V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

Produk Domestik Bruto (PDB)

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT OLEH VINA TRISEPTINA H

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta Sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Banten Letak geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah berdataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Gambar 9 Peta wilayah penelitian, Provinsi Jawa Barat. Administratif pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2005 terdiri dari 16 Kabupaten dan 9 Kota yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikamalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Perwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota

Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar. Serta Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah kecamatan, yaitu 592 kecamatan yang tersebar di kabupaten/kota. 5.2 Kependudukan Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2005 mencapai 39,14 juta orang. Pertumbuhan penduduk Jawa Barat sebesar 1,29 persen, yang mana pada tahun 2004 sebesar 36,46 juta orang. Pada tahun 2005 penduduk terbanyak di Jawa Barat ada di Kabupaten Bandung, yaitu sebesar 4,14 juta orang kemudian diikuti oleh Kabupaten Bogor 3,95 juta orang sedangkan jumlah penduduk terkecil tahun 2005 sebanyak 0,17 juta orang berada di Kota Banjar. Jumlah penduduk menurut Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3. Penduduk Jawa Barat pada umumnya terkonsentrasi padat di dua wilayah pembangunan Bandung Raya (Kota Bandung dan sekitarnya) dan Bodebek (Kabupaten dan Kota Bogor, Depok dan Bekasi). Ini disebabkan wilayah Bandung Raya merupakan ibu kota Jawa Barat sebagai pusat kegiatan ekonomi dengan berbagai sarana dan prasarana. Sedangkan wilayah Bodebek merupakan daerah perluasan dari Provinsi DKI Jakarta ke pinggiran (suburban). Di wilayah Bandung Raya (Kota Bandung) pada tahun 2004, penduduknya mencapai 2,3 juta orang dengan sumbangan (share) terhadap total penduduk Provinsi Jawa Barat sebesar 6,3 persen. Kemudian tahun 2005 menurun menjadi 2,29 juta orang dengan share mengalami penurunan menjadi 5,85 persen dari total penduduk pada tahun 2004. Penurunan ini disebabkan karena kejenuhan dan adanya serapan wilayah pinggiran kota (hinterland) yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung di sebelah selatan, timur dan barat dan Kabupaten Sumedang di sebelah utara. Sedangkan penduduk di wilayah Bodebek pada tahun 2004, penduduknya mencapai 8,46 juta orang dengan sumbangan (share) terhadap total penduduk Provinsi Jawa Barat sebesar 23,22 persen. Kemudian meningkat menjadi 9,98 juta orang dengan share mengalami penimgkatan menjadi 25,5 persen dari total penduduk pada tahun 2005.

Tabel 3 Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk dirinci menurut kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2004 dan 2005 Jumlah Penduduk Laju Kabupaten/Kota 2004 2005 Pertumbuhan Penduduk Jumlah Share Jumlah Share (%) Kab Bogor 3422895 9,39 3945111 10,08 15,26 Kab Sukabumi 2183179 5,99 2210091 5,65 1,23 Kab Cianjur 1990667 5,46 2079306 5,31 4,45 Kab Bandung 3803139 10,43 4134504 10,56 8,71 Kab Garut 2170537 5,95 2260478 5,77 4,14 Kab Tasikmalaya 1603742 4,40 1635661 4,18 1,99 Kab Ciamis 1453137 3,99 1522928 3,89 4,80 Kab Kuningan 1017103 2,79 1073172 2,74 5,51 Kab Cirebon 2007704 5,51 2084572 5,33 3,83 Kab Majalengka 1167952 3,20 1184760 3,03 1,44 Kab Sumedang 968574 2,66 1043340 2,67 7,72 Kab Indramayu 1628389 4,47 1749170 4,47 7,42 Kab Subang 1345565 3,69 1406976 3,59 4,56 Kab Purwakarta 710877 1,95 760220 1,94 6,94 Kab Karawang 1847700 5,07 1939674 4,96 4,98 Kab Bekasi 1675728 4,60 1917248 4,90 14,41 Kota Bogor 744496 2,04 833523 2,13 11,96 Kota Sukabumi 258018 0,71 278418 0,71 7,91 Kota Bandung 2297406 6,30 2290464 5,85-0,30 Kota Cirebon 267051 0,73 276912 0,71 3,69 Kota Bekasi 1639297 4,50 1931976 4,94 17,85 Kota Depok 983013 2,70 1353249 3,46 37,66 Kota Cimahi 564432 1,55 482763 1,23-14,47 Kota Tasikmalaya 543267 1,49 579128 1,48 6,60 Kota Banjar 161030 0,44 166868 0,43 3,63 Jawa Barat 36456902 100 39142517 100 7,37 Bandung Raya 2297406 6,30 2290464 5,85-0,30 Bodebek 8465429.00 23,22 9981107 25,50 17,90 Peningkatan penduduk di wilayah Bodebek sebagian dapat dicirikan sebagai peningkatan urbanis dari wilayah perdesaan dan suburbanis dari wilayah Provinsi DKI Jakarta. Ini dapat dijelaskan mengingat pertumbuhan pembangunan yang sangat pesat pada sektor industri di wilayah Bodebek dengan dukungan fasilitas dan infrastruktur dari DKI Jakarta telah menjadi faktor penarik yang sangat kuat bagi para urbanis. 5.3 Perekonomian Perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat antara tahun 2002 dan 2004 mengalami peningkatan. Perekonomian wilayah dapat diukur dengan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah total nilai barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah yang telah dihilangkan unsur-unsur intermediate cost, atau dapat diartikan sebagai nilai tambah dari aktivitas produktif manusia. Pada wilayah Bandung Raya dan Bodebek, share PDRB wilayahnya merupakan penyumbang tersebesar perekonomian Jawa Barat sebesar 42,25 persen pada tahun 2002 dan 43,45 persen pada tahun 2004 yang menunjukkan bahwa kedua zona tersebut pantas dikatakan sebagai pusat perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat. Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 dan share di wilayah Provinsi Jawa Barat dirinci menurut kabupaten/kota tahun 2002 dan 2004 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 dan share di wilayah Provinsi Jawa Barat dirinci menurut kabupaten/kota tahun 2002 dan 2004 Kabupaten/Kota 2002 2004 Laju Pertumbuhan PDRB (dalam Share PDRB (dalam Share PDRB Per Tahun Juta Rupiah) Juta Rupiah) (%) Kab Bogor 19782266,32 9,52 21889577,25 9,65 10,65 Kab Sukabumi 7082436,77 3,41 8024606,45 3,54 13,30 Kab Cianjur 6094911,49 2,93 6567814,17 2,89 7,76 Kab Bandung 17922692,53 8,63 19882295,25 8,76 10,93 Kab Garut 7880905,43 3,79 8418445,43 3,71 6,82 Kab Tasikmalaya 3889700,37 1,87 4164964,19 1,84 7,08 Kab Ciamis 5077192,67 2,44 5514292,47 2,43 8,61 Kab Kuningan 2803768,92 1,35 3015618,06 1,33 7,56 Kab Cirebon 5442423,25 2,62 5927043,67 2,61 8,90 Kab Majalengka 3035301,18 1,46 3262008,13 1,44 7,47 Kab Sumedang 3979480,63 1,92 4311330,91 1,90 8,34 Kab Indramayu 21384964,00 10,29 20171415,83 8,89-5,67 Kab Subang 5916766,76 2,85 7036909,43 3,10 18,93 Kab Purwakarta 4798129,63 2,31 5126657,54 2,26 6,85 Kab Karawang 11743104,06 5,65 12766895,56 5,63 8,72 Kab Bekasi 33707666,67 16,22 37658438,04 16,60 11,72 Kota Bogor 2986837,37 1,44 3361586,13 1,48 12,55 Kota Sukabumi 1195716,11 0,58 1332934,25 0,59 11,48 Kota Bandung 17226733,10 8,29 19874812,92 8,76 15,37 Kota Cirebon 4228393,79 2,03 4611501,41 2,03 9,06 Kota Bekasi 10175298,00 4,90 11381099,00 5,02 11,85 Kota Depok 3920232,26 1,89 4433822,90 1,95 13,10 Kota Cimahi 4411309,74 2,12 4795446,21 2,11 8,71 Kota Tasikmalaya 2584132,14 1,24 2833366,59 1,25 9,64 Kota Banjar 516751,15 0,25 562184,33 0,25 8,79 Jawa Barat 207787114,34 100 226925066,12 100 9,21 Bandung raya 17226733,10 8,29 19874812,92 8,76 15,37 Bodebek 70572300,62 33,96 78724523,32 34,69 11,55

Tabel 5 Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 dan share di wilayah Provinsi Jawa Barat dirinci menurut lapangan usaha tahun 2002 dan 2005 LAPANGAN USAHA 2002 2005 Jumlah Share Jumlah Share 1. PERTANIAN 29740129,11 14,31 34691239,65 14,11 a. Tanaman Bahan Makanan 20913148,97 10,06 25489706,65 10,37 b. Tanaman Perkebunan 2217542,17 1,07 1898280,64 0,77 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4219369,45 2,03 5275525.07 2,15 d. Kehutanan 300714,63 0,14 207241,22 0,08 e. Perikanan 2089353,88 1,01 1820486,55 0,74 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 17157276,21 8,26 7194525,89 2,93 a. Minyak dan Gas Bumi 16342215,99 7,86 6576120,89 2,68 b. Pertambangan tanpa Migas 194409,76 0,09 195386,06 0,08 c. Penggalian 620650,46 0,30 423019,28 0,17 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 82812525,29 3,.85 104886919,46 42,67 a. Industri Migas 3113631,55 1,50 2296832,99 0,93 1. Pengilangan Minyak Bumi 3113631,55 1,50 2296832,99 0,93 2. Gas Alam Cair 0.00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas **) 79698893,74 38,36 102590086,47 41,74 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3866307,34 1,86 5649829,62 2,30 a. Listrik 3619144,81 1,74 4885982,47 1,99 b. Gas 68659,91 0,03 433556,53 0,18 c. Air Bersih 178502,63 0,09 330290,62 0,13 5. BANGUNAN 6276803,54 3,02 7780823,72 3,17 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 39239611,04 18,88 47259969,72 19,23 a. Perdagangan Besar & Eceran 32137157,32 15,47 40541875,58 16,49 b. Hotel 466423,34 0,22 1002304,98 2,33 c. Restoran 6636030,38 3,19 5715789,16 4,19 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9740992,90 4,69 10295854,17 4,19 a. Pengangkutan 7842914,55 3,77 7284965,29 2,96 1. Angkutan Rel 136021,75 0,07 161742,33 0,07 2. Angkutan Jalan Raya 6406496,70 3,08 5943075,46 2,42 3. Angkutan Laut 261297,84 0,13 223477,22 0,09 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 1217,89 0,00 322,54 0,00 5. Angkutan Udara 26048,95 0,13 446885,87 0,18 6. Jasa Penunjang Angkutan 777396,42 0,37 509461,88 0,21 b. Komunikasi 1898078,35 0,91 3010888,87 1,22 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 5987223,37 2,88 7570633,17 3,08 a. Bank 1197509,50 0,58 1937840,32 0,79 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 587185,07 0,28 713767,52 0,29 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 1,51 d. Sewa Bangunan 3319707,33 1,60 3699393,75 0,50 e. Jasa Perusahaan 882821,46 0,42 1219631,58 8,33 9. JASA-JASA 12966245,55 6,24 20468266,35 8,33 a. Pemerintahan Umum 7538531,09 3,63 12853884,00 5,23 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 7538531,09 3,63 12853884,00 5,23 2. Jasa Pemerintah lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 5427714,46 2,61 7614382,35 3,10 1. Sosial Kemasyarakatan 1247180,29 0,60 1308717,79 0,53 2. Hiburan & Rekreasi 134399,61 0,06 192344,80 0,08 3. Perorangan & Rumah tangga 4046134,56 1,95 6113319,76 2,49 PDRB DENGAN MIGAS 207787114,34 100,00 245798061,00 100,00 PDRB TANPA MIGAS 188331266,80 236925108,21

Sedangkan sektor yang mendominasi dan memberi sumbangan terbesar perekonomian Jawa Barat pada tahun 2002 dan 2005 adalah industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian. Untuk sektor industri pengolahan; dan perdagangan, hotel, restoran mengalami peningkatan sharenya terhadap total perekonomian Jawa Barat dari tahun 2002 ke tahun 2005, yaitu industri pengolahan dari 39,85 persen menjadi 42,67 persen, dan perdagangan, hotel, restoran share sebesar 18,88 persen menjadi 19,23 persen tetapi sektor pertanian mengalami penurunan share dari 14,31 persen menjadi 14,11 persen (Tabel 5). Peningkatan share sektor industri pengolahan dan penurunan sektor pertanian terhadap total perekonomian Jawa Barat tercatat seperti menurut Rustiadi dan Kitamura (1997) dalam Basic trand in Land Use /Cover in Indonesia menyatakan bahwa faktor yang sangat penting dalam ekonomi urbanisasi adalah perubahan dari utamanya ekonomi pertanian ke arah suatu ekonomi industri. Artinya suatu perubahan dalam ketenagakerjaan dan pendapatan dari sektor primer (pertanian) kepada sektor sekunder (industri, perdagangan dan sebagainya). Perubahan tersebut biasanya timbul secara bersamaan dengan adanya kehadiran secara fisik para urbanis, karena penggunaan lahan yang intensif oleh industri menyebabkan konsentrasi penduduk dekat dengan area industri dan perdagangan. Sehingga seperti ditunjukkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan jumlah penduduk di wilayah Bandung Raya dan Bodebek seiring dengan peningkatan share sektor industri dan perdagangan yang berkembang di wilayah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto menurut penggunaannya didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan nilai share sebesar 64,53 persen dari total PDRB. PDRB menurut penggunaannya yang kedua disominasi oleh ekspor dengan nilai share 48,29 persen diikuti oleh import sebesar 38,30 persen terhadap total PDRB. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga suatu daerah sangat berpengaruh besar terhadap pendapatan perekonomian wilayah. Lebih jelasnya PDRB menurut penggunaannya dapat dilihat Tabel 6.

Tabel 6 Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 dan share di wilayah Provinsi Jawa Barat dirinci menurut penggunaan tahun 2005 Uraian PDRB Nilai Share Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 158610375,64 36,54 a. Makanan 90856756,64 20,93 b. Bukan Makanan 67753619,00 15,61 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 1272929,20 0,29 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18208505,00 4,19 Pembentukan Modal Tetap Bruto 40963068,90 9,44 Perubahan Stok 2192536,66 0,51 Ekspor 118686416,14 27,34 a. Antar Negara 72307967,39 16,66 b. Antar Provinsi 46378448,75 10,68 Impor 94135769,79 21,69 a. Antar Negara 44123375,88 10,17 b. Antar Provinsi 50012393,91 11,52 Total 245798061,75 100,00 5.4 Pembangunan Manusia Indikator keberhasilan pembangunan daerah salah satunya dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari : (1) Indeks harapan hidup (2) Indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah dan (3) Indeks standar hidup layak. Adapun Komponen IPM adalah : (1) Kesehatan (usia hidup), yang diukur dengan angka harapan hidup, (2) Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, (3) Standar hidup layak (pendapatan) yang diukur dengan rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. IPM Jawa Barat menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Dengan harapan tahun 2010, IPM Jawa Barat dapat mencapai nilai sebesar 80. Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Indeks pembangunan manusia (IPM) di Jawa Barat tahun 2002 dan 2003 Indikator 2002 2003 IPM 67,45 67,87 a. Indeks Kesehatan 78,30 78,40 b. Indeks Pendidikan 66,50 66,57 c. Indeks Daya Beli 57,53 58,63

5.5 Kredit Bank di Jawa Barat Kontribusi Bank dalam pembangunan sangat signifikan dalam menggerakkan roda perekonomian. Bank sebagai lembaga finansial akan menarik dunia bisnis sebagai mitra untuk meningkatkan investasinya sehingga saling memperoleh keuntungan. Di lain pihak, secara makro akan meningkatkan Nilai Tambah Bruto. Posisi kredit (baik kredit modal kerja, investasi maupun konsumsi) Bank Umum di Provinsi Jawa Barat terbesar pada Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi. Sedangkan kredit Bank Umum di Provinsi Jawa Barat terendah pada Kota Banjar. Posisi kredit Bank Umum pada Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Posisi kredit bank umum pada kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat (dalam juta rupiah) tahun 2004 Kabupaten/Kota Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah Kabupaten Bogor 2907396 1252270 2322421 6482087 Sukabumi 791021 151431 618743 1561195 Cianjur 497611 125155 660226 1282992 Bandung 4705722 1358516 2191864 8256102 Garut 464598 78870 735457 1278925 Tasikmalaya 470176 38377 548806 1057359 Ciamis 435863 122161 583200 1141224 Kuningan 283828 55454 386286 725568 Cirebon 762942 771798 638417 2173157 Majalengka 358104 26904 417998 803006 Sumedang 761553 97446 526290 1385289 Indramayu 605368 144258 422557 1172183 Subang 542356 405658 485103 1433117 Purwakarta 1689202 3185492 411072 5285766 Karawang 2363321 656845 1129926 4150092 Bekasi 8692892 2933409 3562900 15189201 Kota Bogor 795704 214821 1278086 2288611 Sukabumi 171090 52012 241656 464758 Bandung 9114496 5593718 4829683 19537897 Cirebon 457664 177497 594375 1229536 Bekasi 688234 268732 1282118 2239084 Depok 445255 271062 1291537 2007854 Cimahi 696939 147433 218943 1063315 Tasikmalaya 390631 96275 498873 985779 Banjar 56386 1384 152776 210546 Total Jawa Barat 39148352 18226978 26029313 83404643 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat