BAB VI PELAKSANAAN KERJA PERPIPAAN A. TINJAUAN UMUM Praktek kerja perpipaan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan secara lebih akurat kepada mahasiswa tentang tata cara perpipan untuk mendukung atau mempraktekkan teori yang telah didapat sebelumnya dan pelaksanaan kerja perpipaan di lapangan. Sistem perpipaan terbagi atas dua macam, yaitu sistem perpipaan terbuka dan tetutup. B. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kerja perpipaan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Pipa galvanis ½ dan ¾. 2. Tee ½ dan ¾. 3. Kran air ½. 4. Scaltape. 5. Reducing socket ½ dan ¾. 6. Plug ¾. 7. Water mur. 8. Water stop. 9. Elbow ½ dan ¾. 10. Doblenipel ¾. 11. Barel union¾. C. PERALATAN Peralatan-peralatan yang perpipaanadalah sebagai berikut : 1. Pengulir pipa ½ dan ¾. 2. Mata pisau ulir ½ dan ¾. 3. Penggores digunakan untuk menunjang praktikum kerja
4. Rol meter 5. Gergaji besi 6. Pipe cutter 7. Kunci pipa 8. Kunci inggris 9. Olican 10. Kuas 11. Kikir segi empat. Kikir bulat 13. Tang kombinasi. Obeng strip 15. Obeng kembang D. INSTALASI PIPA TERTUTUP E. PELAKSANAAN KERJA PLUMBING Instalasi Pipa Tertutup a.memeriksa dan menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan. b. Mengukur pipa yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan baik panjang maupun diameternya. Pengukuran pipa bukan hanya berdasarkan panjang saja tapi harus diperhatikan sambungan-sambungan yang digunakan. Apabila digunakan
sambungan pipa ditengah maka panjangnya harus disesuaikan agar didapatkan sesuai dengan perencanaan yang sudah ada. c.jika pengukuran sudah selesai pekerjaan berikutnya adalah memotongan pipa. Pemotongan pipa dilakukan di atas ragum sebagai pemegang batang pipa yang akan dipotong agar tidak bergeser-geser. d. Memotongan pipa menggunakan alat pemotong pipa agar diperoleh hasil yang cukup bagus disamping itu pelaksaannya juga relatif mudah. Apabila setelah dilakukan pemotongan ternyata hasilnya kurang memuaskan maka untuk menghaluskan digunakan kikir. Apabila setelah dilakukan pemotongan ternyata hasilnya tidak lurus hal ini mungkin dikarenakan perletakan alat potong yang tidak siku yaitu roda yang ada pada pemotong tidak rata pada pipa. e.pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan pembuatan ulir, sebelum melakukan penguliran perlu ditetapkan terlebih dahulu panjang uliran yang dibutuhkan. f. Untuk melakukan penguliran, terlebih dahulu masukan pipa ke dalam snek sesuai dengan diameternya, setelah itu kunci alat pada arah berlawanan lakukan penguliran dengan hati-hati sambil dipegang dan didorong kearah dalam pipa. Selama melaksanakan penguliran sesekali pipa yang sedang diulir diberi oli agar penguliran tidak berat. Oli ini berfungsi untuk melicinkan antara mata ulir yang sedang mengulir dengan permukaan pipa yang diulir. g. Apabila pada waktu diulir terasa berat diputar, maka mata arah uliran harus dibalik dahulu, ini dimaksudkan apabila ada serabut besi hasil uliran yang menghalangi mata ulir pada waktu mengulir atau mata uliran ada yang keluar dari mata ulir yang sudah ada. Apabila hal ini terus dilakukan atau dipaksa maka uliran akan rusak dan akibatnya akan terjadi berubah bentuk pada pipa. h. Pekerjaan setelah mengulir adalah merangkai pipa sesuai dengan rencana jaringan yang ada. Perangkaian pipa dengan sambungan yang sudah direncanakan menggunakan kunci sesuai dengan pipa yang bersangkutan agar sambungan benar-benar kuat dan kedap air maka pada waktu penyambungan perlu digunakan sealtape. i. Pekerjaan paling akhir setelah pipa terangkai adalah dilakukan pengujian menggunakan alat yang disebut dengan test pump, alat ini digunakan untuk menguji apakah terjadi kebocoran pada jaringan pipa tersebut atau tidak. j. Apabila terjadi kebocoran maka sambungan pada tempat yang terjadi kebocoran perlu di cek ulang atau bahkan disambung kembali dengan menambah sealtape lebih banyak dan dikuatkan lagi sambungannya.
F. PERHITUNGAN Rumus untuk Menghitung Panjang Pipa : F = A T Keterangan : A = As alat sambung ke muka alat sambung T = Panjang Ulir F = Faktor Kelonggaran A FT Tabel9.1 untuk menentukan Faktor kelonggaran dan panjang ulir Diameter Pipa ½ ¾ 1 1 ¼ 1 ½ 2 2½ 3 A (mm) 38 44 49 57 68 79 Panjang Ulir T (mm) 17 17 17 23 25 Hitungan Kebutuhan Panjang Pipa 1. Pada sambungan I a. Pipa Ø ½ F1 =A T = - = mm F2 =A T = - = mm Panjang pipa sebenarnya = L F1 F 2 = 30 1,6 1,6 = 26,8 cm
b. Pipa Ø ¾ F1 =A T = - = mm F2 =A T = - = mm Panjang pipa sebenarnya = L F1 F 2 = 30 1,9 1,9 = 26,2 cm Penabelan Hasil Hitungan : DIAMETER SAMBUNGAN PIPA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PANJANG PIPA MULA-MULA (mm) 300 300 200 200 300 300 200 200 500 Panjang total pipa Ø ½ Panjang total pipa Ø ¾ PANJANG PIPA SEBENARNYA (mm) 268 262 2 2 262 268 8 8 468 2 A (mm) 250 T F1 F2 (mm) (mm) (mm) = 26,8 + 26,8 +,8 +,8 + 46,8 = 26,2 +,2 +,2 + 26,2 + 21,2 = 134cm = 106 cm G. KESIMPULAN Setelah melakukan praktikum pembuatan instalasi perpipaan, maka dapat disimpulkan mengenai hal-hal yang menyebabkan kebocoran pada sambungan pipa yaitu antara lain : 1. Pembuatan ulir yang terlalu pendek serta hasil uliran yang rusak. 2. Penyambungan yang kurang rapat. 3. Pemasangan sambungan yang kurang baik dan tidak diberi seal tape pada sambungan.
H. LAMPIRAN Meteran Pipe Cutter
Pengikir persegi Mata ulir ¾ dan 1/2 Pengulir pengikir bulat Kunci Inggris kunci pipa Pompa Oil Can
Pipa dan sambungan Selotip pipa