JURNAL LITTRI VOL. 11 NO. 1, MARET : POLA PERTUMBUHAN DAN SERAPAN HARA N, P, K TANAMAN BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) ROSITA SMD, MONO RAHARDJO dan KOSASIH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jl. Tentara Pelajar No., Bogor ABSTRAK Komoditas bangle belum banyak diteliti termasuk masalah teknologi budidayanya. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pola pertumbuhan dan serapan hara N, P dan K sebagai petunjuk untuk pengelolaan kebutuhan hara khususnya N, P, dan K pada budidaya bangle. Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Bogor pada bulan Mei 1 sampai Maret. Jenis tanah Latosol dengan ketinggian tempat m di atas permukaan laut (dpl). Bahan yang digunakan adalah aksesi unggulan diperoleh dari Jawa Tengah. Pupuk dasar yang digunakan adalah urea kg/ha, SP kg/ha dan KCl kg/ha serta ton/ha pupuk kandang. Ukuran petak x 1, m, jarak tanam x cm. Pengamatan pola pertumbuhan dan serapan hara dilakukan pada beberapa tingkat umur panen (,,,,, 7,, 9, dan bulan setelah tanam). Setiap pengamatan terdiri atas contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan (tinggi, jumlah anakan, jumlah, jumlah akar, bobot kering ) semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Produksi minyak atsiri bangle pada umur bulan setelah tanam mencapai 1. ml per. Untuk menghasilkan biomas sebanyak 71, g per dengan hasil simplisia kering 17,97 g per, diperlukan serapan hara sebanyak, g N, 1,7 g P, dan, g K per. Hara N, P dan K terakumulasi lebih besar pada dibandingkan dengan tajuk dan akar. Kata kunci : Bangle, Zingiber purpureum Roxb, pola pertumbuhan, laju pertumbuhan, hara ABSTRACT Growth pattern and nutrient uptake of N, P and K on purple ginger (Zingiber purpureum Roxb) One of the problems in cultivation of purple ginger (Zingiber purpureum Roxb) is limited cultivation technology. Therefore, the study on its growth pattern and nutrient uptake of N, P, and K is very important to support its cultivation technology. The objective of the research was to find out data of growth pattern, growth rate, nutrient uptake, and simplisia quality. Field trial was conducted in farmers land in Bogor from May 1 to March. The soil is latosol and the altitude is m asl. Plot size was x 1,m, and plant spacing was x cm. Observation on the growth pattern and nutrient uptake were carried out at different ages of :,,,,, 7,, 9, and months after planting. Six samples were taken at every growth stage of the plant. The results showed that the growth rate and the nutrient uptake of N, P, and K linearly increased, in line with the increase of plant ages. Yield of essential oil at MAP was 1. ml/plant. The amount of dry weight accumulation was 71. g/plant, to produce 17.97 g simplisia/plant needed nutrient uptake of N, P and K, respectively was., 1.7 and. g/plant. Key words : Purple ginger, Zingiber purpureum Roxb, growth pattern, growth rate, plant nutrient PENDAHULUAN Bangle (Zingiber purpureum Roxb) merupakan salah satu jenis dari famili Zingiberaceae. Simplisia bangle termasuk 1 besar yang digunakan industri obat tradisional dan kosmetika tradisional. Permintaan simplisia bangle untuk industri obat tradisional terjadi peningkatan dari ton pada tahun 19 menjadi ton pada tahun 199 (DEPKES, 199). Rimpang bangle mengandung minyak atsiri kurang dari % dengan komponen yang dikandungnya sineol, pinen, sesquiterpen (DEPKES, 199; SYAMSUHIDAYAT dan HUTAPEA, 1991). Rimpang bangle tidak pernah digunakan sebagai bumbu masak, akan tetapi sering digunakan sebagai bahan obat-obatan antara lain obat cacing (GUNARTI dan MAYANGSARI, ), sakit kuning (SUPARTO et al., ), juga obat demam, sakit kepala, batuk berdahak, nyeri perut/masuk angin, sembelit, reumatik, ramuan jamu untuk wanita setelah melahirkan, jamu susut perut (WIJAYAKUSUMA et al., 199). Bagian bermanfaat sebagai obat tidak nafsu makan dan perut kembung (WIJAYAKUSUMA et al., 199). Komoditas ini belum banyak diteliti termasuk masalah teknologi budidaya. Salah satu komponen teknologi budidaya yang sangat penting adalah tersedianya hara atau berapa besar kebutuhan terhadap unsur hara untuk mencapai pertumbuhan dan produktivitas yang optimum. Hara N, P dan K merupakan yang terbanyak diserap oleh, apabila terjadi kekurangan akan mempengaruhi menurunnya aktivitas pertumbuhan dan produktivitas. Nitrogen terdapat pada semua asam amino dan beberapa ikatan penting lainnya (purin dan pirimidin) (PRAWIRANATA et al., 191). Kadar N terkandung di dalam protein sebesar 1% dan 7% unsur N di berada dalam kloroplas. Unsur N di dalam seluruh ratarata % berada dalam plastida (EPSTEIN, 197). Terbatasnya penyediaan N di tanah, berdampak segera menghambat atau menghentikan pertumbuhan (PRAWIRANATA et al., 191).
ROSITA SMD et al. : Pola pertumbuhan dan serapan hara N, P, K bangle (Zingiber purpureum Roxb.) Unsur P relatif lebih sedikit jumlahnya diserap oleh dibandingkan dengan unsur N dan K. Namun fungsi unsur P sangat penting karena merupakan sumber energi pada setiap proses metabolisme. Pupuk P yang diberikan, sebagian besar tidak tersedia oleh karena terserap di dalam tanah. Penyerapan unsur P dan K dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk kandang. Kalium terdapat banyak dalam jaringan-jaringan meristem, sedikit di dalam biji dan buah (PRAWIRANATA et al., 191). Kandungan K dalam kloroplas diperkirakan tiga kali lipat daripada kandungan di dalam sitoplasma dan vakuola. Sedangkan - % dari K di merupakan unsur yang mobil di dalam tumbuhan dan merupakan ion monovalen terbanyak yang terdapat di dalam jaringan tumbuhan. Fungsi K di dalam metabolisme tumbuhan adalah sebagai katalisator dan memegang peranan penting di dalam sintesa protein dari asam-asam amino dan hidrat arang. Peranan lain dari K adalah memacu translokasi hasil fotosintetis dari ke bagian lain. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pola pertumbuhan dan serapan hara N, P dan K pada bangle. Dengan diketahuinya pola pertumbuhan dan serapan hara setiap fase pertumbuhan dapat menentukan arah pengelolaan ditinjau dari kebutuhan hara N, P dan K, sehingga produktivitas mencapai optimal. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di lahan petani, dengan jenis tanah Latosol, Desa Kayu Manis Bogor, dengan ketinggian tempat m (dpl), pada bulan Mei 1 sampai Maret. Bahan yang digunakan merupakan aksesi unggulan diperoleh dari Jawa Tengah. Pupuk dasar yang digunakan adalah kg/ha urea, kg/ha SP, kg/ha KCl serta ton/ha pupuk kandang (SUDIARTO et al., 1). Pupuk kandang, SP dan KCl diberikan bersamaan tanam dan urea diberikan 1 bulan setelah tanam. Jumlah petak percobaan adalah 9 petak dengan ukuran petak adalah x 1, m, jarak tanam x cm atau populasinya /petak. Pengamatan pola pertumbuhan dan serapan hara dilakukan pada beberapa tingkat umur panen, masingmasing ; ; ; ; ; 7; ; 9; dan bulan setelah tanam (BST). Pengambilan contoh yaitu diambil yang seragam secara acak di setiap bedengan, sebanyak untuk setiap tingkatan umur. Untuk analisis data komponen pertumbuhan dilakukan secara deskriptif dengan melihat nilai tengah dan simpangan baku dari masing-masing komponen pengamatan pada setiap bulan. Data yang diamati adalah tinggi, jumlah anakan, jumlah, jumlah akar, diameter, panjang, bobot segar, bobot kering, batang, akar dan (simplisia), kadar minyak atsiri, serta kadar hara N, P dan K di dalam jaringan umur BST. Analisis kadar hara N dengan metode Kjeldahl, P dengan spektrofotometri, K dengan flamefotometri dan minyak atsiri secara destilasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Laju pertumbuhan tinggi bangle melaju pesat mulai dari umur - BST, pertumbuhannya,9-7, cm/bulan. Laju pertumbuhan tinggi mulai melambat,9,1 cm/bulan pada umur BST, dan menurun tajam pada umur 9 BST (,, 9 cm/bulan). Tinggi mencapai maksimal pada umur BST yaitu 17, cm. Jumlah anakan meningkat secara cepat dengan bertambahnya umur mulai umur -7 BST dengan kecepatan yaitu 1,, anakan/bulan, kemudian pertumbuhan mulai lambat pada umur BST. Jumlah anakan maksimum rata-rata pada adalah 1, anakan/. Laju pertumbuhan jumlah sama halnya dengan pertumbuhan jumlah anakan dan tinggi. Pertumbuhan pesat mulai umur 7 BST ( 1 / bulan) dan mulai menurun pada umur BST (,,7 /bulan). Jumlah maksimal pada umur BST mencapai, /. Laju pertumbuhan yang paling menonjol pada jumlah dan jumlah anakan terjadi pada umur 7 BST, masing-masing 1 /bulan dan anakan/bulan. Jumlah akar meningkat dengan bertambahnya umur. Laju pertumbuhan jumlah akar pada umur BST BST yaitu, 7, akar/bulan. Jumlah akar pada umur BST mencapai,7 akar/. Pola pertumbuhan ditampilkan dengan laju pertumbuhan tinggi (Gambar 1), jumlah dan jumlah akar (Tabel 1), sedangkan jumlah anakan (Gambar ), pola pertumbuhan tinggi dan jumlah anakan membentuk pola kuadratik. Tabel 1. Table 1. Tinggi, jumlah anakan, jumlah dan jumlah akar bangle umur - BST Plant height, tiller number, leaf number and number of purple ginger MAP Tinggi (cm) Plant height Jumlah anakan (per ) Tiller number Jumlah (per ) Leaf number Jumlah akar (per ) Root number,,17 1, 1,,,, 1, 9,1, 99, 9, 11,7, 1,17 7,17 1, 7, 1,, 7 1, 1, 1, 7, 17, 1, 9, 17,7 9 1, 1,17,, 17, 1,,,7
JURNAL LITTRI VOL. 11 NO. 1, MARET : Gambar 1. Tinggi bangle umur BST Figure 1. Plant height of purple ginger MAP Jumlah anakan (per) Tinggi (cm) pla nt height tiller number 19 1 9 Gambar. Jumlah anakan bangle umur BST Figure. Tiller number of purple ginger MAP ta naman (bula n) plan t age (mo nth) Y = -,1 +, 9X - 1,99 X R =,99* * Y = -,71 19 +, X -, 717 1X R =,9* * tana man (bula n) plant age (mo nth) Diameter terbesar pada, umur BST adalah,7, mm (Tabel ). Rimpang bangle mulai terbentuk pada umur BST dengan ukuran besar (diameter),7 mm. Peningkatan ukuran terus terjadi hingga umur BST. Pada awal pertumbuhan (- BST) laju pertumbuhan ukuran adalah tinggi (,-, mm/bulan), kemudian ukuran menurun pada umur (- BST) dengan laju (1,-1, mm/bulan), kemudian meningkat kembali pada umur (9- BST) dengan laju,77 mm/bulan. Awal pertumbuhan akumulasi fotosintat yang dialokasikan ke untuk pertumbuhan ukuran besar dan ke bagian vegetatif samasama aktif. Pada akhir pertumbuhan waktu umur 9- BST, terjadi retranslokasi fotosintat dari bagian vegetatif ke bagian sehingga laju pertumbuhan kembali meningkat. Panjang pada umur BST adalah, cm dan mencapai maksimal pada umur BST (,7 cm) (Tabel ). Panjang terus meningkat sampai umur 7 BST, kemudian relatif stabil pada umur BST hingga BST, berarti pertumbuhan untuk panjang mempunyai batas maksimal. Bobot segar bangle meningkat dengan bertambahnya umur membentuk pola kuadratik (Gambar ). Bobot segar pada umur BST mencapai 7, g/. Laju pertumbuhan masih sangat lambat pada umur - BST yaitu,1 1, g/bulan. Pertumbuhan vegetatif tinggi, jumlah anakan, jumlah dan jumlah akar mulai melambat pada BST, diduga pada fase ini energi banyak dialirkan untuk pengisian. 7 7 9 9 Laju pertumbuhan menjadi cepat pada umur BST (,,77 g/bulan), laju pertumbuhan bukan diakibatkan oleh meningkatnya ukuran namun diakibatkan oleh bertambahnya anak. Selain meningkatnya akumulasi fotosintat menuju ke, pada umur BST terjadi juga retranslokasi fotosintat dari bagian vegetatif menuju, sehingga laju pertumbuhannya meningkat pesat. Pengisian terjadi sampai umur BST, hal ini sejalan dengan pola pengisian pada temu ireng (DJAZULI et al., 1). Akumulasi bobot kering batang + (tajuk) pada umur - 7 BST adalah lebih tinggi dibandingkan dengan bobot kering dan akar. Selanjutnya pada umur BST, bobot kering adalah tertinggi dibandingkan dengan bobot kering tajuk dan akar. Pada fase pertumbuhan akhir ( BST) akumulasi biomas tertinggi adalah di (17,97 g), kedua di tajuk (batang + ) (, g) dan terendah adalah akar (7,79 g) (Tabel ). Berdasarkan bobot kering (simplisia) dan kadar minyak atsirinya, dapat diketahui produksi minyak atsiri pada bangle (Tabel ). Produksi minyak atsiri meningkat dengan bertambahnya umur membentuk pola kuadratik (Gambar ). Pada umur 7 BST peningkatannya lambat yaitu,7 1, ml/bulan. Namun pada umur 9 BST peningkatannya lebih cepat (,1,1 ml/bulan) kemudian menurun kembali pada umur BST (,7 ml/bulan) dengan produksi minyak atsiri sebanyak 1, ml/. Tabel. Diameter, panjang dan bobot segar per rumpun bangle umur sampai dengan BST Tabel. Diameter of, lenght of, fresh weight of of purple ginger MAP Bobot segar (kg/tan) Diameter (mm) Diameter of Panjang (cm) Length of Bobot segar Fresh weight of (g/plant),7,,1,,,7, 1, 9,9,7 1, 11,9, 7, 1,9 7,7 7, 1.7,, 1, 1.97, 9 9,,.,9,,7.7, fresh dry weigh 1 Y = -,1 9 -, 9 X +, X R =,9** 7 9 ta nama n (bula n) plant age Gambar. Bobot segar bangle umur BST Figure. Fresh weight of of purple ginger MAP
ROSITA SMD et al. : Pola pertumbuhan dan serapan hara N, P, K bangle (Zingiber purpureum Roxb.) Tabel. Akumulasi biomas kering bangle umur - BST. Table. Accumulation of dry biomass of purple ginger MAP batang dan Dry weight of stem and leaves akar Dry weight of s Dry weight of,,71,9 1,,7,9,9,1 11, 97,71, 7,7 11,,, 7 17,,99 1,1 11,9,1 1,9 9,, 77,, 7,79 17,97 Tabel. Kadar dan produksi minyak atsiri pada bangle umur - BST Table. Content and yield of essential oil of purple ginger MAP Minyak ats iri (ml/tan) Essential oil (ml/ plant) Kadar minyak atsiri (%) Essential oil content Produksi minyak atsiri (ml/) Yield of essential oil.1.1.7......7 1. 7..7.1 7. 9. 11..9 1. 1 1 Y =.79-1.7997X +.9 X R =.9** 7 9 Um ur t a na m an (b ula n) Gambar. Produksi minyak atsiri pada bangle umur - BST Figure. Yield of essential oil of purple ginger MAP Kadar minyak atsiri pada umur BST mencapai,9%. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian RAHARDJO et al.(), pada lokasi dan waktu yang sama menghasilkan kadar minyak atsiri 1,1,%. Berdasarkan produksi bahan kering dan kadar hara di dalam jaringan, terlihat bahwa jumlah hara N, P, dan K yang diserap oleh semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot kering. Serapan hara N bangle umur BST pada tajuk berkisar,,7 g, akar,1, g dan,1,9 g (Tabel ). Serapan hara N pada umur 7 BST pada tajuk lebih tinggi dibandingkan pada, pada fase-fase vegetatif hara N banyak terakumulasi dibagian vegetatif. Tanaman umur 7 BST merupakan fase pembentukan vegetatif yang aktif dan umur BST beralih ke fase generatif yaitu pertumbuhan lebih aktif. Sehingga unsur N lebih banyak dialokasikan ke bagian-bagian pertumbuhan yang lebih aktif. Serapan hara N pada lebih tinggi dibandingkan dengan akar dan tajuk setelah berumur BST. Serapan hara N total berkisar,, g/. Laju serapan hara N total terus meningkat sampai umur 9 BST (,, g/bulan), kemudian menurun setelah umur BST (,9 g/bulan). Serapan hara P bangle umur BST tersaji pada Tabel. Serapan hara P di tajuk berkisar,1, g/,,,1 g/ dan di, 1, g/. Serapan hara P total berkisar,1 1,7 g/. Laju serapan hara P total terus meningkat mulai umur BST (,,7 g/bulan) dan kemudian pada umur 9 BST menurun dengan laju serapan hara sebesar (,1, g/bulan). Seperti pada unsur N, unsur P banyak terakumulasi pada tajuk sewaktu berumur 7 BST. Pada fase ini merupakan pembentukan vegetatif yang sedang aktif, kemudian pada umur BST unsur P lebih banyak terakumulasi di. Pada saat ini proses metabolisme di bagian generatif lebih aktif dibandingkan di bagian vegetatif. Tabel. Serapan hara N bangle umur - BST. Table. purple ginger MAP di Total serapan hara N Total N uptake,,1,1,,,,, 1,7,,1 1,9 1,7,1,,17,1,,9,1 7,1, 1,1,,1,,,9 9,9,7, 7,79,7,,9, Tabel. Serapan hara P bangle umur - BST Table. purple ginger MAP di Total serapan hara P Total P uptake,1,,,1,,1,1,,1,1,,1,,,1,,,,19,1 7,,11,9,9,9,1 1,1 1, 9,9,1 1, 1,,,1 1, 1,7
JURNAL LITTRI VOL. 11 NO. 1, MARET : Serapan hara K pada umur BST sampai BST tersaji pada Tabel 7. di tajuk berkisar, sampai, g/,, sampai, g/ dan di,1 sampai, g/. Total serapan hara K adalah,1 sampai, g/. Serapan hara K total meningkat hingga berumur BST, kemudian menurun, selanjutnya meningkat kembali pada umur BST. Serapan hara K di tajuk meningkat sampai umur BST kemudian menurun pada umur BST. Sedangkan di dengan meningkatnya umur, maka serapan hara K semakin meningkat. Diduga terjadi akumulasi hara K yang lebih besar untuk pembentukan setelah umur 7 BST, sehingga akumulasi di tajuk menurun karena ditransfer ke bagian. Tabel 7. Serapan hara K bangle umur - BST. Table 7. purple ginger MAP di Total serapan hara K Total K uptake...1.1.9...1.7.. 1.....1 1...7.9 7 1..1..19 1.. 1.. 9.1. 1..7.... Serapan hara P lebih rendah dibanding dengan hara N dan K, hampir semua semusim demikian polanya, termasuk juga pada temu ireng (DJAZULI et al., 1). Hal ini disebabkan kebutuhan hara P pada umumnya lebih sedikit dibandingkan dengan unsur N dan K. KESIMPULAN Pola pertumbuhan (tinggi, jumlah anakan, jumlah, jumlah akar dan bobot kering ) semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Produksi minyak atsiri bangle pada umur BST mencapai 1, ml/. Untuk menghasilkan biomas sebanyak 71, g/ dengan hasil simplisia kering 17,97 g/, diperlukan serapan hara sebanyak, g N,, g K dan 1,7 g P/ pada umur BST. Hara N, P dan K lebih banyak terakumulasi di dibandingkan dengan di tajuk dan pada bangle umur BST (waktu panen). DAFTAR PUSTAKA DEPKES RI. 199. Laporan Tahunan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional Ditjen POM, Depkes. DEPKES RI. 199. Vademekum Bahan Obat Alam Ditjen POM, Depkes. DJAZULI, M, I. DARWATI, ROSITA SMD. 1. Studi pola pertumbuhan dan serapan hara NPK temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb). Warta Tumbuhan Obat Indonesia.7 (1) : -. EPSTEIN, E. 197. Mineral Nutrition of Plants : Principles and perspectives. Wiley International Edition. 1 p. GUNARTI, SRI dan E. MAYANGSARI.. Uji daya antelmintik perasan bangle (Zingiber purpureum Roxb) pada cacing Ascaris suum secara in vitro. Proseding Seminar Nasional XVI Tumbuhan Obat Indonesia. Semarang Oktober 1999 :. PRAWIRANATA, W, S. HARRAN dan P. TJONDRNEGORO. 191. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Dept. Botani, Faperta, IPB. RAHARDJO, M., ROSITA. SMD, SUDIARTO dan KOSASIH.. Peranan populasi terhadap produktivitas bangle (Zingiber purpureumroxb.). Jurnal Bahan Alam Indonesia. (1) : 1-17. SUDIARTO, M. RAHARDJO, ROSITA. SMD, E.R. PRIBADI, H. NURHAYATI, M. YUSRON, O. ROSTIANA, T. ANTAWIDJAJA, KOSASIH dan S. NURSAMSIAH. 1. Penyiapan teknologi usahatani bangle mendukung pemberdayaan petani dan peningkatan ekspor. Laphas. Pen. Balittro-PAATP. p. SUPARTO, I, E. SURADIKUSUMAH, R. HERYANTO, L. DARUSMAN.. Kajian awal potensi bangle (Zingiber purpureum Roxb.) sebagai hepato-protekt or. Proseding Seminar Nasional XVI Tumbuhan Obat Indonesia. Semarang Oktober 1999 : 11 117. SYAMSUHIDAYAT, S.S dan J. R HUTAPEA, 1991. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia I. Depkes RI, POM dan Litbang Kes, Jakarta. WIJAYAKUSUMAH, HM, H. SETIAWAN D dan AS. WIRIAN. 199. Tanaman berkhasiat obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jilid ke : 1p.