BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perekonomian. Kemajuan perekonomian nasional dapat dilihat dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berhaga dan penanaman

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. ekuiti (saham), reksadana, instrument derivative, maupun instrumen

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rakyat (BPR) Jawa Timur (Periode ). Penelitian tersebut memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Bank Secara Umum Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan badan usaha yang memiliki tugas utama yaitu sebagai lembaga perantara keuangan ( financial intermediaries), sebagai lembaga penyalur dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya, 2009:14). Dengan tugas bank yang bekerja dengan dana yang disimpan oleh masyarakat atas dasar kepercayaan maka dari itu bank harus tetap menjaga kinerja dan mempertahankan rasa percaya masyarakat agar tetap menyimpan kelebihan dananya pada bank. Kepercayaan dari masyarakat adalah modal utama untuk dapat meningkatkan taraf hidup rakyat, bank yang sehat lah yang dapat akan diberikan kepercayaan oleh masyarakat, oleh karena pihak manajemen bank harus berupaya untuk dapat menjaga dan meningkatkan kinerja. Peran Bank tetap sentral pada kegiatan ekonomi pembiayaan dan efektivitas, bank dapat mengerahkan dampak positif pada perekonomian secara 9

10 keseluruhan sebagai suara dan perbankan menguntungkan berbagai macam sektor, bank mampu menahan guncangan negatif dan berkontribusi pada stabilitas sistem keuangan (Athanasoglou,dkk, 2005). 1.1. Jenis - jenis Bank Bank digolongkan tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya saja, melainkan mencakup bentuk badan hukum, pendirian dan kepemilikan, segi status, cara menentukan harga, fungsi dan tujuan usahanya. 1.2. Menurut kegiatan Usahanya Sesuai dengan UU No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan jenis bank terdiri atas : 1.2.1. Bank Umum Bank yang melaksanakan aktivitas usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam aktivitasnya memberikan jasa pada lalu-lintas pembayaran. 1.2.2. Bank Perkreditan Rakyat Bank yang melaksanakan aktivitas usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam aktivitasnya tidak memberikan jasa pada lalu lintas pembayaran. 1.3. Segi Kepemilikan Dilihat dari segi kepemilikan adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan disini dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan terdiri atas :

11 1.3.1. Bank Milik Pemerintah Bank yang akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. 1.3.2. Bank Milik Swasta Nasional Bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimilik oleh swasta nasional serta akta pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya dibagikan kepada pihak swasta. 1.3.3. Bank Milik Koperasi Bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. 1.3.4. Bank Milik Asing Bank jenis ini adalah cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak luar negeri atau asing. 1.4. Segi Status Status bank yang dimaksud terdiri atas : 1.4.1. Bank Devisa Bank yang dapat melaksanakan kegiatan transaksi ke luar negri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

12 1.4.2. Bank Non Devisa Bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam negara. 1.5. Segi Cara Menentukan Harga 1.5.1. Bank berdasarkan prinsip konvensional 1.5.2. Bank berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. 1.6. Fungsi dan Tujuan Usaha 1.6.1. Bank Sentral Bank Sentral merupakan bank yang bertindak sebagai bankers, bank pimpinan penguasa moneter, mendorong dan mengarahkan semua jenis bank yang ada. 1.6.2. Bank Umum Bank umum merupakan bank milik negara, swasta, maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama dalam menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

13 1.6.3. Bank Tabungan Bank tabungan merupakan bank milik negara, swasta maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama memperbanyak dana dengan kertas berharga. 1.6.4. Bank Pembangunan Bank pembangunan merupakan bank milik negara, swasta maupun koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang. 2. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kapabilitas suatu perusahaan perbankan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto, 2001:35). Untuk mengukur profitablitas menggunakan proksi pengukuran rasio Return on Assets (ROA). ROA adalah rasio yang substansial bagi bank karena digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aktivanya. Menjaga profitabilitas agar tetap konstan dan meningkat bagi bank adalah sangat penting. Dikarenakan untuk melengkapi tanggung jawab kepada investor, menambah daya tarik masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimilikinya pada Bank. Menurut Riyanto (1995) menjelaskan bahwa ROA merupakan metode pengukuran yang obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia

14 dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasi dari serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan. Menurut Hasibuan (2001 : 100) menjelaskan bahwa dalam kerangka penilaian kesehatan bank, BI akan memberikan score maksimal 100 (sehat) apabila bank memiliki ROA > 1,5%. Semakin besar Return On Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Menurut Mabruroh menjelaskan bahwa Rumus yang digunakan untuk mengukur ROA sebagai berikut : = EBT Total Modal x 100% Perhitungan ROA terdiri dari : 1. EBT EBT adalah laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak 2. Total aktiva Merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank, terdiri dari: a. Aktiva lancar b. Aktiva tetap 3. Simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) Menurut Mudrajat (2002) menjelaskan bahwa sejumlah dana yang bersumber dari masyarakat, baik dari individu atau badan usaha yang diperoleh menggunakan beraneka macam instrumen produk yang ditawarkan bank seperti tabungan atau simpanan yang dimiliki oleh bank.

15 Dana yang diperoleh dari masyarakat atau dana pihak ketiga adalah dana yang berupa tabungan, giro, dan deposito. Dana yang diperoleh kemudian bank menggunakannya untuk aktivitas pengembangan kredit maupun investasi (Edo dan Ni Luh, 2014). Menurut Dendawijaya (2009:49) menjelaskan bahwa sumber dana terbesar dan yang paling diandalkan oleh bank adalah sumber dana dari masyarakat atau Dana Pihak Ketiga (berkisar 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). 4. Kecukupan Modal Modal dalam perbankan atau dalam bank disetor oleh para pemegang saham. Didalam dunia perbankan posisi modal sangat penting karena sebagai agunan untuk masyarakat yang memiliki niat menyimpan kelebihan dananya di bank, maka dari itu adanya setoran modal dari investor membuat masyarakat percaya dan akan menyetor kelebihan dananya pada bank. Untuk mengukur kecukupan modal Bank Indonesia mensyaratkan menggunakan perhitungan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011). Perhitungan Capital Adequacy Ratio berdasarkan prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan dengan jumlah modal sebesar persentase tertentu terhadap jumlah penanamannya. Bank yang sehat adalah bank yang memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan

16 standar Bank for International Settlements (BIS). Sesuai dengan penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 CAR minimal 8%. Struktur modal bank sangat diatur. Hal ini dikarenakan modal memiliki peran penting dalam mengurangi jumlah kegagalan dan kerugian bank untuk deposan ketika bank gagal sebagai leveraged, perusahaan cenderung mengambil risiko yang lebih agar dapat memaksimalkan nilai pemegang saham dengan mengorbankan penyedia keuangan. (Kamau, 2009). Modal yang dimaksud disini adalah modal inti dan modal pelengkap. Modal inti bank terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, laba yang ditahan, dan yang termaksud modal pelengkap adalah cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan umum PPAP, modal agunan atau pinjaman subordinasi. 5. Risiko Kredit Risiko kredit atau kredit bermasalah adalah suatu risiko yang dialami dalam dunia perbankan. Risiko Kredit atau biasa disebut dengan Kredit Bermasalah merupakan pinjaman yang mengalami masalah pada pelunasan yang diakibatkan adanya faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur atau dikarenakan adanya unsur kesengajaan dari debitur. Risiko kredit adalah risiko yang paling signifikan yang dihadapi oleh Bank dan dapat memengaruhi keberhasilan bisnis Bank tersebut, dan tergantung pada pengukuran yang akurat dan pengelolaan risiko yang efisien. (Giesecke, 2004).

17 Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal : a. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar, b. Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivative. c. Penyelesaian ( settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk derivative. Bentuk risiko kedit yang lain adalah settlement risk yang timbul ketika dua pembayaran dengan valuta asing dilakukan pada hari yang sama, risiko ini terjadi ketika counterparty pihak lain mungkin mengalami default setelah institusi melakukan pembayaran. Pada hari penyelesaian (settlement), besarnya kerugian default counter party (pihak lain) sama dengan nilai penuh yang harus dibayar. Sedangkan besarnya exposure sebelum settlement hanya sebesar nilai netto dari kedua pembayaran tersebut. Non Performing Loan (NPL) adalah proksi pengukuran yang digunakan untuk mengukur risiko kredit. Nilai NPL maksimun suatu bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 5%. Bank yang tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya memiliki tingkat yang semakin tinggi dan bank mengalami kredit macet dan berdampak pada kerugian bank yang ditunjukkan dengan NPL. NPL dapat dihitung dari perbandingan antara kredit yang bermasalah terhadap nilai total kredit (Surat Edaran BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001).

18 6. Efisiensi Operasional Efisiensi Operasional berkaitan dengan masalah pengendalian biaya dalam suatu perusahaan terlebih lagi perusahaan perbankan. Efisiensi operasional juga memiliki pengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank tersebut telah mengunakan seluruh faktor produksinya dengan tepat dan berhasil. Efisiensi Operasional diukur menggunakan rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasionalnya. BOPO merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan aktivitas utamanya terhadap pendapatan yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Aktivitas utama bank seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisien suatu bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Menurut Chatarine dan Lestari (2014) menjelaskan bank yang tidak dapat mengelola sumber dana dan aktiva yang dimiliki dalam rangka memperoleh laba ditunjukkan dengan rasio BOPO yang tinggi. Menurut Wibowo dan Muhammad Syaichu (2013:3) menjelaskan bahwa rasio BOPO yang semakin kecil atau rendah ditunjukkan dengan semakin baik bank dalam melakukan aktivitas usahanya karena bank dapat menutup biaya operasional dengan pendapatan operasionalnya.

19 Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%,karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100%, bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. 7. Teori Sinyal (Signalling Theory) Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan. Menurut Arifin (2005) menjelaskan bahwa Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditur). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan

20 menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Menurut Jogiyanto (2000:392) menjelaskan bahwa informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik ( good news) atau signal buruk ( bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. B. Hipotesis dan Penurunan Hipotesis 1. Hubungan Simpanan Dana Pihak Ketiga dengan Profitabilitas Simpanan Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana terbesar yang diperoleh oleh bank dari masyarakat. Menurut Sukma (2013) menjelaskan bahwa profitabilitas akan meningkat jika dana pihak ketiga juga meningkat yang mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan kredit. Penelitian sebelumnya pengaruh simpanan dana pihak ketiga mendapat dukungan dari Edo dan Ni Luh (2014) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Pada

21 penelitian sebelumnya yang dilakukan Sudiyanto (2010) menunjukkan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Sukma (2013) DPK tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 1 : Simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh p ositif terhadap Profitabilitas Perbankan (ROA) 2. Hubungan Kecukupan Modal dengan Profitabilitas Kecukupan modal di ukur menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Nusantara (2009) menjelaskan bahwa CAR memperlihatkan suatu modal sendiri dari suatu perusahaan, semakin besar kesempatan suatu bank untuk menghasilkan laba ditunjukkan dengan semakin besar CAR yang ada pada bank tersebut, karena dengan modal yang besar manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya ke dalam aktivitas investasi yang menguntungkan. Dengan tingkat CAR yang semakin meningkat maka bagi bank itu sangat baik dikarenakan bank dapat menanggung risiko yang dapat timbul suatu saat. Dengan modal bank yang mencukupi, maka bank dapat melakukan aktivitas operasionalnya secara lebih efektif melalui dana yang dialokasikan pada suatu aset produktif yang memberikan keuntungan bagi bank dan memiliki risiko yang rendah. Pada penelitian sebelumnya pengaruh kecukupan modal terhadap profitabilitas mendapat dukungan dari Nusantara (2009) yang menyatakan

22 bahwa kecukupan modal (CAR) berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sukma (2013) yang menyatakan bahwa Kecukupan Modal (CAR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 2 : Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas Perbankan (ROA) 3. Hubungan Risiko Kredit dengan Profitabilitas Pada risiko kredit di ukur menggunakan rasio pengukurannya adalah Non Performing Loan (NPL). Rasio NPL adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan perbankan dalam mengukur risiko kegagalan kredit yang dikembalikan oleh debitur.(mabruroh,2004). NPL adalah risiko kredit pada suatu perusahaan perbankan, semakin kecil risiko kredit yang ditanggung bank maka otomatis semakin kecil pula NPL pada bank tersebut. Menurut Muburoh (2004) NPL berpengaruh negatif te rhadap kinerja perbankan. Semakin tinggi NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan. Pada penelitian sebelumnya pengaruh NPL terhadap profitabilitas mendapat dukungan dari Sukma (2013) dan Awoke (2014) yang menyatakan bahwa Risiko Kredit (NPL) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

23 H 3 : Risiko Kredit (NPL) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas Perbankan (ROA) 4. Hubungan Efisiensi Operasional dengan Profitabilitas Menurut Mudrajat dan Suhardjono (2002:569) menjelaskan bahwa masalah efisiensi operasional berhubungan dengan masalah pengendalian biaya. Efisiensi operasional dapat diartikan biaya yang dikeluarkan guna menciptakan suatu keuntungan yang lebih rendah dari pada suatu keuntungan yang diperoleh dari aktiva yang digunakan. Aktivitas usaha bank yang tidak efisien dapat mengakibatkan bank tidak dapat bersaing guna mengerahkan dana masyarakat atau guna menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan digunakan untuk modal usaha. Diwujudkannya suatu efisiensi pada lembaga perbankan terutama pada efisiensi biaya maka bank dapat memperoleh tingkat keuntungan yang optimal, jumlah penyaluran dana akan bertambah, lebih kompetitifny biaya, pelayanan kepada nasabah yang meningkat, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat. Menurut Dendawijaya (2005) menjelaskan bahwa semakin rendah tingkat rasio BOPO dapat diartikan semakin efisiennya biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, dan setiap pendapatan operasi yang mengalami peningkatan maka akan berakibat pada laba sebelum pajak yang berkurang dan mengakibatkan laba atau profitabilitas yang menurun pada bank tersebut. Pada penelitian sebelumnya pengaruh Efisiensi Operasional terhadap profitabilitas yang mendapat dukungan dari Dewi (2014) yang menyatakan bahwa Efisiensi Operasional (BOPO) ber pengaruh terhadap profitabilitas perbankan. Dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauzia (2014)

24 yang menyatakan bahwa Efisiensi Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Olweny dan Themba (2011) menyatakan bahwa BOPO terhadap ROA memiliki pengaruh negatif yang kuat dan signifikan. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 4 : Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif tehadap Profitabilitas Perbankan (ROA).

25 C. Model Penelitian Berdasarkan penelitian sebelumnya dan penurunan hipotesis yang telah dilakukan, maka dibuat model penelitian dari hubungan antara variabel independen dan dependen dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan model penelitian seperti pada Gambar 2.1 : Dana Pihak Ketiga (DPK) + Kecukupan Modal (CAR) Risiko Kredit (NPL) + - Profitabilitas (ROA) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) - Gambar 2.1 Model Penelitian: Analisis Pengaruh Simpana Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal, Risiko Kredit, dan BOPO terhadap tingkat Profitabilitas perbankan.