BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi maupun sumber daya alam, namun sebagai Negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dilakukan karena tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaaan yang tidak sedikit dan salah satunya bersumber dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Negara Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Republik. Negara kita Negara Indonesia ini mempunyai sebuah landasan atau sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kontribusi pajak

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam upaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA.47. Belawan 47. Paksa Surat Paksa.57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..59. B. Saran...

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. baik secara materiil maupun spiritual (Waluyo dan Wirawan : 2001). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BEKASI SELATAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA KANTOR PENERIMA PAJAK (KPP) KOTA JAYAPURA

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah satu negara yang sering melakukan pembangunan nasional diberbagai bidang sebagai pemenuhan kewajibannya terhadap rakyat Indonesia. Tentunya dibutuhkan pula anggaran dan biaya yang tidak sedikit untuk melaksanakan kewajiban Negara terhadap rakyatnya tersebut. Salah satu sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pelayanan publik dan pembangunan nasional diantaranya dari sektor pajak dan sektor migas (Amaliyah & Murtin, 2010). Pendapatan dari sektor pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar negara untuk menompong keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini terbukti dalam data pokok Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2015, Kementerian Keuangan RI tahun 2015 merencanakan penerimaan negara dari sektor pajak ditetapkan sebesar Rp.1.294 triliun yang terdiri dari 621 triliun pajak penghasilan, 576 triliun pajak pertambahan nilai, 11,7 triliun pajak lainnya dan PBB serta BPHTB 26,6 triliun (Muda, H, dkk, 2015). 1

2 Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menyatakan bahwa pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi dan atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mengharapkan imbalan secara langsung dan dapat digunakan untuk keperluan pajak negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Najoan, M.P, dkk, 2015). Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara karena merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan dalam memenuhi kepentingan para rakyatnya. Maka negara membutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk merealisasikan pembangunan tersebut, dimana kebutuhan anggaran tersebut setiap tahunnya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah serta kebutuhan penduduk. Kewajiban dari pemerintah yaitu melakukan pengaturan dalam penerimaan dan pengeluaran sehingga berhak melakukan pemungutan atas rakyat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku (Tahar & Rachman, 2014). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak yaitu menggunakan self assessment system yang merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku (Arestanti, dkk 2016).

3 Upaya pemerintah dalam memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak ini sebenarnya sudah lama dilakukan sejak tahun 1983 pemerintah telah melakukan reformasi besar dengan self assessment system (Tahar & Sandy, 2012). Perubahan sistem pemungutan pajak di Indonesia yaitu dari official assesment system menjadi self assessment system, dimana self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya jumlah pajak yang terutang. Penerimaan negara selama tahun 2010-2014 yang berasal dari sektor pajak dengan kontribusi rata-rata sebesar 74,4%, serta penerimaan negara dari sektor bukan pajak memiliki kontribusi sebesar 25,3% (Susmita & Supadmi, 2016). Penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat selama 4 (empat) tahun terakhir yaitu penerimaan pajak pada tahun 2013 Rp.527.029.000.000,- dari target Rp.627.032.000.000,- atau sekitar 84,05%, pada tahun 2014 Rp.572.027.000.000,- dari target Rp.587.055.000.000,- atau sekitar 97,44%, pada tahun 2015 Rp.999.642.000.000,- dari target Rp.1.258.570.000,- atau sekitar 79,43%, dan pada tahun 2016 Rp.445.862.000.000- dari target Rp.1.435.152.000.000,- atau sekitar 31.07% (Soepriyanto, 2016). Besarnya kontribusi penerimaan pajak tersebut terhadap pendapatan negara sangat mempengaruhi jalannya roda pemerintahan dan perekonomian bangsa. Walaupun demikian, realisasi penerimaan pajak

4 penghasilan baik dari Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan masih dirasa belum optimal. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu faktor tersebut yaitu banyaknya tunggakan pajak penghasilan yang tidak atau belum dilunasi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan (Susmita & Supadmi, 2016). Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) menerbitkan jumlah tunggakan pajak yang belum dibayarkan oleh Wajib Pajak sampai 31 Desember 2014 yaitu RP.67,7 triliun. Sementara sampai 24 maret 2015 jumlah tunggakan yang baru berhasil dicairkan yaitu sebesar Rp.6,75 triliun atau baru 9,97% (Jati, 2015). Sedangkan jumlah tunggakan pajak yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat per 31 Desember 2015 yaitu sebesar Rp.347.321.721.976. Sementara sampai tahun 2016 jumlah tunggakan yang baru berhasil dicairkan yaitu sebesar Rp.27.408.324.493. (Sumber: KPP Pratama Mataram Barat). Tunggakan pajak yang meningkat diikuti oleh pencairan tunggakan pajak yang meningkat juga. Namun, peningkatan pencairan tunggakan pajak dirasa belum optimal dan efektif karena belum mencairkan seluruh jumlah tunggakan pajak yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat. Sehingga realisasi pencairan tunggakan pajak tidak mencapai target yang telah ditetapkan.

5 Salah satu penyebab tingginya jumlah tunggakan pajak yaitu masih banyaknya masyarakat yang dengan sengaja melalaikan kewajibannya dalam melakukan pembayaran pajak yang telah ditetapkan. Direktorat Jenderal Pajak senantiasa mengupayakan peningkatan peyuluhan dan sosialisasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi kewajibannya dalam membayar pajak sebagai pengabdian kewajibannya kepada negara (Budilesmana,2001). Upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk mengoptimalkan penerimaan pajak yaitu dengan melakukan penagihan pajak, hal ini dilakukan karena penagihan pajak mempunyai kekuatan hukum yang bersifat mengikat dan memaksa (Sutrisno dkk, 2016). Tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa. Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar Wajib Pajak melunasi utang pajaknya serta biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melakukan penyitaan, penyenderaan, serta menjual barang yang telah disita (Mardiasmo,2011). Tindakan penagihan yang berpotensi dalam pencairan tunggakan pajak antara lain melalui penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan diterbitkannya surat teguran yang dikirimkan ke Wajib Pajak yang

6 mempunyai utang pajak dan tidak membayar dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak. Surat teguran bertujuan untuk menegur serta memberikan peringatan kepada Wajib Pajak untuk membayar utang pajaknya. Jika dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah diterbitkannya surat teguran Wajib Pajak belum juga melunasi tunggakan pajaknya, maka langkah selanjutnya yaitu menerbitkan surat paksa. Surat paksa merupakan surat perintah membayar utang pajak serta biaya penagihan pajak yang mempunyai kekuatan dan kedudukan hukum yang sama dengan keputuan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (Mardiasmo,2011). Penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa diharapkan mampu membuat penunggak pajak membayar utang pajaknya sehingga pencairan tunggakan pajak dapat meningkat setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Marjunianto & Sugianto (2015) yang berjudul Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pencairan Tunggakan Pajak (Studi di Wilayah KPP Wajib Pajak Besar Tahun 2012-2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa surat teguran dan surat paksa yang dikirimkan kepada Wajib Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pencairan tunggakan pajak oleh Wajib Pajak. Penelitian yang dilakukan Paseleng, dkk (2013) yang berjudul Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pelayanan Pajak Pratama

7 Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa tergolong tidak efektif dan memberikan kontribusi yang kurang terhadap penerimaan pajak penghasilan. Penelitian yang dilakukan oleh Tunas (2013) yang berjudul Efetivitas Penagihan Tunggakan Pajak dengan menggunakan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penagihan pajak dengan menggunakan surat paksa tergolong efektif. Berdarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PASKSA DALAM PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MATARAM BARAT PERIODE 2014-2016). Penelitian ini merupakan perkembangan dari penelitian Marjunianto dan Sugianto 2015 yang peneliti sempurnakan berdasarkan penelitian-penelitian lain. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variabel dependen, dimana penelitian terdahulu menggunakan penerimaan pencairan tunggakan pajak, sedangkan penelitian ini menggunakan pencairan tunggakan pajak sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat sebagai obyek penelitian.

8 B. Batasan Masalah Penelitian 1. Penelitian ini hanya menggunakan data variabel pada tahun 2014-2016 2. Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat. C. Rumusan Masalah Penelitian 1. Apakah penagihan pajak dengan surat teguran berpengaruh positif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat? 2. Apakah penagihan pajak dengan surat paksa berpengaruh positif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji apakah penagihan pajak dengan surat teguran berpengaruh positif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat. 2. Untuk menguji apakah penagihan pajak dengan surat paksa berpengaruh positif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat.

9 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Aspek Teoritis Diharapkan dapat memberikan pemahaman yang luas mengenai pencairan tunggakan pajak, dapat memberikan masukan-masukan, sumbangan pemikiran, serta bahan pertimbangan agar dapat menjadi bahan evaluasi dimasa yang akan datang oleh pihak pembuat kebijakan perpajakan. 2. Aspek Praktis a. Bagi Direktorat Jenderal Pajak Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengetahui tingkat tunggakan pajak, dan dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan penerimaan pajak. b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mataram Barat Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai bahan evaluasi kinerja dan tindakan yang dapat diambil oleh kantor pelayanan pajak dalam memperbaiki kinerja sehingga dapat mengoptimalkan pencairan tunggakan pajak.

10 c. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat memberikan motivasi untuk memahami tentang peraturan perpajakan dan penagihan pajak, sehingga dapat mencairkan tunggakan pajak. d. Bagi Universitas Menambah referensi bagi perbandingan yang akan data serta sebagai tambahan perpustakaan yang sudah ada. e. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh khususnya dibidang perpajakan.