dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR ACEH TENTANG PERATURAN GUBERNURACEH NOMOR 92 TAHUN 2012 PENYELENGGARAANPENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT ALLAHYANG MARA KUASA

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 116 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

penyelenggaraan pendidikan khusus, pendidikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAANPERATURANDAERAH KOTASURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANGKESETARAANDIFABEL

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI PROVINSI BANTEN


QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 132 TAHUN 2016 TENTANG

NOMOR : % TAHUN 2017

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 2 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 106 TAHUN 2016 TENTANG

WALI KOTA BANDUNG, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL BEASISWA KEPADA ANAK YATIM, PIATU DAN YATIM PIATU DALAM WILAYAH ACEH

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL

U Mengingat :1. Undang - Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2005/2006

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

-1- QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 136 TAHUN 2016 TENTANG

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 134 TAHUN 2016 TENTANG

NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BATANG

BUPATI BENGKAYANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KLINIK KONSULTASI AKSELERASI PENYELESAIAN REKOMENDASI HASIL PENGAWASAN BERBASIS E-CONSULTING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

PENYALURAN DAN PEMANFAATAN DANA HIBAH SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT ACEH

- 1 - PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

GUBERNUR ACEH PERA TURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang Mengingat a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (5) Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan dalam suatu Peraturan; 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103); 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4586); 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4633); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3460); 10. Peraturan..../2 ridatawahed1201' I"'.GU' IMARET. I

- 2- Menetapkan 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3484); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3485); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4769); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4863); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4864); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157); 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah; 18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danlatau Bakat yang Istimewa; 19. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 5); 20. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 05 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 15); MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR ACEH TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF. BABI KETENTUAN UMUM Pasall Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan Peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur. rdatawahed12ol',per.gu'\maret. 2. Kabupatenl....!3

- 3-2. Kabupaten!Kota adalah bagian dari daerah provinsi sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan Peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang BupatiIWalikota. 3. Pemerintah Daerah Aceh adalah unsur penyelenggaraan Pemerintahan Aceh yang terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah Aceh. 4. Gubernur adalah Kepala Pemerintahan Aceh yang dipilih melalui suatu proses demokratis yang dilakukan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. 5. Pemerintah Kabupaten!Kota adalah unsur penyelenggara Pemerintah Daerah KabupatenIKota yang terdiri atas BupatiIW alikota dan Perangkat Daerah Kabupaten!Kota. 6. BupatiIWalikota adalah Kepala Pemerintahan Kabupaten!Kota yang dipilih melalui suatu proses demokratis yang dilakukan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. 7. Kecamatan adalah suatu wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten!Kota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan. 8. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif terdiri dari TK/RA Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama! Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan!Madrasah, AliyahiMadrasah Aliyah Kejuruan (SMNSMK/ MNMAK) atau bentuk lain yang sederajat negeri dan swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat dan terakreditasi serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 9. Dayah yang disebut juga pesantren adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan terakreditasi serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan yang thullab atau santri atau pelajarannya bertempat tinggal di dayah atau pesantren tersebut (balee/pondok), memfokuskan pada pendidikan Islam dan dipimpin oleh Teungku dayah. 1O.Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang merhiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan!atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat minat istimewa. 11. Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan!atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. 12. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarah, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. 13. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat oleh pihak. berwenang untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. 14.Peserta didik berkedudukan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakrnampuan mental, emosi atau fisiko IS.Pusat sumber adalah lembaga yang menyelenggarakan layanan pendukung pendidikan inklusif yang berasal dari Sekolah Luar Biasa atau lembaga lain atau pendukung pendidikan inklusif. roatawahedi20"iper.gubimaret. 16. Guru... ~.../4

- 4-16. Guru bimbingan khusus adalah guru yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pemerintah KabupateniKota yang bertugas mendampingi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dan memiliki kompetensi dalam menangani peserta didik berkebutuhan khusus. 17. Bantuan profesional adalah bantuan yang diberikan dalam bentuk dukungan ahli dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi penerimaan peserta didik, identifikasi dan asesmen, prevensi, intervensi, kompensatori, layanan advokasi, modifikasi kurikulum, program pembelajaran individual, pembelajaran, penelitian media dan sumber belajar serta sarana dan prasarana. Tujuan Pendidikan Inklusif adalah : BABII TUJUAN Pasal2 1. memberikan kesempatan yang seluas-iuasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan danlatau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; 2. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik; BAB III PENYELENGGARAAN PENDIDlKAN INKLUSIF Pasal3 Pendidikan inklusif diselenggarakan pada tingkat satuan pendidikan TKlRA, SD/MI, SMP/MT, SMNMA, SMKlMAK negeri dan swasta serta Dayah. Pasal4 (I) Pemerintah KabupateniKota menetapkan paling sedikit 1 (satu) sekolah taman kanak-kanaklraudhatul atfal dan 1 (satu) sekolah dasar pada setiap kecamatan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta didik berkedudukan khusus, termasuk Satuan Pendidikan yang berada di bawah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh serta Dayah; (2) Pemerintah KabupateniKota menetapkan paling sedikit 1 (satu) sekolah menengah pertama dan 1 (satu) satuan pendidikan menengah pada setiap wilayah unit pelaksana teknis dinas pendidikan kecamatan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta didik berkedudukan khusus, termasuk Satuan Pendidikan yang berada di bawah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh serta Dayah; (3) Pemerintah KabupateniKota menetapkan satuan penyelenggara pendidikan khusus sebagai pusat sumber bagi satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Pasal5 (1) Satuan pendidikan yang telah ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif wajib menerima peserta didik berkebutuhan khusus serta melakukan proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku; (2) Setiap satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif secara swadaya pada tingkat satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasa! 3 harus memberitahukan kepada Pemerintah KabupateniKota; (3) Satuan pendidikan selain yang ditunjuk oleh Pemerintah KabupateniKota dapat menerima peserta didik berkedudukan khusus secara swadaya; rdatawahed\20l1 IPER.GU8\M'RET. Pasa!6.. /5

- 5- Pasal6 Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 3 memprioritaskan penerimaan peserta didik yang berkedudukan khusus yang tempat tinggalnya berdekatan dengan satuan pendidikan yang bersangkutan. Pasal7 Setiap satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sekurangkurangnya harus memenuhi per5yaratan sebagai berikut : a. tersedia guru bimbingan khusus yang dapat memberikan program pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus; b. tersedia sarana dan prasarana bagi peserta didik berkebutuhan khusus serta memperhatikan aksesibilitas dan/atau alat sesuai kebutuhan peserta didik; serta c. memiliki program kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan inklusif. Pasal8 (1) Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggarakan pendidikan inklusif adalah kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan kebutuhan khusus masing-masing peserta didik berkebutuhan khusus. (2) Proses pembelajaran dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan kemampuan individual dan kebutuhan khusus peserta didik berkebutuhan khusus agar dapat berkembang sesuai kemampuannya. (3) Apabila diperlukan penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus di samping belajar bersama dengan peserta didik lainnya dalam satu kelas yang sarna, juga dapat dilaksanakan pada ruang khusus. (4) Proses pembe1ajaran peserta didik berkedutuhan khusus merupakan tugas dan tanggungjawab guru kelas atau guru mata pelajaran. Pasal9 (1) Penilai hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada jenis kurikulum satuan pendidikan yang bersangkutan. (2) Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional. (3) Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar pendidikan nasional mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. PasallO (1) Peserta didik yang menyelesaikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (2) mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah. (2) Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (3) mendapat Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. (3) Peserta didik yang memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 ayat (2) dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan khusus. Pasal11../6 TATAWAHEDI20TTIPER.GUBIMARET.

- 6- TDATAWAH'D\2011 \PER.GU'\MARET. Pasalll (1) Pemerintah Aceh dan Pemerintah KabupatenlKota wajib menyediakan paling sedikit 1 (satu) orang guru bimbingan khusus sesuai jurusan kepada satuan pendidikan yang ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. (2) Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif secara swadaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (3) wajib menyediakan paling sedikit 1 orang guru bimbingan khusus. (3) Pelaksanaan program pendidikan khusus dilaksanakan oleh guru bimbingan khusus. (4) Pemerintah Aceh membantu penyediaan tenaga bimbingan khusus bagi satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif yang memerlukannya. (5) Dalam rangka terselenggaranya pendidikan inklusif, satuan pendidikan dapat bekerjasama dengan Komite Sekolah, Majelis Pendidikan Daerah (MPD), pusat sumber, Universitas, Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Pengawas Sekolah(KKPS), Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan lembaga terkait lainnya baik pemerintah maupun swasta serta forum pemerhati pendidikan inklusif. Pasal12 (1) Peserta didik pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif adalah semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus. (2) Peserta didik berkebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat aditif lainnya; 1. memiliki kelainan lainnya; m. tunaganda. Pasal13 Sarana dan prasarana yang terdapat pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif adalah sarana dan prasarana yang telah terdapat pada satuan pendidikan yang bersangkutan dan ditambah dengan aksessibilitas serta media pembelajaran yang diperlukan bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Pasal14 Manajemen satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif menerapkan manajemen berbasis sekolah sebagai bentuk : a. menggunakan manajemen sekolah dengan prinsip demokratis, transparan, partisipatif, akuntabel dan inklusif; b. melibatkan peran serta masyarakat melalui komite sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah; c. menyelenggarakan pembelajaran yang menjamin hak-hak anak melalui metode pembelajaran yang menyenangkan dan membangun aktifitas dan kreatifitas peserta didik; BAB rv.'/7

- 7-, ~OATAWAHEOI20T 1 lper.gus IMARET. BABIV PEMBINAAN, PENGA W ASAN DAN EVALUASI Pasal15 Pembinaan dan pengawasan penyelenggara pendidikan inklusif dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut : a. Pemerintah KabupatenlKota berkewajiban melakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan, orang tua dan masyarakat tentang pendidikan inklusif; b. Pemerintah KabupatenlKota berkewajiban meningkatkan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi guru dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif dan satuan pendidikan khusus sebagai pusat sumber; c. Pemerintah Aceh membantu melakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan, orang tua dan masyarakat tentang pendidikan inklusif; d. Pemerintah Aceh membantu meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif dan satuan pendidikan khusus sebagai pusat sumber; e. Pengawas KabupatenIKota dan provinsi melakukan pembiayaan dan pengawasan terhadap satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif; f. Peningkatan kompetensi sebagaimana yang dimaksud pada huruf b, huruf d dan huruf e dapat dilakukan melalui : 1) Dinas Pendidikan Aceh dan Dinas Pendidikan KabupatenlKota; 2) Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP); 3) Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP); 4) Kelompok Kerja Guru/Kepala Sekolah (KKG, KKKS), Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS). g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembiayaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusif yang ditetapkan dalam petunjuk pelaksanaan dan teknis penyelenggaraan pendidikan inklusif. Pasal16 (1) Evaluasi hasil penyelenggaraan pendidikan inklusif dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh sesuai kewenangannya. (2) Laporan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Gubernur secara berjenjang. BABV HAK PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF Pasal17 (1) Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif berhak memperoleh bantuan profesional sesuai dengan kebutuhan dari Pemerintah Aceh dan Pemerintah KabupatenlKota. (2) Jenis dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. bantuan profesional perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi; b. bantuan profesional dalam penerimaan, identifikasi dan asesmen, prevensi, intervensi, kompensatoris dan layanan advokasi peserta didik; c. bantuan profesional dalam bentuk modifikasi kurikulum, program pendidikan individual, pembelajaran, penilaian, media dan sumber belajar serta sarana prasarana. (3) Bantuan Profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan dengan menyerahkan secara langsung kepada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif atau melalui kelompok kerja pendidikan inklusif, kelompok kerja organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga mitra terkait, baik dalam negeri maupun luar negeri. 11 (3) Bantuan..../8

- 8- (4) Pemerintah Aceh, Pemerintah memberikan bantuan profesional pendidikan inklusif. KabupateniKota danlatau masyarakat kepada satuan pendidikan penyelenggara (5) Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif dapat bekerjasama dan membangun jaringan dengan satuan pendidikan khusus, perguman tinggi, organisasi profesi, lembaga rehabilitasi, mmah sakit dan pusat kesehatan masyarakat klinik terapi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat. BABVI PEMBIAYAAN Pasal18 (I) Pemerintah KabupateniKota bertanggungjawab terhadap pembiayaan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Pemerintah KabupateniKota. (2) Pemerintah Aceh membantu Pemerintah KabupateniKota terhadap pembiayaan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal19 Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penyelenggaraan pendidikan inklusif akan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Aceh. Pasal20 Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur ini diberikan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan Peraturan pemndang-undangan. Pasal21 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Aceh. ~~apkan di Banda Aceh 1 Maret 2011 26 Rabiul Awall432 Diundangkan di Banda Aceh pada tanggal, 2 Maret 2011 27 Rabiul Awal1432 pj'~taris DAERAH ACEH, \( ',,--.~.SETIABUDI ~-- BERITA DAERAH ACEH TAHUN 2011 NOMOR 5 ~DAlAWAHEDI2011 IPER.GU'IMARET.