JUDUL OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET. Disusun oleh : Achmad kirmizius shobah ( )

dokumen-dokumen yang mirip
Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB III ISU STRATEGIS

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. manusia,baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri,

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, mandi dan lain-lain. Sekitar tiga per empat tubuh manusia terdiri dari air

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

A. Pemanfaatan Air Sungai Citarum oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta. Raharja Kabupaten Bandung Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

Hari Air Dunia Mengingatkan Kembali Kepedulian Kita Pentingnya Air dan Pengelolaan Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Transkripsi:

JUDUL OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET Disusun oleh : Achmad kirmizius shobah (115100901111013) Layyin Yeprila Ningrum (115100900111039) Puji sri lestari (115100907111004) Rizki dwika amalia (115100900111012) Bambang eko saputra (115100900111018) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET PENDAHULUAN Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu) yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km² atau ¼ dari luas Provinsi Jatim. ( BP DAS Brantas, 2006). Banyak cabang yang dilewati aliran das Brantas salah satunya adalah saluran induk atau cabang sekunder boenoet yang terletak di sengkaling. Untuk mengetahui tentang keadaan aliran air di das Brantas boenoet dan sekitarnya maka dilakukan observasi secara kontinu selama tiga kali. Kondisi aliran sungai Brantas cabang boenoet Dari hasil observasi yang telah dilakukan di aliran das Brantas saluran induk atau cabang boenoet dapat diketahui bahwa kondisi Sungai Brantas di aliran boenoet saat ini ternyata memprihatinkan, meski diakui fungsinya sangat besar bagi kehidupan masyarakat. Tingkat pencemaran sungai ini berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan serta kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai. Air sungai tersebut berwarna keruh dan kotor namun di manfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk irigasi pertanian. Aliran das Brantas cabang boenoet tersebut dibuat dua aliran air kecil yang di bendung kanan dan kiri. Aliran air dari kedua sisi tersebut mengairi lahan persawahan di daerah sengkaling dan sekitarnya. Aliran air yang mengalir banyak tercampur dengan sampah plastik dan limbah domestik. Pembuangan sampah yang dilakukan langsung ke aliran Sungai Brantas boenoet bisa merugikan penduduk sekitar dan di kawasan yang lebih rendah. Kondisi makin memprihatinkan karena disepanjang bantaran das Brantas boenoet mengalami perubahan fungsi. Meski kawasan bantaran sungai telah ditetapkan sebagai kawasan hijau, sebagian besar bataran sungai beralih fungsi, tidak sesuai peruntukannya. Konservasi das Brantas cabang boenoet

Dengan semakin terbatasnya kemampuan pemerintah karena meningkatnya tuntutan sektor-sektor lain atas pembiayaan dari anggaran pembangunan, program-program konservasi DAS, tampaknya, semakin telantar. Karena itu, sudah saatnya dipikirkan upaya keterlibatan masyarakat dalam upaya-upaya pengendalian pencemaran, pengawasan, serta pengelolaan Sungai Brantas. Keterlibatan ini tidak memandang usia. Anak-anak, orang dewasa, maupun orang tua memiliki andil dalam konservasi Sungai Brantas. Pelibatan masyarakat mungkin bisa dilakukan dengan pengembangan kampung-kampung atau desa-desa ramah Sungai yang berada di aliran das Brantas boenoet dan memiliki kepedulian untuk menjaga kualitas air di aliran das Brantas boenoet. Masyarakat yang terletak di sepanjang bantaran harus berperan aktif dalam mengurangi tingkat pencemaran domestik. Pemuda, mahasiswa, dan pelajar adalah agen perubahan yang harus berperan aktif dalam upaya pemulihan ekosistem Sungai Brantas boenoet yang akan menjadi pionir dan agent of change di keluarga serta masyarakat sekolah dan kampusnya. Kegiatan yang mereka lakukan bisa berupa kampanye konservasi Sungai Brantas boenoet secara khusus dan lingkungan hidup secara umum. Baik dengan terjun langsung membersihkan sampah sungai, menanam pohon, memanajemen sampah, atau pendekatan persuasif kepada teman-teman di sekolah, kampus, keluarga, dan masyarakat. Jika konsep ini terlaksana dan didukung masyarakat, kita masih bisa menaruh harapan akan masa depan Sungai Brantas secara umum dan saluran induk boenoet khususnya. Pemanfaatan aliran sungai Brantas cabang boenoet Data Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur menyebutkan, sebanyak 43,2% penduduk tinggal dan bergantung pada keberadaan Kali Brantas. Peran dan fungsi DAS Brantas boenoet adalah sebagai penyedia air baku untuk berbagai kepentingan antara lain : air minum, mandi, cuci, perikanan, peternakan, irigasi, proses industri, dan pengendali banjir. Analisa lingkungan aliran sungai Brantas cabang boenoet Kualitas aliran air : Parameter Fisik 1. Warna Perairan Warna perairan adalah warna yang secara visual yang dapat kita lihat dari sebuah perairan. Warna perairan dibagi menjadi dua yaitu warna tampak dan warna asli. Warna tampak adalah warna dari sebuah perairan yang disebabkan oleh partikel-partikel terlarut dan tersuspensi. Sedangkan warna asli merupakan warna yang disebabkan oleh bahan-bahan atau materi yang terbawa oleh aliran air sungai. Dalam perairan sungai, warna perairan dipengaruhi oleh materi-materi yang dibawa oleh aliran sungai. Pada warna sungai Brantas

cabang Boenoet ini, didapatkan air yang keruh dan berwarna kecoklatan. Sehingga warna asli dari sungai ini, cenderung tidak terlihat. 2. Kecerahan Dalam hal ini kecerahan merupakan parameter fisik yang berhubungan dengan fotosintesis karena pengaruh penetrasi cahaya yang masuk ke dalam aliran sungai. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas. Pada hasil observasi, kecerahan juga menjadi faktor dari bersihnya sungai tersebut, namun karena banyaknya zat yang terlarut dan tersuspensi, maka kecerahan sungai brantas cabang Boenoet itupun juga tidak terlihat. 3. Suhu Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Dikarenakan sungai brantas cabang Boenoet terletak di daerah kota Malang, maka suhu di sungai Brantas cukup dingin. 3. Kedalaman Kedalaman suatu ekosistem perairan dapat bervariasi tergantung pada zona kedalaman dari suatu perairan tersebut, semakin dalam perairan tersebut maka intensitas cahaya matahari yang masuk semakin berkurang. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kedalaman sungai Brantas Boenoet berkisat 50-60m. 5. Tipe Substrat Tipe substrat pada perairan mengalir pada sungai hulu berupa batu-batuan dan pasir, sedangkan pada sungai hilir tipe substratnya merupakan endapan lumpur. Dalam pengamatan perairan mengalir tipe substrat yang banyak kita amati berupa batu dan pasir. Karena Sungai

Brantas cabang Boenoet merupakan jenis sungai yang beraliran cukup deras karena masih terdapat di daerah hulu. -Parameter Biologi Tumbuhan Air Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air. Yang berfungsi sebagai produsen penghasil energi. Namun di aliran das brantas boenoet tidak terdapat tumbuhan air sehingga dapat disimpulkan bahwa air tersebut telah tercemar. Dari hasil observasi di das brantas boenoet, berikut ini merupakan analisis tentang komponen abiotik dan biotik : komponen Abiotik Yang merupakan komponen abiotik di sekitar aliran sungai boenoet antara lain 1. Air sungai yang mengalir dari sumber das brantas yang berada di kota Batu hingga ke hilir 2. Pasir dan lumpur yang menjadi satu merupakan hasil endapan aliran air das brantas boenot 3. Batu batuan di sekitar aliran sungai 4. Jembatan penyebrangan yang berfungsi sebagai penghubung antar desa di boenoet 5. Banyaknya perumahan di bantaran sungai brantas boenoet. Bahkan terdapat tempat wisata yang melalui aliran air tersebut. 6. Sampah plastik yang terangkut oleh aliran air sungai boenoet Komponen biotik Yang merupakan komponen biotik di sepanjang aliran das brantas adalah : 1. Banyaknya pepohonan beraneka jenis mulai dari pohon bambu, pohon keres, mahoni, dan ilalang-ilalang di sekitar bantaran sungai boenoet. 2. Di sana terlihat adanya beberapa jenis serangga yang masih bertahan hidup seperti belalang dan capung. 3. Meskipun sudah tiga kali melakukan observasi di das brantas boenot namun tidak terlihat adanya ikan ataupun hewan air. Daya dukung lingkungan aliran sungai Brantas cabang boenoet

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai. Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah. Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL). Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan. i. Bila SL > DL, daya dukung lahan dinyatakan surplus. ii. Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui. Di dalam Ketentuan Umum UU RI no 23 tahun 1997 Pasal 1 Ayat 6 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Di daerah jawa timur, sungai yang terkenal dan terpanjang adalah sungai brantas. Berdasarkan pengertian tentang daya dukung lingkungan maka sungai brantas harus mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Akan tetapi dewasa ini sungai brantas telah mengalami penurunan dalam hal daya dukung lingkungan. Seperti yang

kami survei di daerah anak sungai brantas, dengan nama anak sungai boenoet. Di sana tedapat banyak sampah yang menumpuk pada bebatuan, sampah ini sisa-sisa banjir yang terjadi tiap tahun. Berdasarkan pernyataan dari penjaga DAM Boenoet, bahwa penyebab utama banjir adalah limpahan air yang terlalu banyak dari daerah Batu. Daerah Batu merupakan hulu sungai brantas. Peristiwa ini diakibatkan deforestrasi kawasan tangkapan air di hulu sungai sehingga menyebabkan erosi tanah dan banjir yang masuk sungai. Banjir ini dapat mengganggu bahkan merusak tanaman para petani, dan lagi banjir ini dapat membawa material tanah dari lahan pertanian sehingga menyebabkan sedimen. Sedimen tersebut nantinya akan mengganggu aktivitas di bendungan Sengguruh Kepanjen. Pada saat hujan tiba, per hektare lahan di kawasan hulu sungai Brantas membawa 60 kubik material tanah. Permasalahan di aliran sungai Brantas cabang boenoet Di sepanjang aliran sungai boenoet yang merupakan anak sungai Brantas terdapat beberapa permasalahan yang berkelanjutan dan sulit untuk diatasi. Adanya penggalian pasir secara liar merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan dasar sungai. Meskipun di sekitar tempat tersebut sudah di pasang tanda pelarangan untuk penambangan pasir secara ilegal, namun tetap saja terdapat oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan kesempatan tersebut. Selain itu terjadinya pencemaran air akibat pembuangan limbah domestik dan limbah pertanian yang melampaui daya dukung lingkungan. Air sungai yang tercemar merupakan akibat dari kurangnya kesadaran tentang pelestarian lingkungan serta bertambahnya pemukiman padat penduduk di daerah sempadan sungai yang kurang memperhatikan pengelolaan lingkungan. Melihat warna air pada sungai Boenoet yang keruh dapat menandakan tingkat erosi yang tinggi. Menurut Sukandarrumidi dalam bukunya Bencana Alam San Bancana Anthroogene bahwa tingkat erosi dapat dilihat dari kekeruhan. Makin keruh air yang mengalir menandakan makin tinggi tingkat erosi di daerah hulu sungai.

(gambar aliran sungai brantas cabang boenoet) Erosi merupakan kejadian alam yang bersifat merusak. Sifat merusak ini akan meningkat apabila telah terjadi campur tangan manusia. Campur tangan dapat terlihat secara langsung maupun tidak langsung, misalnya mengubah pemanfaatan lahan yang semula hutan menjadi lahan perkebunan, melakukan penambangan dengan sistem tambang permukaan, dan mengeruk pasir sungai. Pada pos pengendali aliran air di DAM Brantas cabang Boenoet tertera jelas peringatan agar tidak melakukan aktivitas penambangan pasir sejauh 500 meter dari DAM Boenoet. Akan tetapi masih ada penduduk yang melakukan penambangan hanya sejauh 10 meter dari DAM Boenoet. (gambar penduduk menambang pasir) Dampaknya bagi populasi ikan yaitu menyebabkan tempat peteluran ikan rusak, kerusakan makanan benthik, dan menghalangi pencarian pakan oleh ikan-ikan tertentu yang memerlukan turbuditas air rendah, sedangkan jika terjadi erosi trubuditas air tinggi.

Permasalahan-permasalahan diatas harus segera diselesaikan, jika tidak maka daya dukung lingkungan sungai brantas akan semakin menurun dari waktu ke waktu. Untuk masalah limbah domestik dapat menggunakan solusi pembuatan sistem sanitasi massal yang dibangun secara komunal dalam satu wilayah perkampungan. Kemudian untuk mencegah terjadinya erosi adalah dengan mengurangi penambangan pasir sungai dan konservasi daerah hulu sungai. KESIMPULAN Mengingat DAS bagian hulu yang berada di kota Batu mempunyai keterbatasan kemampuan, maka setiap kesalahan pemanfaatan akan berdampak negatif pada bagian hilirnya seperti aliran air di sungai boenoet yang telah tercemari oleh berbagai sampah kiriman. Pada prinsipnya DAS brantas boenoet dapat dilakukan usaha konservasi dengan mencakup aspek aspek yang berhubungan dengan suplai air. Secara ekologis hal tersebut berkaitan dengan ekosistem tangkapan air yang merupakan rangkaian proses alami daur hidrologi. Permasalahan pengelolaan DAS brantas boenoet dapat dilakukan melalui suatu pengkajian komponen- komponennya dan penelusuran hubungan antar komponen yang saling berkaitan, sehingga tindakan pengelolaan dan pengendalikan dapat dilakukan tidak hanya bersifat sektoral tapi sudah terarah pada penyebab utama kerusakan dan akibat yang ditimbulkan, serta dilakukan secara terpadu. Oleh karena itu kita harus memandang DAS brantas boenoet sebagai suatu sistem terintegrasi, serta menjadi tanggung jawab bersama.

LAMPIRAN Link blog ub : blog.ub.ac.id/layyiny Saat saat narsis di das brantas Gambar- gambar aliran das brantas boenoet