BAB I PENDAHULUAN. menyaingi keadidayaan Amerika Serikat dan mayoritas negara maju di benua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tersebut, melahirkan berbagai macam bentuk kebudayaan. manusia (ningen no seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN UMUM MAKNA SIMBOLIK PADA TATO (HORIMONO/IREZUMI) DALAM MASYARAKAT JEPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB I PENDAHULUAN. tindak kriminal sudah tertancap di benak kita. Citra buruk terhadap mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak asing lagi di telinga masyarakat pengertian dan pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN. jenis, media massa elektronik, media massa cetak, dan media massa online.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan Walter dalam Sobur, 2004:164). Hidup senantiasa digerakkan oleh simbolsimbol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suryohadiprojo (1982: ), rakyat Jepang pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Bab 1. Pendahuluan. Candrasengkala sebagai..., Meirissa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode,

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga. berpola dari manusia dalam masyarakat.

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

Bab 1. Pendahuluan. Kebudayaan Jepang merupakan kebudayaan yang sangat erat dengan alam.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di media cetak maupun elektronik. Tindik atau body piercing

Bab 1. Pendahuluan Latar Belakang Untuk dapat memahami makna dari suatu ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang) tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

Dampak Perubahan Sosial Budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dituliskan, seperti menceritakan cerita yang bersifat imajinasi, dongeng, dan cerita

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua bangsa memiliki kebudayaan masing-masing. Dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh kuat dari Negara Cina baik dari segi pengetahuan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang sebagai negara besar dan maju memiliki kebudayaan yang kaya akan eksotisme dan mengundang banyak orang mempelajarinya. Sebagai salah satu negara kuat, baik dalam hal identitas dan kekuatan ekonomi yang mampu menyaingi keadidayaan Amerika Serikat dan mayoritas negara maju di benua Eropa, pengaruh Jepang tidak hanya dalam ruang lingkup ekonomi semata. Melalui jalur perekonomian, Jepang secara tidak langsung mulai menancapkan pengaruh-pengaruh kebudayaannya dalam komunitas masyarakat dunia. Hal ini membuat kebudayaan Jepang mulai diterima oleh masyarakat dengan kebudayaan berbeda dan menjadi salah satu kebudayaan yang universal. Menurut C.K Luckhon dalam Koentjaraningrat (1976:203-204), unsurunsur kebudayaan universal dalam kebudayaan di dunia ada tujuh buah unsur universal, yaitu : (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) mata pencaharian atau ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) religi, (7) kesenian. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Yang termasuk dalam kesenian adalah didalamnya seni musik, seni tari, seni pahat/ukir, seni lukis, seni rupa dan lain-lain. Tato merupakan sebuah seni, dalam hal ini dapat digolongkan kedalam seni lukis. Secara spesifik, tato merupakan sebuah seni rajah tubuh yang berkembang di berbagai negara di dunia tidak terkecuali Jepang. Tato dianggap sebagai salah satu bentuk kesenian karena proses menato merupakan sebuah proses kreativitas yang

mencakup proses mendesain bentuk, aplikasi desain dalam media berupa tubuh manusia, hingga pewarnaan yang memerlukan tidak sekedar teknik, tapi juga sense of art dan ketelitian. Seni tato merupakan suatu hasil kebudayaan yang berupa gambar yang didalamnya terdapat makna. Makna pada gambar hanya dapat dipelajari melalui makna semiotik, dimana makna semiotik menurut Pierce (1992: 1), mengatakan: tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Beberapa kelompok masyarakat di dunia masih memandang tato sebagai hal yang negatif. Dalam artian bahwa orang yang memiliki tato dianggap sebagai orang yang jahat, preman atau merupakan perilaku kriminal dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, di Indonesia sendiri masih banyak kelompok masyarakat yang menilai orang-orang yang bertato sebagai orang jahat atau sering disebut dengan preman. Walaupun faktanya pada beberapa suku di Indonesia, tato merupakan bagian dari prosesi adat dan ritus keagamaan. Contohnya pada masyarakat suku Mentawai, Dayak, dan Bali. Sementara itu di Jepang, orang yang memiliki tato identik dengan yakuza 1. Yakuza secara umum diidentikkan dengan organisasi yang penuh dengan kekerasan dan kekejaman sehingga ditakuti dalam masyarakat. Yakuza memiliki latar belakang yang panjang dan cukup unik sehingga membuatnya berbeda dari organisasi-organisasi kriminal lainnya di negara-negara lain di dunia. 1 Yakuza merupakan suatu bentuk organisasi kriminal yang terbentuk pertama kali pada zaman Edo, tepatnya pada pemerintahan Shogun Tokugawa dan sampai sekarang organisasi ini masih tetap eksis dalam masyarakat Jepang serta merupakan organisasi terbesar di Jepang.

Di Jepang sendiri tato pada awalnya merupakan sebuah bagian dari ritus keagamaan pada masyarakat asli Jepang yaitu bangsa Ainu di Zaman Jomon. Pada perkembangan selanjutnya, tato mulai mengalami pergeseran makna karena dijadikannya tato sebagai bentuk hukuman yang digunakan untuk mengasingkan pelanggar hukum dari masyarakat, yang biasanya terdapat di sekitar lengan untuk setiap kejahatan yang dilakukannya. Tato pun dapat memiliki makna lain selain sebagai hukuman, diantaranya adalah sebagai penanda anggota suatu perkumpulan masyarakat. Jika setiap orang dalam satu kelompok masyarakat melakukan suatu kegiatan yang sama maka setiap orang di dalam kelompok itu juga harus melakukan hal yang sama. Hal tersebut juga berlaku dalam organisasi yakuza 1 yang diidentikkan dengan tato. Oleh karena itu semua anggota yakuza harus ditato. Pada saat ini tato digunakan sebagai simbol atau lambang dari masing-masing organisasi yakuza tempat dia bergabung. Dalam bahasa Jepang, tato dikenal dengan istilah horimono ( 彫り物 ) Secara harfiah kata horimono berasal dari kata hori yang berarti ukiran atau pahatan. Sedangkan mono adalah barang atau benda. Jadi horimono adalah benda yang berukir atau berpahat. Namun kata tersebut biasanya digunakan untuk kegiatan mengukir/memberi ornamen pada mata pedang. Atau irezumi ( 入れ墨 atau 入墨,) secara harfiah berarti "memasukkan tinta". dipakai untuk kegiatan merajah tubuh yang disebut irezumi. Akan tetapi irezumi selalu diidentikkan untuk merajah tubuh seorang kriminal.

Oleh karena itu lebih sering digunakan kata horimono untuk merujuk ke kegiatan pentatoan agar tidak selalu identik dengan narapidana (kriminal). Kata horimono dianggap lebih sopan dan dapat digunakan untuk menunjuk berbagai jenis rajahan (Animonster volume 119, Horimono:Japanese Tattoos Februari 2009). Proses penatoan tradisional Jepang merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan. Peralatan yang digunakan terbuat dari tulang kayu yang dipahat dan pada ujungnya dipasang jarum. Proses ini memakan waktu yang tidak sebentar, bahkan untuk tato seluruh tubuh waktu yang diperlukan bisa mencapai lebih dari 100 jam tergantung dari gambar yang diinginkan oleh seseorang yang ingin membuat gambar tato tersebut. Kegiatan menato seluruh tubuh ini bukan hanya digunakan oleh anggota yakuza di Jepang. Kegiatan ini juga dilakukan oleh anggota kelompok mafia di Amerika seperti Mara Salvatrucha atau yang lebih dikenal sebagai MS 13 dan kelompok TRIAD yang merupakan bentuk lain mafia di negara China. Umumnya pemilik tato menyatakan bahwa mereka menggambar tato di tubuhnya karena dianggap memiliki nilai artistik. Gambar yang biasa dijadikan desain tato adalah gambar binatang, gambar bunga, gambar dewa, gambar pahlawan dan tokoh kabuki. Dari setiap gambar tato tersebut memiliki makna simbolik masing-masing. Misalnya, ada yang bermakna pertahanan, pengawalan, kebahagiaan, ketabahan, keberuntungan, pengabdian, dan lain-lain. Keterkaitan antara gambar tato dan pemaknaan tersebut sangat menarik untuk dibahas pada skripsi ini. Dengan demikian, penulis dalam skripsi ini ingin membahas tentang

makna simbolik dari gambar-gambar tato tradisional Jepang (horimono) khususnya yang bergambar binatang. Dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk membahas mengenai tato tradisional Jepang (horimono), mulai dari sejarahnya, makna simbolik yang terkandung dalam setiap gambar horimono hingga perkembangannya. 1.2. Perumusan Masalah Tidak mudah menghilangkan image negatif tato dalam masyarakat mengingat perkembangan tato yang diidentikkan dengan perkembangan aktivitas kriminalitas individu dan kelompok. Apalagi pembahasan yang cenderung terekspos mengenai tato di berbagai media baik itu cetak maupun elektronik memperburuk citra tato dengan hanya menampilkan tato sebagai representasi dari vandalisme (aktifitas perusakan dan kekerasan ) dan kriminalitas. Namun tidak dapat dipungkiri masih banyak peminat tato sebagai seni yang bertahan ditengah terpaan isu dan kritik negatif masyarakat konservatif. Tato sebagai bentuk seni rupa memiliki sejarah yang awalnya positif dan tercatat sebagai bagian kebudayaan yang terus lekat dalam perkembangan masyarakat modern. Seperti tato Jepang (horimono/irezumi) yang telah berkembang ke berbagai penjuru dunia. Horimono terkenal karena keunikannya, keindahannya desain dan warnanya serta teknik pembuatannya yang tidak dapat disamakan dengan tato-tato lainnya yang ada di dunia ini. Gambar-gambar horimono/irezumi biasanya berupa hewan-hewan mitologi tradisional, dewa-dewa, tokoh spiritual dan pahlawan, binatang,

tumbuhan seperti bunga peony yang merepresentasikan sebuah makna bagi pemilik tato. Sejarah unik dan makna simbolik yang terkandung dalam sebuah gambar tato tanpa disadari bagi masyarakat umum memiliki arti tersendiri, sama halnya dengan bentuk-bentuk seni lainnya yang ada dalam sebuah kebudayaan. Makna-makna simbolik yang terkandung dalam setiap gambar tato (horimono/irezumi) khususnya yang bergambar binatang seperti naga, singa anjing, kura-kura, harimau, ikan koi, dan ular yang masing-masing memiliki makna pertahanan, pengawalan atau perlindungan, panjang umur, kebahagiaan, kekuasaan, keganasan, ketekunan, keberanian, kesuburan dan lain-lain. Sehingga keterkaitan antara gambar tato dengan makna simbol tersebut menjadikan gambar tato ini menarik. Hal tersebut diatas menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti makna-makna yang terkandung dalam gambar-gambar tato tradisional Jepang (horimono) khususnya yang bergambar binatang dan menuntaskan pertanyaanpertanyaan mengenai makna tato itu sendiri. Untuk itu penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Makna simbolik apa yang terkandung dalam gambar-gambar binatang pada tato Jepang (horimono/irezumi)? 2. Bagaimanakah pandangan orang Jepang mengenai makna-makna yang terdapat dalam gambar-gambar tato Jepang (horimono/irezumi)? 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam pembahasannya penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan

berkembang jauh sehingga masalah yang akan dibahas dapat lebih terarah dalam penulisan nantinya. Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang akan dibahas difokuskan pada interpretasi makna simbolik yang terkandung pada tato tradisional Jepang yang bergambar binatang yang umumnya sering digunakan sebagai objek pembuatan tato. Untuk mendukung penelitian ini penulis akan menjelaskan juga mengenai : 1. Pengertian dan sejarah tato secara umum 2. Makna yang terkandung dalam gambar horimono/irezumi yang bergambar binatang 3. Gambar-gambar tato 4. Pandangan masyarakat Jepang tentang tato atau horimono/irezumi 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka Menganalisa data pada umunya ataupun isi dari suatu kebudayaan masyarakat tertentu, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu unsur-unsur kebudayaan universal (cultural universal). Kebudayaan universal adalah unsur-unsur yang ada dalam semua kebudayaan di seluruh dunia, baik yang kecil, yang bersahaja, terisolasi maupun yang besar dan kompleks dengan suatu jaringan hubungan yang luas. Menurut Suryohadiprojo (1982 : 192), kebudayaan adalah hasil dari budi-daya dan hasil dari pemikiran manusia. Menurut C.K Luckhon dalam Koentjaraningrat (1976:203-204), unsur-unsur kebudayaan universal dalam kebudayaan di dunia ada tujuh buah

unsur, yaitu : (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) mata pencaharian atau ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) religi, (7) kesenian. Tato merupakan bagian dari hasil kesenian, termasuk didalamnya horimono/irezumi di Jepang. Tato merupakan adaptasi dari bahasa Inggris, yaitu tattoo yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah rajah. Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi Edisi ke-4 (2008) tato adalah gambar (lukisan) pada kulit tubuh. Tato merupakan salah satu seni body decorating dengan menggambar kulit tubuh dengan alat tajam (berupa jarum, tulang, dan sebagainya), kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna-warni. 1.4.2. Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan landasan teori dalam mengungkapkan kebenaran yang terdapat di dalamnya. Jika membicarakan makna simbolik yang terkandung dalam horimono atau irezumi, erat kaitannya dengan simbol atau gambar yang ada pada tubuh seseorang. Oleh karena itu, pembahasan mengenai makna simbolik horimono/irezumi memerlukan pendekatan semiotik atau teori semiotika. Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna semiotik menurut Pierce (1992: 1), yaitu ia mengatakan tandatanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.

Selain itu, penulis juga menggunakan teori interaksi simbolik yang bercikal bakal dari faham fenomenologi, berusaha memahami tentang suatu gejala erat hubungannya dengan situasi, kepercayaan, motif pemikiran yang melatarbelakangi. Moeleong, (2000:9) mengatakan, Penekanan kaum Fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mangerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Teori interaksi simbolik berpandangan bahwa seseorang berbuat dan bertindak bersama dengan orang lain, berdasarkan konsep makna yang berlaku pada masyarakatnya; makna itu adalah produk sosial yang terjadi pada saat interaksi; aktor sosial yang terkait dengan situasi orang lain melalui proses interpretasi atau tergantung kepada orang yang menafsirkannya (Jhonson Pardosi dalam Logat Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume IV No. 2 Oktober Tahun 2008). Interaksi simbolik menurut Effendy (1989: 352) adalah suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi, suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat berlangsung internalisasi atau pembatinan. Selain itu, penulis juga akan menyinggung tentang sejarah munculnya tato sehingga dalam penelitian ini penulis juga akan menggunakan pendekatan historis. Menurut Ratna (2004 : 66), pendekatan historis melihat konsekuensi

karya sastra sebagai sarana untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas dimana karya sastra adalah gambaran kehidupan masyarakat di zamannya. Dalam perjalanan historisnya, horimono/irezumi mengalami perkembangan dan mengalami banyak perubahan mulai dari cara pembuatannya hingga makin banyaknya pilihan gambar. Dan perubahan-perubahan tersebut tidak lepas dari kondisi masyarakat pendukungnya. Berdasarkan beberapa pendekatan diatas seperti pendekatan semiotik, digunakan penulis untuk menginterpretasikan tanda-tanda atau simbol-simbol yang ada dalam tato. Pendekatan interaksi simbolik digunakan penulis untuk menjelaskan segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol. Dan pendekatan historis digunakan penulis untuk menjelaskan tentang sejarah tato. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana sejarah tato dan horimono/irezumi serta perkembangannya hingga sekarang. b. Untuk mengetahui makna simbolik apa saja yang terkandung dalam setiap gambar horimono/irezumi.

1.5.2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat dan berguna bagi pihak-pihak tertentu, yaitu : 1. Bagi peneliti sendiri dapat menambah wawasan mengenai sejarah dan perkembangan tato serta makna yang terkandung dari setiap gambar horimono/irezumi atau tato Jepang khususnya yang bergambar binatang. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa Sastra Jepang pada khususnya tentang makna dari gambar horimono/irezumi yang bergambar binatang. 1.6. Metode Penelitian Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan semiotik, dimana penelitian ini dilakukan seobjektif mungkin berdasarkan fakta yang ada dengan pengkajian tanda atau simbol dan makna. Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu dalam memecahkan masalah penelitian, mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasikan data. Menurut Endraswara (2008:5), metode penelitian yang menggunakan metode deskriptif merupakan sebuah penelitian terurai dalam bentuk kata-kata

atau gambar jika diperlukan, bukan berbentuk angka. Penelitian ini juga mencakup penelitian secara kualitatif. Endraswara (2008:5) kembali menjabarkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak menggunakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Dengan metode tersebut diatas, penulis akan menganalisa makna simbolik yang terdapat dalam horimono atau irezumi melalui gambar-gambarnya. Untuk dapat mendeskripsikan suatu masalah dengan tepat dan akurat serta penelitian yang berkesinambungan berkesinambungan maka sebagai pendukung digunakan metode kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang ditujukan untuk mewujudkan jalan memecahkan permasalahan penelitian. Beberapa aspek penting perlu dicari dan digali, meliputi : masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan dan saran (Nasution, 2001 : 14) Dengan kata lain, studi kepustakaan (library research) adalah pangumpulan data dengan cara membaca buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Data yang diperoleh dari referensi tersebut kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan serta saran. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode terjemahan ( translation method ) yaitu metode yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan (analisis, pengalihan, penyerasian) penerjemahan (Machali, 2000 : 48). Karena data dan sumber bacaan yang diperoleh hampir seluruhnya menggunakan teks bahasa Inggris.

Dalam metode ini, penulis memanfaatkan sumber-sumber yang didapatkan dari koleksi pribadi dan koleksi buku di perpustakaan pusat USU, perpustakaan pusat dan jurusan Sastra Jepang Universitas Bung Hatta, perpustakaan Konsulat Jenderal Jepang di Medan serta jurnal-jurnal ataupun artikel-artikel yang dimuat di majalah maupun internet sebagai sumber data.