BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

BAB I BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melatih personel-personel jasa yang terampil, berpengetahuan dan menarik. Namun

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. produk dan layanan. Desain bangunan, interior dan eksterior hotel, suasana

BAB I PENDAHULUAN. laba, untuk itu seorang manajer harus dapat menentukan suatu kebijaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia, termasuk inovasi dalam kegiatan jual beli barang dan jasa. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

Latar Belakang. pasar yang. merupakan. ritel. sebagainya. Gambar 1. Laju

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era teknologi pada saat ini telah berkembang pesat. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat beberapa tahun belakangan ini, dengan berbagai format dan jenisnya.

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepuasan konsumen dalam jangka waktu yang panjang. sehingga akan menumbuhkan rasa loyal dalam diri pelanggan.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memang masih merupakan negara berkembang, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pilihan kartu simcard yang ditawarkan oleh penyedia jaringan telekomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. maupun hasrat belanja seseorang. Sistem belanja digital telah disuguhkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia merupakan salah satu fenomena

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan membeli merupakan aktifitas sehari-hari yang lazim dilakukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya peluang bisnis ritel di Indonesia telah memacu perusahaan ritel

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju belakangan ini menyebabkan jenis, mutu, dan harga barang yang dijual

BAB I PENDAHULUAN. rumah susun bisa menjadi alternatif yang baik bagi penggunaan lahan di Jakarta dan

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA TOSERBA LUWES DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian maupun perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media internet adalah e-government (layanan pemerintahan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu negara ke negara lain di dunia. Internet berasal dari kata Interconnection

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. untuk turut berkompetisi dalam menjaring konsumen lokal. Dampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB I PENDAHULUAN. tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Didalam aspek perekonomian,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Seiring dengan kemajuan dalam berbisnis, teknologi internet yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial budaya setiap komunitas di dunia ini. Seiring dengan perkembangan zaman, dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi modern. Perkembangan tempat perbelanjaan di kota-kota di dunia, baik di negara-negara Barat maupun Asia, semuanya melalui tahapan-tahapan, mulai dari pasar tradisional, yang kemudian mengalami proses modernisasi menjadi toserba (toko serba ada), jaringan toko, shopping center, department store, supermarket. Proses modernisasi ini tidak terlepas dari perubahan pola demografi, spesialisasi dan diversifikasi profesi, serta struktur sosial ekonomi dan perubahan budaya masyarakat (West, 1994). Kota medan sebagai sebuah kota yang menuju proses metropolitan seringkali dihadapkan pada suasana yang problematis. Pada satu sisi keberadaan pasar-pasar modern (plaza/supermarket) tidak dapat diabaikan seiring dengan perkembangan dan perubahan perilaku konsumtif masyarakat, namun pada sisi lain keberadaan pasar tradisional sebagai tuntutan masyarakat kebanyakan juga tidak bisa dipinggirkan. Situasi yang serba bertolak belakang ini senantiasa berdampak pada terjadinya tarik menarik (trade off) antara pasar modern dengan pasar tradisional. 1

Kehadiran pasar modern di kota Medan dewasa ini mencerminkan struktur sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang telah mengalami pergeseran. Seiring dengan gerak perkembangan pemikiran masyarakat yang secara perlahan-lahan menjadi modern, maka segala aktivitas kehidupannya juga selalu diwarnai dengan kemodrenan, termasuk dalam prilaku ekonomi dalam memilih pasar. Masyarakat menengah keatas diasumsikan lebih cenderung menyukai berbelanja di pasar modern ketimbang di pasar tradisional. Keberadaan pasar-pasar modern ini tentu saja berdampak pada denyut nadi kehidupan pasar-pasar tradisional. Keberadaan pasar tradisional di era modern seperti sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembagan ilmu dan teknologi, misalnya berbelanja melalui internet. Sampai saat ini menurut Basalah pasar tradisional masih dominan peranannya di Indonesia dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Menurut Geertz di dalam pasar tradisional tekanan terpenting dalam persaingan bukanlah antara kegigihan penjual dengan penjual lainnya, tetapi persaingan antara kegigihan penjual dengan calon pembeli dalam melakukan proses tawar menawar (Narwoko&Bagong, 2004 : 281) Manusia adalah mahluk homo economics yang selalu ingin memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Karena itu kalau membeli barang selalu akan memilih yang manfaatnya terbesar dengan harga tertentu atau harganya termurah. Penjual yang ingin memperoleh harga yang

tinggi, barangnya tidak akan laku, karena langsung disaingi sehingga terpaksa harus menurunkan harganya. Kebutuhan dan keinginan pembeli yang bervariasi merupakan pedoman bagi pedagang dalam melaksanakan usahanya. Pembeli biasanya memperlihatkan preferensi dan prioritas barang yang berbeda-beda. Mereka pada umumnya menginginkan produk dan jasa yang memuaskan kebutuhan mereka dengan harga yang besaing. Perbedaan-perbedaan inilah yang menciptakan segmen pasar bagi para pembeli. Perilaku pembeli merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk dalam proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Setiadi, 2003 : 93) Pada umumnya setiap pembeli selalu menginginkan barang-barang yang berkualitas tinggi dengan harga yang murah dan suasana berbelanja yang nyaman, bersih dan tersedia berbagai fasilitas yang dibutuhkan pembeli seperti transaksi elektronik (ATM dan kartu kredit) dan tersedianya tempat parkir yang luas. Kesemua fasilitas tersebut tentunya terdapat di pasar modern. Namun kondisi diatas tidak sepenuhnya diminati oleh para pembeli. Ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa pasar tradisional yang berada di medan seperti di pasar tradisional ramai yang berada di jalan thamrin. Pasar ramai ini adalah salah satu pasar yang cukup lama berada di kota Medan. Dapat dikatakan bahwa kondisi pasar ini masih kurang bersih dan nyaman serta tidak terdapatnya sarana parkir bagi pembeli.

Hal yang menarik dari pasar ramai ini adalah pedagang dan pembeli mayoritas berasal dari etnis Cina. Pembentukan persepsi tentang etnis Cina di Indonesia sangat terkait dengan karakteristik pribadi mereka, terutama dalam menyikapi situasi lingkungan yang mereka hadapi, dengan motivasi tertentu terutama untuk mendapatkan keamanan dan kesejahteraan hidup bahkan kemapanan. Banyak literatur yang mempersoalkan alternatif budaya pasar Cina yang terpusat di sekitar penggunaan hubungan-hubungan pribadi dalam masyarakat terutama keluarga. Dua jenis bukti membuat kasus yang meyakinkan untuk peran sentral hubungan-hubungan di dalam masyarakat Cina : frekuensi diskurs tentang keluarga sebagai model bisnis dan mengenai pentingnya koneksi (guanxi) dan prilaku yang ada. Awalnya konsep guanxi berakar pada hubungan keluarga, tetapi gagasan ini telah melebar dan ikut mencakup teman, teman dari teman, relasi dan orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Dalam melakukan bisnis orang Cina juga sering menekankan pada kepentingan kritis hubungan antar pribadi dan dengan sangat jelas menekankan nilai-nilai seperti kepercayaan (xinyong) dan perasaan manusia (renging) sebagi pilar-pilar budaya komersial mereka. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hubungan-hubungan keluarga, perkawinan, bertetangga dan semua yang lainnya memainkan peran sentral dalam bisnis Cina. Jika bertanya mengapa orang Cina bergantung pada hubungan pribadi untuk mencegah penipuan dan merasa tidak nyaman dengan orang yang tidak dikenal (anomymous), dan pengaturan-pengaturan yang melembaga, bagian dari jawabannya adalah bahwa yang disebut tidak layak bagi mereka. Ini yang sedang berubah sebagai sumber-sumber kepercayaan yang melembaga dan pemaksaan kontrak terjadi,

sehingga perubahan nilai-nilai dan sikap sedang dimulai. Tetapi watak pribadi yang tinggi dari begitu banyak praktik dagang orang Cina Asia Tenggara hampir pasti bertahan lama setelah kebutuhan sejati untuk itu lenyap, hal ini berurat berakar di dalam budaya. Konsekuensi penting dari ketergantungan pada xinyong adalah cara dimana kepercayaan, solidaritas sosial, dan sebuah masyarakat yang relatif tanpa kelas dan bebas telah bergabung di kalangan orang Cina Asia Tenggara untuk membagun nilainilai kebaikan sipil yang kondusif bagi penanganan bisnis yang berhasil di kalangan mereka sendiri. Karakteristik masyarakat Cina Asia yang lebih mengalir dan kompetitif yang memiliki hubungan horizontal yang kuat dan kehidupan berkelompok yang tangguh, membantu mengembangkan hubungan kepercayaan pribadi yang vital bagi perdagangan di begitu banyak bagian dunia. Pada umumnya prilaku etnis Cina sangat patuh pada budaya yang telah ada, bersikap ramah dan selalu berusaha untuk memberi kesan sebaik mungkin, pada etnis cina hubungan pribadi harus dibina terlebih dahulu daripada hubungan dagang karena orang Cina dibesarkan dengan rasa takut pada orang asing. Mereka enggan untuk melibatkan diri dengan orang yang mereka anggap asing, sifat kerja keras dan pantang menyerah membuat mereka tidak suka dikalahkan, kesetiaan mereka pada klen dan teman begitu tinggi begitu pula yang dilakukan di kalangan pedagang (Wastu pragantha dkk, 1996 : 85). Dilihat dari perilaku umum yang dimiilki etnis Cina tidak mengherankan bila mereka memiliki prilaku yang sedikit berbeda dengan penduduk pribumi. Dalam hal pemilihan tempat berbelanja mereka juga sangat selektif, dan pada umumnya mereka

berbelanja disuatu tempat dimana pembeli dan penjual berasal dari etnis yang sama seperti yang terlihat di pasar tradisional ramai yang berada di jalan thamrin. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan ada beberapa hal yang mereka pertimbangkan untuk berbelanja di suatu tempat diantaranya adalah rasa nyaman dan pelayanan dari pedagang. Menurut salah satu pembeli etnis cina yang berbelanja di pasar ramai mengatakan bahwa alasan mereka tetap berbelanja di pasar tersebut adalah karena pelayanan yang diberikan kepada pembeli sangat memuaskan serta kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada pembeli. Pedagang etnis Cina yang berada di pasar ramai mengatakan bahwa kemudahan-kemudahan dalam pelayanan dimaksudkan agar pembeli merasa beruntung dan tidak merasa dirugikan. Pelayanan dan kemudahan akan menutupi jumlah harga yang sebenarnya yang dikandung barang tersebut. Perasaan tertekan dan ditipu tidak dijumpai oleh pembeli dan hal ini menyebabkan pembeli mendapatkan kesan puas dan akan kembali lagi ke tempat tersebut. Sudah menjadi suatu sifat bagi pedagang Cina bersikap ramah dan selalu akan berusaha memberi kesan sebaik mungkin bagi para pembelinya. Memuaskan pembeli adalah merupakan kunci sukses dalam melaksanakan bisnis perdagangan. Berbagai tanggapan dari pelanggan perlu diterima sebagai masukan yang berguna bagai pemgembangan suatu perdagangan, oleh karena itu pedagang dalam mencapai tujuannya tersebut harus mengetahui apa yang diinginkan dan yang dibutuhkan oleh pembelinya. Namun tidaklah mudah bagi pedagang untuk mengenal watak dan prilaku dari pembelinya, karena bisa jadi apa yang diungkapkan itu bertolak belakang dengan sebenarnya.

Berdasarkan uraian diatas alasan ketertarikan peneliti dalam penelitian ini adalah : 1. Walaupun pasar tradisional ramai berada berdampingan dengan pasar modern thamrin tetapi pasar ramai ini masih tetap diminati oleh banyak orang. 2. Karena mayoritas pembeli dan pedagang berasal dari etnis Cina. Dalam hal ini peneliti ingin melihat apakah ada faktor-faktor khusus dari pembeli etnis Cina untuk berbelanja di pasar ramai tersebut. 3. Karena pasar merupakan lembaga yang paling penting dalam institusi perekonomian 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah prilaku berbelanja etnis Cina berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi ekonomi atau berhubungan dengan budaya dan kepercayaan? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah : Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi etnis Cina berbelanja di pasar tradisionala Ramai dari aspek Ekonomi.

Menjelasakan pengaruh nilai budaya dan kepercayaan atas aktivitas dalam memenuhi keperluan rumah tangga melalui sistem berbelanja di pasar tradisional 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil yang diperoleh diharapkan akan dimanfaatkan sebagai referensi bagi perkembangan ilmu sosiologi, khususnya Sosiologi Ekonomi. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kajian ilmiah dan masukan penting untuk lebih memahami preferensi etnis Cina berbelanja di pasar tradisional ramai. 1.4.2. Manfaat Praktis Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini Memberikan wawasan kepada peneliti mengenai preferensi etnis Cina berbelanja di pasar tradisional ramai. Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan. 1.5. Defenisi Konsep Dalam sebuah penelitian ilmiah, kerangka konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang akan diteliti (Singarimbun, 1998 : 33). Konsep menentukan antar variable-variabel mana yang akan menentukan adanya hubungan

yang empiris. Disamping mempermudah penelitian konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah : 1. Preferensi dalam penelitian ini diartikan sebagai piliham bagi para pembeli (etnis Cina) dalam menentukan tempat perbelanjaan. 2. Pembeli etnis Cina. Etnis Cina diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi yang berbeda dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas, nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik, agama, geografis, atau faktor lainnyta. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Pembeli etnis Cina adalah setiap orang yang datang ke pasar tradisional ramai yang berasal dari etnis Cina dan memiliki tujuan untuk membeli suatu barang. 3. Pasar Tradisional adalah suatu lembaga perekonomian dan cara hidup yang keseluruhannya dibentuk dan bergerak dinamis seiring dengan perkembangan pasar itu sendiri (Geertz, 1996). Dalam penelitian ini pasar tradisional ditandai dengan mayoritas penjual dan pembeli dari etnis Cina, dimana pasar tersebut dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern yang ditandai dengan fasilitas dagang yang kurang teratur dan kurang bersih. 4. Pedagang adalah orang-orang yang menjual produk atau barang langsung kepada konsumen. Dalam penelitian ini pedagang berasal dari etnis Cina.