VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

BAB I PENDAHULUAN. diapit oleh dua bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu Jawa dan Sunda, sedikit

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh

ISTILAH ALAT TEKNOLOGI TRADISIONAL PERTANIAN SAWAH Sunda WULUKU BAJAK DAN PERSEBARANNYA SECARA GEOGRAFIS

BENTUK FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK BAHASA JAWA DESA JOGOPATEN KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

SILABUS SEMANTIK DR413. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. Haris Santosa Nugraha, M.Pd. PROSEDUR PELAKSANAAN PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK)

GEOGRAFI DIALEK BAHASA MELAYU LOLOAN DI KABUPATEN JEMBRANA BALI SKRIPSI. Oleh : ZIHAN SAFITRI

ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MALAYSIA PADA FILM ANIMASI BOBOIBOY

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

GEOGRAFI DIALEK BAHASA SUNDA DI KECAMATAN PARUNGPANJANG, KABUPATEN BOGOR (KAJIAN DIALEKTOLOGI SINKRONIS)

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM SURAT KABAR BATAM POS RUBRIK OPINI EDISI 11 JANUARI-11 MARET 2013 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

ANALISIS STRUKTUR KAMUS UMUM MONOLINGUAL BAHASA INDONESIA ARTIKEL E-JOURNAL

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

BAB 5 SIMPULAN. Studi kasus..., Kartika, FIB UI, 2010.

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. Dialek merupakan khazanah kebudayaan suatu bangsa yang perlu dipelajari, dikaji, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

LEKSIKON RELIK BAHASA JAWA PADA DIALEK WONOSOBO

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 8 DAN 9 TAHUN DI DESA LUNDONG KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

SEMANTIK LEKSIKAL, SEMANTIK KALIMAT, MAKNA DAN

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

SEMANTIK DR 416. Dr. Yayat Sudaryat, M. Hum/1033 Hernawan, S.Pd., M.Pd./2226

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya masing-masing. Setiap wilayah

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid

PEMETAAN BAHASA JAWA DIALEK MATARAMAN DI KECAMATAN PUNCU KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR SKRIPSI

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

DESKRIPSI DAN SILABUS. Linguistik Umum DR 400. Hernawan, S.Pd., M.Pd. NIP

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. memaparkan hasil penelitian terdahulu yang berkesinabungan dengan penelitian ini.

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd.

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

KONSTRUKSI SINTAKTIS NOMINAL DALAM BAHASA SUNDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Transkripsi:

VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES Oleh: Nur Eka Wahyuni Program Studi Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang e-mail: nurekawahyuni01@gmail.com Abstract The purpose of this study to describe the semantic variant of doublet form Javanese Brebes and Sundanese Brebes. In this study the authors take two districts as a sample of research areas consisting of the district of Banjarharjo and Ketanggungan. Data collection methods in this research is a method of referring to the technique of record and record, as well as the method of abilities with interview techniques as research instruments. Data analysis method is descriptive qualitative. The theory used in this research is duplet theory and sociodialektologi theory. The result of this research is finding the form of doublet of Java Language Brebes and Sundanese Brebes which is based on variant, that is (1) doublet based on area spread, covering area of Sundanese language, transition and Javanese language, (2) doublet based on form, duplet absolute-synonym and doublet absolute-homonyms, (3) doublet based on etymon, the doublet relics. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan varian semantik bentuk duplet bahasa Jawa Brebes dan bahasa Sunda Brebes. Pada penelitian ini penulis mengambil dua kecamatan sebagai sampel daerah penelitian yang terdiri atas Kecamatan Banjarharjo dan Kecamatan Ketanggungan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat dan rekam, serta metode cakap dengan teknik wawancara sebagai instrumen penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori duplet dan teori sosiodialektologi. Hasil penelitian ini adalah temuan bentuk duplet bahasa Jawa Brebes dan bahasa Sunda Brebes yang berdasarkan varian, yaitu (1) duplet berdasarkan persebaran area, meliputi area wilayah bahasa Sunda, transisi dan bahasa Jawa, (2) duplet berdasarkan bentuk, yaitu duplet absolut-sinonim dan duplet absolut-homonim, (3) duplet berdasarkan etimon, yaitu duplet relik. Kata Kunci: Duplet, Bahasa Jawa Brebes, Bahasa Sunda Brebes. 1

1. PENDAHULUAN Kabupaten Brebes merupakan wilayah yang terletak di bagian barat Provinsi Jawa Tengah. Di bagian barat, Kabupaten Brebes berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat, yang sebagian besar merupakan penutur bahasa Sunda. Di bagian selatan, Kabupaten Brebes berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap. Masyarakat di Kabupaten Banyumas merupakan penutur bahasa Jawa. Masyarakat Kabupaten Cilacap sebagian merupakan penutur bahasa Sunda dan sebagian lagi merupakan penutur bahasa Jawa. Di bagian timur, berbatasan dengan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah yang masyarakatnya merupakan penutur bahasa Jawa. Di bagian utara, Kabupaten Brebes berbatasan dengan Laut Jawa. Dengan demikian, masyarakat di Kabupaten Brebes diapit oleh dua bahasa besar, yakni bahasa Jawa (BJ) dan bahasa Sunda (BS). Kondisi tersebut berpengaruh pada bahasa yang dipakai masyarakat Kabupaten Brebes. Sebagian masyarakat merupakan penutur bahasa Jawa Brebes (BJB) dan sebagian lagi merupakan penutur bahasa Sunda Brebes (BSB). Secara umum, BS di Kabupaten Brebes merupakan bahasa Sunda yang berkembang di wilayah BJ. Masyarakat penutur BSB di wilayah ini berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan penutur BJB mengakibatkan terjadinya kontak bahasa dan saling mempengaruhi diantara kedua bahasa. Peristiwa kontak bahasa yang terjadi antara BJB dan BSB mengakibatkan munculnya bentuk duplet atau bentuk ganda. Bentuk duplet terjadi dalam tataran leksikon akibat peminjaman leksikon. Sebagai contoh, kata abot berat yang digunakan pada BJB juga terdapat dalam BSB. Kata abot berat sebenarnya berasal dari BJB yang kemudian dipinjam oleh BSB untuk menggantikan leksikon beurat berat yang digunakan pada bahasa Sunda standar (BSS). 2

Selain munculnya bentuk duplet, ditemukan pula adanya bentuk relik. Bentuk relik yang ditemukan adalah bentuk relik BJ dan BS yang masih terpelihara dalam masyarakat Brebes. Diduga bentuk-bentuk BJB dan BSB saat ini, merupakan warisan dari BJ dan BS kuna yang mengalami proses yang panjang. Selain juga karena masyarakat Brebes masih mempertahankan bentuk tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memerikan variasi bentuk duplet berdasarkan persebaran area, bentuk dan etimonnya. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasu dalam penelitian deskriptif kualitatif, yakni penelitian yang menggambarkan fakta yang diteliti. Dalam hal ini deskripsi tentang variasi bentuk duplet bahasa Jawa dan Sunda di Kabupaten Brebes berdasarkan persebaran area, bentuk dan etimonnya. Subjek Penelitian ini adalah kosakata bahasa Jawa dan Sunda yang digunakan oleh masyarakat Brebes. Lokasi penelitian di Desa Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo, Desa Cimunding Kecamatan Banjarharjo dan Desa Baros Kecaamatan Ketanggungan. Masayarakat di tiga desa tersebut merupakan penutur bilingual yang menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Sunda Brebes. Data yang diambil dari informan diperoleh dengan menggunakan metode caka dan metode simak (Sudaryanto, 1998: 2). Metode cakap dilakukan dengan wawancara langsung ke lapangan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bantuan instrumen penelitian berupa daftar kosa kata dasar yang mencakup 417 leksikon. Metode simak dilakukan dengan teknik catat dan rekam. 3

Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan cara mengelompokkan atau klasifikasi data ke dalam bentuk duplet untuk menemukan variasinya kemudian mendeskripsikan bentuk duplet berdasarkan persebaran area, bentuk dan etimonnya. 3. KERANGKA TEORI 3.1 Duplet Duplet atau bentuk ganda adalah dua atau lebih kata yang memiliki bentuk sama atau bentuk mirip secara fonemis dan dapat dijelaskan secara linguistik. Di samping itu, duplet memiliki makna yang sama, maupun berbeda dan dapat dijelaskan secara semantis. Duplet terjadi dalam dua bahasa yang berbeda (Cf. Bloomfield. 1936: 421). Duplet terjadi karena dua faktor, yakni: (1) dua bahasa yang saling berdampingan atau berbatasan, (2) adanya migrasi. 3.2 Semantik Leksikal Menurut Pateda (2010: 6) semantik pada umumnya diartikan sebagai suatu studi tentang makna. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Chaer (2009: 2), semantik adalah ilmu tentang makna/ tentang arti, yang merupakan tataran dalam linguistik (fonologi, gramatikal, dan semantik). Semantik leksikal menurut Pateda adalah kajian semantik yang memusatkan pembahasan pada sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik leksikal ini memperhatikan makna yang terdapat di dalam kata sebagai satuan mandiri (Pateda, 2010: 74). Semantik leksikal lebih cenderung pada titik atau inti makna kata dengan memperhatikan makna yang terdapat di dalam kata itu sendiri. 3.3 Relasi Makna Lauder (2009: 116) menyebutkan bahwa dalam suatu bahasa, makna kata saling berhubungan, hubungan ini disebut relasi makna. Hubungan atau relasi makna meliputi: antonim, sinonim, homonim, hiponim, dan polisemi. Teori relasi makna masuk dalam 4

penelitian kali ini, karena dalam menentukan bentuk duplet dilakukan dengan melihat sinonim dan homonim kata yang dianalisis. 3.4 Homonim Istilah homonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno, onoma yang berarti nama dan homos yang berarti sama. Homonimi adalah nama sama untuk benda yang berlainan (Pateda, 2010: 211). Menurut Verhaar (1996: 135) homonimi adalah ungkapan (kata atau frasa atau kalimat) yang bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna diantara kedua ungkapan tersebut. Dengan kata lain, homonim adalah relasi antar makna yang tulisannya sama, lafalnya sama tetapi berbeda maknanya. 3.5 Sinonim Istilah sinonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno, onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Sinonimi adalah nama lain yang digunakan untuk benda yang sama (Pateda, 2010: 222). Dengan kata lain sinonimi adalah relasa makna antar kata, frasa atau kalimat yang maknanya sama atau mirip. Di dalam suatu bahasa sangat jarang ditemukan dua kata yang bersinonim mutlak. 3.6 Sosiodialektologi Dialektologi mendeskripsikan variasi bahasa dengan memperlakukannya secara utuh, sedangkan sosiolinguistik mendeskripsikan sejumlah variasi bahasa berdasarkan perbedaan variabel sosial, misalnya variabel daerah, status, ragam (style), usia, gender, dan keetnisan. Sosiodialektologi adalah gabungan dua disiplin ilmu yaitu sosiolinguistik dan dialektologi. Sosiodialektologi mengkaji perubahan tuturan dalam suatu bahasa karena kontak sosial yang terjadi antar wilayah atau ruang geografis yang berbeda sehingga timbul daerah pembaharuan (inovasi) dan daerah peninggalan (relik). 5

4. Bentuk Duplet Verhaar (1998: 13) memberikan batasan leksikon ditentukan oleh bentuk dan makna, sehingga melalui bentuk dan makna tersebut muncul fenomena duplet. Bagian utama leksikon duplet adalah bentuk yang sama memiliki arti yang berbeda, bentuk yang berbeda memiliki arti yang sama atau bentuk yang sama memiliki arti yang sama. 4.1 Duplet Berdasarkan Bentuk 4.1.2 Duplet Absolut-Homonim Bentuk duplet absolut-homonim adalah duplet yang memiliki bentuk yang sama tetapi artinya berbeda. Duplet absolut-homonim ditemukan di wilayah persebaran bahasa Sunda dan bahasa Jawa. 1. Alim Leksem ALIM pada isolek Brebes direalisasikan menjadi leksikon alim yang memiliki dua arti yang berbeda, yakni soleh dan tidak mau. Leksikon alim memiliki wilayah persebaran yang berbeda di BJB direalisasikan alim soleh sedang di BSB direalisasikan alim tidak mau. Leksikon soleh dan tidak mau direalisasikan ke dalam bentuk yang sama yakni alim dengan bentuk formula sebagai berikut. alim > BJB : alim soleh Duplet absolut-homonim > BSB : alim tidak mau Bentuk duplet alim memiliki bentuk sama dengan dua arti yang berbeda, sehingga termasuk dalam duplet absolut-homonim sebagai duplet bentuk. Bentuk duplet alim hanya digunakan pada BSB, sehingga memiliki dua arti yang berbeda dengan bentuk yang sama, sedangkan pada BJB leksikon alim memiliki arti tunggal soleh. Dengan demikian leksikon berstatus sebagai duplet hanya digunakan pada BSB sebagai duplet area. 6

4.1.2 Duplet Absolut-Sinonim Duplet absolut-sinonim adalah duplet yang memiliki bentuk dan arti yang sama. Duplet absolut-sinonim banyak ditemukan di wilayah transisi. Pada penelitian ini, bentuk duplet yang digunakan pada wilayah transisi adalah leksikon: 1. Abot Leksem ABOT pada isolek Brebes direalisasikan menjadi leksikon abot yang memiliki arti berat. Leksikon abot berat direalisasikan ke dalam bentuk dan arti yang sama dalam BJB dan BSB. Leksikon abot berat yang muncul dalam BSB diduga merupakan leksikon pinjaman dari BJB karena dalam bahasa Sunda Standar (BSS) tidak dikenal leksikon tersebut dan untuk menjelaskan makna berat terdapat leksikon beurat. Leksikon berat direalisasikan menjadi bentuk yang sama dengan bentuk formula sebagai berikut. abot > BJB : abot berat > BSB : abot berat Duplet absolut-sinonim Bentuk duplet abot memiliki bentuk dan arti yang sama, sehingga termasuk dalam duplet absolut-sinonim sebagai duplet bentuk. Bentuk duplet abot digunakan pada BJB dan BSB, namun dapat digunakan saling menggantikan oleh masing-masing penuturnya. Dengan demikian leksikon berstatus duplet digunakan pada wilayah transisi sebagai duplet area. 4.2 Duplet Berdasarkan Etimon Etimon merupakan bentuk yang menurunkan bentuk dalam beberapa bahasa turunan. Berdasarkan etimon duplet dibagi menjadi dua, yaitu (1) duplet relik, dan (2) duplet bentukan baru. Dalam penelitian ini hanya ditemukan duplet bentuk sedangkan duplet bentukan baru tidak ditemukan. 7

4.2.1 Duplet Relik Leksikon relik merupakan bentuk pewarisan etimon bahasa purba dalam isolek (cf. Mahsun, 1995 : 91). Pada wilayah pengamatan, bentuk relik dalam BJ dan BS ditemukan dan diduga juga terdapat dalam BJ kuna dan BS kuna. Penentuan bentuk relik dilakukan dengan memanfaatkan kamus BJ kuna dan BS kuna. 1. Bener Leksikon bənər merupakan leksikon untuk menjelaskan arti benar dalam BJB. Leksikon bənər diduga merupakan bentuk relik dalam BJ kuna dan merupakan warisan langsung *PMJ *bənər benar. *PMJ *bener benar > BJK : bənər benar > BJS : bənər benar Bentuk Relik > BJB : bənər benar Bentuk relik bənər benar yang muncul dalam BJB merupakan pantulan langsung *PMJ *bənər benar yang diduga turunan langsung dari BJ kuna bənər benar. 5. PENUTUP Tulisan ini menyimpulkan bahwa terdapat bentuk duplet atau ganda yang digunakan di wilayah persebaran BJB, BSB atau perbatasan bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bentuk duplet banyak ditemukan di wilayah transisi, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa. Bentuk duplet diduga kuat muncul karena adanya pinjaman leksikon antara bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bentuk duplet Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda Brebes kemudian dibedakan menjadi tiga, yakni (1) duplet berdasarkan persebaran area, meliputi area wilayah bahasa Sunda, 8

transisi dan bahasa Jawa, (2) duplet berdasarkan bentuk, yaitu duplet absolut-sinonim dan duplet homonim, (3) duplet berdasarkan etimon, yaitu duplet relik dan duplet bentukan baru. Selain menggunakan bentuk yang standar, terdapat juga bentuk relik pada duplet. Bentuk relik diduga kuat karena masyarakat di Kabupaten Brebes masih mempertahankannya. Bentuk relik banyak ditemukan pada BJB sedang pada BSB hanya ditemukan sedikit. Hal ini disebabkan bahasa Sunda Brebes banyak terpengaruh bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Brebes. Terlihat dalam tataran leskikon bahasa Jawa yang diserap dalam bahasa Sunda Brebes. DAFTAR PUSTAKA Al Ghifari, Hamam Anwaruddin. 2015. Bentuk Relik dan Bentuk Khas Leksikon Bahasa Sunda Dialek Brebes. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi:Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes. 2015. Kabupaten Brebes dalam Angka Tahun 2015. www.brebeskab.go.id. (diunduh tanggal 18 Oktober 2016). Bloomfield, Leonard. 1936. Language. London: Motilal Banarsidass Publishers. Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rieneka Cipta, 2009.. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. 2010. Jakarta: Rineka Cipta. Danadibrata, RA. 2009. Kamus Basa Sunda. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. Junawaroh. 2010. Inovasi Fonetis dalam Bahasa Sunda di Kabupaten Brebes. Dalam seminar Nasional Pemertahanan Bahasa Nusantara. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman. Junawaroh, dan Hidayat. 2010. Leksikon Bahasa Jawa Dalam Bahasa Sunda di Kabupaten Brebes. Penelitian DIKTI. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman. Kamus Basa Sunda LTIS. https://rebanas.com/kamus/kamus-basa-sunda. Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 9

Kurniawan, Pramu Tri. Analisis Fonologi Dan Leksikologi Bahasa Jawa Di Desa Pakem Kecamatan Gebangkabupaten Purworejo. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Lauder, Multamia. dkk. 2005. Pesona bahasa : langkah awal memahami linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada. Nano. 2010. Bahasa Jawa Dialek Banten. Surakarta: Universtas Negeri Sebelas Maret. Pateda, Mansur. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Rahmawati, Siti. Geografi Dialek Bahasa Sunda Di Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor (Kajian Dialektologi Sinkronis). Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI. Reniwati, Nadra. 2009. Dialektologi: Teori dan Metode. Yogyakarta. CV Elmatera. Sudaryanto. 1998. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudaryat, Yayat. 2010. Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon (Satu Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi). Dalam Artikel Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Suryadi, M. dkk. 2000. Bahasa Jawa Carita, Enklave di Jawa Barat yang Terancam Eksistensinya. Penelitian DIK Rutin Universitas Diponegoro Semarang: Fakultas Sastra Undip. Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Zulaiha, Ida. 2010. Dialektologi Dialek geografi & Dialek Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu. University Press. Zoetmulder, P.J. 1995. Kamus Jawa Kuna Indoenesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 10