SEISMIK STRATIGRAFI PERAIRAN LOMBOK LEMBAR PETA 1807, NUSA TENGGARA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN HASIL PENAFSIRAN DATA SEISMIK PERAIRAN TELUK JAKARTA DAN SEKITARNYA

IDENTIFIKASI STRUKTUR PADA PROFIL MAGNET TOTAL DAN SEISMIK DANGKAL DI PERAIRAN TANJUNG SELOR KALIMANTAN TIMUR

ZONA SESAR DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN (LP 1611)

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR GEOLOGI TELUK BONE - SULAWESI SELATAN GEOLOGICAL STRUCTURES OF THE BONE GULF- SOUTH OF SULAWESI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

POLA SEBARAN GAS CHARGED SEDIMENT DASAR LAUT DI PERAIRAN SIDOARJO JAWA TIMUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PASANG KAYU, SULAWESI BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

SEBARAN DUGAAN GAS BIOGENIK BERDASARKAN HASIL PENAFSIRAN REKAMAN STRATA BOX DI PERAIRAN TANJUNG PONTANG-BANTEN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

AKUMULASI TAILING DASAR LAUT DI PERAIRAN TELUK SENUNU DAN SEKITARNYA, SUMBAWA BARAT

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Pendangkalan Pelabuhan Cirebon dan Astanajapura Akibat Proses Sedimentasi (Berdasarkan Data Seismik Pantul Dangkal dan Pemboran Inti)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB II GEOLOGI REGIONAL

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL STRUKTUR TERHADAP PENYEBARAN BATUAN VOLKANIK KUARTER DAN GUNUNGAPI AKTIF DI JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

BAB II GEOLOGI REGIONAL

MUD DIAPIR DI PERAIRAN SELATAN PULAU MADURA

STRUKTUR GEOLOGI LAUT FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V SEJARAH GEOLOGI

FENOMENA SEDIMENT CLOUD DI PERAIRAN TANJUNG PONTANG BANTEN

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

STRUKTUR DIAPIR BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT DI KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN SAMPANG-PAMEKASAN, JAWA TIMUR

III. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB VI SEJARAH GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN PENAFSIRAN REKAMAN SEISMIK PANTUL DANGKAL SALURAN TUNGGAL DI PERAIRAN SELAT SUNDA

Pengaruh genangan Bendung Sedau terhadap kestabilan lereng Lembah Cerorong, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat

INDIKASI KETERDAPATAN ENDAPAN PLASER PEMBAWA TIMAH DAN UNSUR TANAH JARANG (REE), DI PERAIRAN TODAK, SINGKEP, KEPULAUAN RIAU

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

Geomorfologi Sungai Klawing Daerah Bobotsari, Kabupaten Purbalinggga, Jawa Tengah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

IDENTIFIKASI ALUR PURBA BERDASARKAN SEISMIK PANTUL DANGKAL DI PERAIRAN BANGKA UTARA LEMBAR PETA 1114

BAB II TINJAUAN UMUM

Identifikasi longsoran bawah laut berdasarkan penafsiran seismik pantul di perairan Flores

BAB II GEOLOGI REGIONAL

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

Jurnal Geologi Kelautan, vol. 3, no. 3, Desember 2005 : 8-14 SEISMIK STRATIGRAFI PERAIRAN LOMBOK LEMBAR PETA 1807, NUSA TENGGARA BARAT I N. Astawa, D. Ilahude dan D.Kusnida Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan 236, Bandung-40174 S a r i Hasil studi seismik stratigrafi di perairan Lombok Lembar Peta 1807 menghasilkan empat runtunan stratigrafi A, B, C, D dan intrusi batuan volkanik. Kontak antara runtunan A dengan runtunan B adalah kontak onlap yang terletak di bagian barat laut dan utara daerah telitian. Kontak antara kedua runtunan tersebut di atas dengan runtunan C dibatasi oleh suatu reflektor yang kuat dan menerus, serta sudah mengalami perlipatan seperti terlihat di bagian baratlaut daerah telitian, tepatnya di bagian atas Pulau Bali bagian timur. Pola gambaran pantulan runtunan ini adalah paralel, diduga runtunan ini tidak terpengaruh tektonik yang terjadi di daerah telitian. A b s t r a c t Result of seismic stratigraphy study in Lombok Waters Map Sheet 1807 yielded four A, B, C, D and Volcanic rock intrusion. Contact between sequence A and sequence B is onlap, which is located in the northwestern and northerm part of the study area. Contact between both sequences mentioned above with sequence C is limited by strong continous reflector that have also underwent of fold like found in the northwestern part of the study area, precisely in eastern part of Bali. Internal reflector pattern of this sequence is parallel, which is guessed because this sequence this sequence does not influenced by tectonic activity in the study area. PENDAHULAN Lokasi dan luas daerah telitian Secara administrasi daerah telitian termasuk dalam Propinsi Nusa Tenggara Barat Lembar Peta 1807, serta secara geografis terletak pada 08 0 00 09 0 00 Lintang Selatan dan 115 0 30 117 0 00 Bujur Timur dengan luas daerah lebih kurang 10.700 km 2 (Gambar 1). Geologi regional Daerah telitian terletak di perairan utara Nusa Tenggara Barat dan merupakan bagian dari Laut Flores. Kepulauan Nusa Tenggara Barat merupakan bagian tengah dari Busur Banda yang tersusun oleh gunungapi muda (Darman dan Sidi, 2000) dan terbentuk akibat penyusupan Lempeng Indo-Australia di bawah Busur Sunda-Banda pada zaman Tersier Atas. Untuk mengetahui geologi regional daerah telitian maka kita harus mengacu pada 2 (dua) lembar peta geologi yaitu Peta Geologi Lembar Lombok (Andi Mangga, S., drr., 1994) dan Peta Geologi Lembar Bali (Purbo-Hadiwidjojo, M. M., 1971). Adapun stratigrafi kedua lembar peta geologi tersebut adalah sebagai berikut : Stratigrafi Peta Geologi Lembar Lombok dari muda ke tua : Aluvium tersusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut dan pecahan koral. Batuan Gunungapi Tak Teruraikan tersusun oleh lava, breksi dan tuf Gunung Pusuk, Nangi dan Rinjani. Formasi Lekopiko tersusun oleh tuf berbatuapung, breksi lahar dan lava. Formasi Kalibabak tersusun oleh Breksi dan lava. Formasi Kalipalung tersusun oleh perselingan breksi gampingan dan lava. Stratigrafi Peta Geologi Lembar Bali Bagian Timur dari muda ke tua : Endapan alluvium Batuan Gunungapi Gunung Agung Batuan Gunungapi Seraja 8

Seismik Stratigrafi Perairan Lombok Lembar Peta 1807, Nusa Tenggara Barat (IN. Astawa, et al) Gambar 1. Lokasi daerah penelitian METODA PENELITIAN Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Metoda Posisioning Dalam metoda ini peralatan penentu posisi yang digunakan adalah Maggellen nav. 5000Pro. Kegiatan yang dilakukan adalah menentukan posisi kapal selama melaksanakan penelitian di lapangan dan nantinya sangat berguna dalam pengolahan data seismik. Metoda Geofisika Metoda geofisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah seismik pantul dangkal saluran tunggal dan pemeruman. Survei seismik menggunakan sparker sebagai sumber ledakan/energi. Sparker menggunakan energi 600 joule, picu ledakan setiap 1 (satu) detik dan sapuan setiap 0,5 detik, ditapis dengan kronhite filter 3700 dengan frekuensi antara 200-2500 Hz dan sinyal diperkuat dengan penguat sinyal TVG amplifier TSS 307. Untuk menambah kemampuan perekaman di laut dalam, maka pada perekam dirangkaikan dengan delay time antara 500-1600 milidetik. PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan konsep seismik stratigrafi yang disusun oleh Sangree dan Widmier (1977), maka untuk menentukan runtunan seismik harus ditemukan kontak ketidakselarasan, yang disebut sebagai batas runtunan. Kontak ketidakselarasan dapat berupa pepat erosi (erosional truncation) atau onlap. Dari data rekaman seismik yang diperoleh, dapat ditafsirkan adanya struktur geologi berupa perlipatan, sesar normal maupun sesar geser. Runtunan seismik daerah telitian secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 (empat) runtunan, yaitu runtunan A, B, C, D, dan intrusi/diapir. Runtunan A Bentuk gambaran pantulan runtunan A adalah berbintik kacau (chaotic), kuat dibagian atas (permukaan), sedangkan semakin ke bawah (dalam) semakin melemah bahkan menuju ke bebas reflektor (free reflector), diduga runtunan ini disusun oleh sedimen yang sudah kompak. Jika kita kaitkan antara jenis reflektor dengan geologi regionalnya maka runtunan A diduga dapat disebandingkan dengan Batuan Gunungapi yang tersingkap di bagian utara Pulau Lombok dan di bagian timur Pulau Bali. Kontak antara runtunan A dengan runtunan B adalah kontak onlap. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada lintasan L-40 (Gambar 2) 9

Jurnal Geologi Kelautan, vol. 3, no. 3, Desember 2005 : 8-14 Gambar 2. Contoh rekaman seismik L-40 yang diambil dari bagian barat-laut yang terletak di bagian barat laut daerah telitian dan lintasan L-15 yang terletak di bagian utara daerah telitian (Gambar 3). Runtunan B Pada runtunan B, kenampakan gambar pantulan adalah paralel hingga sub-paralel, 10 cukup tegas dan menerus. Secara geologi runtunan ini sudah mengalami proses tektonik, hal tersebut dapat dibuktikan dari bentuk gambaran pantulan (internal reflector) yang kuat dan menerus serta mengalami sedikit perlipatan lemah hingga sedang, juga sudah tersesarkan. Kontak antara runtunan ini dengan runtunan C adalah dibatasi oleh suatu

Seismik Stratigrafi Perairan Lombok Lembar Peta 1807, Nusa Tenggara Barat (IN. Astawa, et al) Gambar 3. Contoh rekaman seismik L-15 yang diambil dari bagian utara Pulau Lombok pantulan yang kuat dan menerus, serta sudah mengalami perlipatan. Hal ini terlihat dengan jelas pada lintasan L-40 yang terletak di bagian barat laut daerah telitian, tepatnya di bagian atas Pulau Bali bagian timur (Gambar 2). Runtunan C Runtunan C pola gambaran pantulannya hampir sama dengan pola gambar pantulan runtunan B, tetapi dalam data seismik antara kedua runtunan ini dibatasi oleh bidang ketidakselarasan, berupa kontak onlap. Secara 11

Jurnal Geologi Kelautan, vol. 3, no. 3, Desember 2005 : 8-14 terletak di bagian baratlaut daerah telitian (Gambar 2). Runtunan D Gambaran pantulan runtunan ini adalah paralel, hal tersebut diduga runtunan ini tidak terpengaruh tektonik yang terjadi di daerah telitian. Dilihat dari bentuk gambaran pantulannya yang tegas diduga runtunan ini disusun oleh material dengan ukuran pasir. Runtunan ini adalah yang termuda di daerah telitian, dan proses pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Hal tersebut dapat terlihat dengan jelas pada lintasan L-15 yang terletak di bagian utara daerah telitian, tepatnya di utara Pulau Lombok (Gambar 3). Di samping ke empat runtunan tersebut di atas pada rekaman seismik lintasan L-34 yang terletak di Selat Lombok bagian utara ditemukan bentuk morfologi yang menonjol dengan gambar pantulan tegas di bagian atas dan semakin ke bawah melemah, bahkan mengarah ke bebas pantulan, tonjolan tersebut diduga merupakan intrusi/diapir. Morfologi berupa tonjolan ini muncul di daerah break slope (Gambar 4). Kondisi geologi Secara tektonik daerah telitian terletak di daerah busur belakang (back arc basin), sehingga akan banyak dijumpai struktur geologi. Berdasarkan data seismik yang diperoleh dari lapangan, dijumpai struktur geologi berupa perlipatan, sesar normal, dan adanya indikasi strikeslip yang terdapat di bagian barat laut daerah telitian seperti terlihat di lintasan L-41 (Gambar 5). Gambar 4. Contoh rekaman seismik L-34 yang diambil dari bagian mulut utara Selat Lombok geologi runtunan ini sudah mengalami proses tektonik, hal tersebut dapat dibuktikan dari runtunan yang mengalami perlipatan lemah hingga sedang serta tersesarkan. Hal tersebut terlihat dengan jelas pada lintasan L-40 yang 12 Secara umum morfologi daerah telitian bagian utara lebih terjal jika dibandingkan dengan daerah bagian barat. Hal tersebut diduga bahwa daerah telitian bagian utara merupakan bagian dari Cekungan Flores yang mempunyai kedalaman lebih dari 5000 meter (Bemmelen, 1949). KESIMPULAN Dari hasil penafsiran data seismik, runtunan seismik dibagi menjadi 4 (empat) runtunan yaitu runtunan A, B, C, D dan intrusi/diapir. Runtunan A dicirikan dengan kenampakan gambaran pantulan berbintik kacau (chaotic), diduga runtunan ini disusun oleh sedimen

Seismik Stratigrafi Perairan Lombok Lembar Peta 1807, Nusa Tenggara Barat (IN. Astawa, et al) Gambar 5. Contoh rekaman seismik L-41 yang terletak di bagian utara Bali yang kompak, dan jika dibandingkan dengan geologi daratnya, maka runtunan ini diduga dapat disebandingkan dengan Batuan Gunungapi yang tersingkap di bagian utara Pulau Lombok dan di bagian timur Pulau Bali. Runtunan B dicirikan oleh kenampakan gambaran pantulan yang paralel hingga subparalel, cukup tegas dan menerus. Secara geologi runtunan ini sudah mengalami gangguan tektonik, yaitu sudah mengalami perlipatan dan tersesarkan. Runtunan C dicirikan oleh bentuk gambaran pantulan yang hampir sama dengan runtunan B, tetapi dalam rekaman seismik kedua runtunan ini dibatasi oleh bidang kontak onlap. Runtunan D dicirikan oleh bentuk gambaran pantulan yang paralel dan tegas, diduga 13

Jurnal Geologi Kelautan, vol. 3, no. 3, Desember 2005 : 8-14 runtunan ini disusun oleh material berukuran pasir. Runtunan ini merupakan runtunan termuda, di mana proses pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Di samping ke empat runtunan tersebut di atas masih ada satu runtunan, dengan gambaran pantulan kuat di bagian atas dan semakin ke bawah semakin melemah bahkan mengarah ke pantulan bebas, diduga runtunan ini merupakan intrusi/diapir. Secara tektonik daerah telitian terletak di daerah busur belakang (back arc basin), sehingga banyak dijumpai struktur geologi berupa, perlipatan, sesar dan intrusi. ACUAN Andi Mangga, S., drr., 1994, Geologi Lembar Lombok, Nusatenggara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Indonesia. Bemmelen, R.W. van, 1970, The Geology of Indonesia, Martinus-Nijhoff, The Hague-2 nd ed. Vol. 1A, pp. Darman, H., Sidi, F.H., (eds), 2000, An Outline of the Geology of Indonesia, Jakarta : Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 192 p. Purbo-Hadiwidjojo, M. M., 1971, Peta Geologi Lembar Bali, sekala 1 : 250.000, Direktorat Geologi, Bandung. Sangree, J.B. & J.M. Widmier, 1977, Seismic Stratigraphy and Global Changes of Sea Level, Pert 9 : Seismic Interpretation of Clastic Depositional Facies, AAPG Memoir 26, p 165-184. 14