasalah dari lingkungan sosial, yaitu: perubahan sosial yang cepat terutama terkait masalah ekonomi dan teknologi, persaingan ekonomi, tuntutan untuk bekerja sehingga waktu bertemu semakin sedikit, perubahan peran gender dan kekuasaan dalam keluarga yang diakibatkan oleh mulai banyak wanita bekerja, dan permasalahan keuangan keluarga akibat bergejolaknya perekonomian. Dari beberapa permasalahan yang dimunculkan oleh lingkungan sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan ekonomi penyebab perceraian adalah kondisi yang sangat sesuai untuk mengambarkan pasangan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari pernyataan Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Prof Dr Meutia Hatta dalam Pos kota (2012) bahwa faktor ekonomi menjadi penyebab terbanyak. Berdasarkan Data tersebut adalah 70 persen yang mengajukan cerai adalah istri, dengan alasan suami tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Senada dengan itu, Neng Dara Affiah selaku

8 Komisioner Komnas Perempuan dalam Sindo Weekly (2012) melihat ada sejumlah faktor yang menyebabkan peningkatan angka perceraian dan terutama dari faktor ekonomi, karena ketidakmampuan suami untuk menafkahi keluarga. Faktor ekonomi yang lainnya, yaitu: inflansi, tingginya biaya hidup, dan keinginan untuk hidup lebih baik mempengaruhi semakin tingginya tuntunan untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Tuntutan ini yang menjadi alasan utama wanita memilih untuk bekerja, meskipun sebenarnya alasan wanita untuk bekerja bisa juga disebabkan karena masalah di luar ekonomi (DeGenova, 2008). BPS Provinsi DKI Jakarta (2011) mencatat bahwa dibulan Februari 2011 angka wanita bekerja sebesar 1.671.010 orang dan ditahun berikutnya yaitu Februari 2012 terjadi peningkatan hingga mencapai 1.803.530 orang. Glass (dalam DeGenova, 2008) menyatakan bahwa dari penelitiannya dihasilkan ada perbedaan antara wanita yang bekerja di luar rumah dengan yang tidak. Wanita yang tidak bekerja di luar rumah akan fokus pada pekerjaan rumah tangga dan kehidupan seksualnya, sehingga bagi wanita bekerja, pekerjaan membuat mereka merasa terbebani, karena diharuskan bekerja dan mengurusi pekerjaan rumah tangga (DeGenova, 2008). Bagi individu yang sedang mengejar karir, konflik untuk memilih karir atau keluarga mungkin menjadi tantangan yang berat, apakah berhenti dari pekerjaan, atau mengambil kesempatan tersebut untuk memperoleh tingkatan karir yang lebih tinggi. Idealnya, tentu saja mencari pekerjaan yang menempatkan kedua pasangan pada satu wilayah, namun kenyataannya belum tentu pasangan

9 dual-career dapat memilih penempatan pekerjaan jika penempatan kerja di wilayah lain memberikan keuntungan bagi karir pasangan. Salah satu solusi tradisional adalah salah satu pasangan, khususnya istri, atau bahkan kedua pasangan untuk memilih dan mencari pekerjaan yang kurang menarik supaya dapat tetap tinggal dalam satu rumah (Anderson & Spruill,1993 dalam Rhodes, 2002). Pada keluarga yang menganut peran yang tradisional, biasanya karir suami dianggap lebih penting daripada karir istri sehingga istri harus mengikuti suami untuk pindah ke wilayah lain. Dapat disimpulkan bahwa perekonomian merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi keluarga masa kini, karena kondisi ini mengharuskan keduanya untuk bekerja dan disisi lain menjadikan waktu bersama pasangan berkurang. Minimnya waktu bersama pasangan ini yang kemudian menurunkan kepuasan pernikahan dan memunculkan peluang perceraian dalam rumah tangga. Pasangan bekerja kebanyakan adalah pasangan muda yang berada pada usia 20-40 tahun (Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Hal ini dikarenakan pada rentang usia tersebut merupakan usia yang produktif. Pasangan muda ini rata-rata berada di tahap awal pernikahan dimana baru beradaptasi dan menyesuaikan diri yaitu 1-5 tahun pernikahan (Sadarjoen, 2012). Pasangan muda di tahap awal pernikahan akan mengalami banyak perubahan dan hal-hal yang tidak diduga terutama mengurus anak, bekerja, dan rumah tangga sehingga kepuasan pernikahan menurun (Williams, Sawyer, & Wahlstrom, 2006). Sesuai dengan pernyataan Musdalifah dalam artikel Kementrian Agama Republik Indonesia (2012) bahwa

10 80% penyumbang terbesar perceraian adalah pasangan muda (usia perkawinan di bawah 5 tahun). Dari fenomena yang ada yaitu tingginya angka perceraian yang utamanya disebabkan karena situasi perekonomian yang makin buruk, tuntutan bagi pasangan untuk keduanya bekerja, tantangan mengatur waktu untuk bersama pasangan, serta mengurus pekerjaan, rumah tangga, dan anak menjadi sorotan utama yang digunakan untuk usaha peningkatan kepuasan. 1.2 Rumusan Masalah permasalahan: Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka, dapat dirumuskan 1. Bagaimana GambaranKepuasan Pasangan Dengan Pendapatan Istri Lebih Besar Daripada Suami? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu: Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kepuasan Pernikahan Pasangan dengan pendapatan Istri Lebih Besar Daripada Suami. Dimana penelitian sebelumnya terdapat ketidakpuasan di dalam waktu luang sehingga peneliti ingin melihat lebih jauh apakah terdapat ketidakpuasan lainnya di dalam aspek-aspek kepuasan pernikahan.

11 1.4 ManfaatPenelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi ranah psikologi klinis terutama yang terkait dengan keluarga dan pernikahan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengembangan disiplin ilmu psikologi lainnya, misalnya: psikologi sosial. 2. Manfaat Praktis Memberi pengetahuan bagi pasangan suami-istri yang keduanya bekerja bahwa terdapat Konflik di dalam Kepuasan Pernikahan. Memberikan pengetahuan bagi para ahli konseling atau pun terapi bahwa terdapat Konflik yaitu Kepuasan Pernikahan pasangan dengan Pendapatan Istri Lebih Besar Daripada Istri.