BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal penting dalam perpsektif kebijakan fiskal. Pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang masih berkembang harus terus. melakukan inovasi dalam pembangunannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. adalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto 2013). Kontribusi pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32/2004 dan terakhir diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : Perhitungan Anggaran Negara & Nota RAPBN, diolah

TINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I. Oleh : Kelompok II. M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan tax ratio secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian mengalami dua kali revisi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam hal perekonomian. Sebagai

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tren pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup tinggi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti khusus bagi negara-negara berkembang dalam membuat kebijakan

B A B I P E N D A H U L U A N. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hal ini juga diiringi dengan meningkatnya APBN dari lima tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

KINERJA PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN PERTIMBANGAN APBN-P 2010

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. (NKRI) merdeka sejak tanggal 17 Agustus tahun Dari tahun 1945 Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. mengoptimalkan sumber dana dalam negri. Dalam perkembangannya pajak. merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) sangat penting bagi penerimaan Negara karena pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. karena pelaksanaan pembangunan daerah adalah dalam rangka pelaksanaan. pembangunan yang terbesar di seluruh pelosok tanah air.

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah. Sumber penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang berlaku (Chaizi dalam Susanti, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara membutuhkan penerimaan untuk memenuhi APBN (Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah mengubah aspek perilaku bisnis dan perekonomian suatu negara, terlebih dalam era globalisasi perdagangan bebas adalah kebebasan dan keleluasaan lalu lintas barang, jasa dan informasi antara negara. Kenaikan frekuensi transaksi bisnis dan keuangan melalui pasar internasional akan mengalami peningkatan pada semua negara. Dalam hal ini juga, Indonesia cepat atau lambat akan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan Internasional serta harus mempersiapkan diri lebih dini agar bisa mengikuti kecenderungan tersebut dan mengambil kesempatan yang akan timbul dari perubahan ekonomi internasional ( Liberti, 2007). Sejalan perkembangan perekonomian yang semakin maju diimbangi dengan era globalisasi yang dilakukan secara bertahap, maka diharapkan dari aspek penerimaan pajak negara dapat meningkat pula. Fungsi dan peran pajak akan semakin penting dan strategis, dimana sekarang ini diperlukan sumber dana besar untuk terus menunjang pembangunan negara dengan ditunjang oleh kebijakan ekonomi mikro dan makro secara menyeluruh, termasuk kebijakan bidang perpajakan di dalamnya. Pajak merupakan fenomena umum sebagai penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Hampir di semua negara melaksanakan pengenaan

pajak kepada warga negaranya. Setiap negara membuat ketentuan dan peraturan dalam mengenakan dan memungut pajak di negaranya, yang pada umumnya mengacu pada prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah perpajakan. Seperti aspek keadilan yang diterapkan dalam pengenaan pajak, adanya rasa nyaman bagi pembayar pajak, besaran atau jumlah pajak yang proposional dan efesien (Liberti:2007). Demikian halnya di Indonesia, negara melaksanakan pemungutan pajak pada warga negara berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. Bagi Indonesia penerimaan pajak sangat besar peranannya dalam mengamankan anggaran Negara dalam APBN setiap tahun, yang pada akhirnya akan digunakan sebagai sumber dana bagi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Sejalan dengan Misi Direktorat Jenderal Pajak adalah misi fiskal yaitu menghimpun penerimaan pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efesien dan efektif (Suryadi, 2006). Sebagian misi ini telah tercapai dimana pajak merupakan sumber utama APBN yang digunakan untuk memenuhi belanja pengeluaran Negara, baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun pengeluaran pembangunan. Menurut Nasucha (2003) kondisi keuangan negara tidak dapat mengandalkan penerimaan dari minyak dan gas bumi, karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara. Sehingga disini pajak merupakan benar-benar memiliki peranan yang sangat penting dalam hal mencari sumber penerimaan Negara. Menurut Brondolo, et al.

(2008) struktur penerimaan negara sudah bergeser dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, yaitu dahulu sumber penerimaan negara lebih besar dari penerimaan migas, tetapi sekarang sumber penerimaan negara lebih menekankan dari sektor non migas terutama penerimaan pajak lebih memegang peranan penting. Berdasarkan tiga pendapat diatas, maka jelas bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup besar jumlahnya dibanding dengan penerimaan bukan pajak lainnya, sehingga pajak memiliki peranan yang cukup besar dalam menunjang pembangunan negara. Hal ini terbukti seperti diilustrasikan pada tabel berikut ini : Tabel 1.1 Penerimaan Pajak dan Total Penerimaan Dalam Negeri Periode 2006-2010 (dalam milyar rupiah) Tahun Penerimaan Total Penerimaan Dalam % Pajak Negeri 2006 409.203,0 636.153,2 64,32 2007 490.988,6 706.108,3 69,53 2008 658.700,8 979.305,4 67,26 2009 725.843,0 984.786,5 73,70 2010 729.165,2 910.054,3 80,12 Sumber : APBN 2006-2010 Rata rata 70,86 Berdasarkan data di atas, hal tersebut mencerminkan bahwa selama 5 tahun periode penerimaan pajak tahun 2006 2010, pajak merupakan pemberi kontribusi terbesar dibanding dengan penerimaan negara lainnya. Meskipun

penerimaan pajak dalam periode tersebut memberikan kontribusi tersebut cukup berfluktuatif, namun secara keseluruhan tetap memberikan kontribusi besar bagi penerimaan negara. Selama periode tersebut, kontribusi penerimaan pajak dapat dilihat tingkat penerimaan pajak terendah adalah tahun 2006 dengan tingkat pencapaian penerimaan pajak sebesar 64.32%, sedangkan tahun 2010 merupakan penerimaan pajak tertinggi pada periode tersebut sebesar 80,12%. Sejalan dengan penerimaan pajak yang meningkat selama 2006-2010, maka penerimaan dalam negeri yang bersumber dari pajak dirata-ratakan mencapai 70.86 %. Kontribusi penerimaan pajak yang cukup besar dalam struktur APBN, memberikan sumber dana bagi pemerintah sehingga pembangunan dapat berjalan baik sesuai dengan rencana dan program yang dilakukan oleh setiap unit pemerintahan. Penerimaan pajak yang cukup besar selayaknya diimbangi dengan tax ratio yang tinggi dalam suatu negara. Tax ratio yaitu perbandingan penerimaan pajak di Indonesia dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Dimana Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara tinggi, maka penerimaan pajak akan tinggi pula. Namun pada kenyataannya yang terjadi di Indonesia, penerimaan pajak menunjukkan nilai yang besar dari penerimaan lainnya akan tetapi tax ratio yang diperoleh menunjukkan nilai masih rendah dibanding negara tetangga yang berada di wilayah Asia Tenggara. Rendahnya tax ratio Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara Asia yang dinyatakan lebih tinggi. Tax ratio Indonesia menurut data yang ada yaitu sebesar 13,3 % dari PDB dan ini masih terbilang rendah dibandingkan tax ratio dengan Malaysia, Singapura, Thailand dan Cina. Data Pokok APBN-P 2008 dan

APBN 2009 menyatakan bahwa tax ratio Indonesia pada tahun 2009 sebesar 13,6 %. Selanjutnya menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia, yang dikutip dari www.akuntanonline.com tanggal 7 September 2011, Agus Martowardojo menyatakan target tax ratio Indonesia tahun 2012 sebesar 12,6% dengan target penerimaan perpajakan pada tahun 2012 yang akan mengalami peningkatan sebesar Rp 140,7 triliun, hal ini dikarenakan tax ratio Indonesia hanya mencakup penerimaan perpajakan pusat, tanpa perhitungan penerimaan dari pajak daerah dan penerimaan sumber daya alam sebagaimana yang diterapkan dinegara negara lain, sehingga besaran tax ratio Indonesia lebih rendah dibandingkan negara lain. Dan tax ratio yang diperoleh secara nyata tahun 2010 sebesar 11.4 %. Tabel 1.2 Perbandingan Tax Ratio Beberapa Negara Asia No Negara Tax Ratio 1 Jepang 27.4 % 2 China 17.0 % 3 Malaysia 15.3 % 4 Thailand 15.2 % 5 Filipina 14.1 % 6 Indonesia 13.3 % 7 Singapore 14.3 % Sumber : Asian Development Bank, 2010. Penerimaan pajak di Indonesia masih rendah dibanding dengan PDB, berarti masih terdapat potensi pajak yang dapat digali dari masyarakat berdasarkan angka PDB yang dimiliki Indonesia saat ini. Penerimaan negara

yang dilakukan saat ini meskipun paling besar bersumber dari penerimaan pajak, namun ternyata belum dilaksanakan dengan optimal, hal tersebut terbukti dengan tax ratio Indonesia yang masih rendah. Dilain hal pemerintah memiliki target untuk pencapaian penerimaan pajak, Tiga pendekatan yang digunakan dalam perencanaan penerimaan pajak yaitu makro, mikro dan incremental (Jenkins, 2006). Di Indonesia pendekatan incremental digunakan untuk menetapkan target penerimaan pajak, dimana target penerimaan pajak dapat yang ditetapkan pemerintah dapat dilakukan sesuai dengan potensi dari daerah atau wilayah tersebut, yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan pencapaian penerimaan pajak sebelumnya yang selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan mengacu pada faktor ekonomi, inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan harga dan produksi migas serta potensial gains/loss penerimaan pajak pada tahun yang bersangkutan. Namun adakalanya target penerimaan pajak tersebut tidak mencerminkan nilai potensi yang sesungguhnya. Potensi pajak dapat dilihat dari jumlah wajib pajak, banyaknya NPWP, sektor usaha dan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam suatu wilayah. Sehingga penetapan target pajak dapat dinyatakan terlalu rendah dibanding dengan potensi penerimaan pajak, hal ini ditunjukkan suatu saat target atau rencana tersebut dapat tercapai dengan baik, tetapi suatu waktu jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan, karena masih banyaknya potensi pajak yang dapat digali tanpa harus menambah beban masyarakat, kinerja aparat perpajakan yang belum maksimal memunculkan beberapa indikator yang menyebabkan pemasukan kepada negara dari penerimaan pajak masih relatif

rendah dari potensi pajak yang ada. Indikator itu adalah rendahnya citra aparat pajak, rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem dan administrasi perpajakan dan keterbatasan akses terhadap data. Tabel 1.3 Pencapaian Target Penerimaan Pajak Periode 2006 2010 (dalam milyar rupiah) Tahun Rencana Realisasi Pencapaian Target (%) 2006 425.053 409.203 96,23 2007 509.462 490.988 96,37 2008 609.200 658.700 108,12 2009 748.900 725.843 96,92 2010 742.738 729.165 98,17 Sumber : APBN 2006 2010 Rata rata 99,16 Berkaitan dengan data yang terlihat dalam tabel diatas, target yang dilakukan setiap tahunnya dinyatakan sudah dicapai secara maksimal, meskipun pencapaian antara target dan realisasi secara berfluktuatif setiap tahunnya. Hal ini terlihat bahwa pencapaian target tertinggi selama kurun waktu lima tahun adalah pencapaian yang dilakukan pada tahun 2008 sebesar 108,12 %. Sedangkan tahun 2006 merupakan penetapan target yang terendah pada periode tersebut 96,23% dengan angka realisasi pajak sebesar Rp. 409.203 milyar. Pencapaian target/ perencanaan dibandingkan realisasi penerimaan pajak yang terjadi di Indonesia, seperti yang dilihat pada data di atas merupakan perbandingan antara target/ rencana penerimaan pajak dengan realisasi

penerimaan pajak secara gambaran menyeluruh sudah dilakukan secara optimal yaitu rata-rata pencapaian 99,16 % setiap tahunnya. Angka tersebut mendekati angka ideal, yaitu pencapaian 100%, namun pada tahun 2008 pencapaian realisasi penerimaan pajak melebihi angka target penerimaan pajak yang seharusnya telah ditetapkan yaitu sebesar Rp. 609.200 milyar sehingga pencapaian realisasi penerimaan pajak sebesar 108,12 %. Secara pencapaian target yang dilakukan, hal tersebut menunjukkan suatu pencapaian angka yang maksimal dan kinerja sangat baik bagi Direktorat Jenderal Pajak, selesih lebih tersebut mencapai 8,12% dari target yang telah ditetapkan. Namun disisi lain mengapa pencapaian penerimaan pajak dapat dilakukan melebihi target yang telah ditetapkan? Dalam hal tersebut, beberapa kemungkinan penyebab terjadinya selisih lebih antara target dan penerimaan, yaitu pertama adalah penetapan target penerimaan pajak terlalu kecil dibanding realisasi penerimaan, kedua potensi penerimaan pajak yang masih tersedia sehingga angka penerimaan pajak jauh melampaui target yang telah ditetapkan. Dari kemungkinan penyebab tersebut di atas, dapat dilihat masih belum optimalnya upaya-upaya yang dilakukan oleh aparat perpajakan dalam hal menetapkan target penerimaan pajak serta menggali potensi penerimaan pajak secara optimal. Upaya-upaya tersebut meliputi, pengalian potensi pajak yang tidak hanya dilakukan dengan cara menentukan persentase kenaikan target dengan bertolok ukur pada pencapaian target sebelumnya, dan pembagian target setiap Kantor Pelayanan Pajak dengan mengacu pada inflasi, nilai tukar, tetapi

penggalian potensi pajak yang dilakukan dengan cara mapping atau pemetaan wilayah terhadap wajib pajak serta bidang pengawasan pajak. Dilain hal bahwa besarnya kontribusi pajak terhadap penerimaan dalam APBN, ternyata menyimpan fenomena yang relatif kurang menyenangkan. Penerimaan pajak yang selama ini diterima, semakin meningkat setiap tahunnya bahkan dapat dilakukan dengan melebihi target, tetapi bila dibandingkan dengan target yang harus dicapai (tax coverage ratio) dan tax ratio yang terjadi masih terdapat selisih relatif masih jauh dari yang diharapkan. Tax coverage ratio adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pajak yang telah dipungut dengan besarnya potensi pajak yang terjadi. Berikut data mengenai perbandingan antara potensi pajak dan penerimaan pajak yag terjadi selama kurun waktu 5 tahun, terlihat dalam table dibawah ini : Tabel 1.4 Tax Ratio di Indonesia Periode 2006-2010 (dalam milyar rupiah) Tahun Potensi Pajak Penerimaan Tax Ratio Tax Ratio Pajak (%) Expected 2006 3.338.200 409.203,0 12.3 13.6 2007 3.949.200 490.988,6 12.4 13.9 2008 4.954.000 658.700,8 13.3 13.5 2009 5.603.900 725.843,0 13.0 13.5 2010 6.422.900 729.165,2 11.4 11,9 Rata rata 12,5 13.3

Dari data yang dapat digambarkan diatas, kita dapat lihat bahwa melihat bahwa selama kurun waktu lima tahun, yaitu tahun 2006 2010 pencapaian tax ratio penerimaan pajak baru terhadap potensi pajak yang dimiliki baru menunjukkan rata rata 12.5 %, hal ini menunjukkan bahwa potensi pajak yang tergali masih relatif kecil dibanding dengan penerimaan pajak atau dengan kata lain rata rata tax ratio masih terdapat selisih dari tax ratio yang diharapkan sebesar 13.3 %, terlebih dibandingkan dengan pencapaian tax ratio negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura lebih besar dari tax ratio Indonesia. Berdasarkan fenomena, teori dan pendapat yang telah diuraikan sebelumnya, terlihat masih terdapat permasalahan dalam hal penerimaan pajak, dimana penerimaan pajak sebagai tujuan utama Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang belum dilakukan secara optimal. Belum tercapainya optimalisasi penerimaan pajak diantaranya dapat disebabkan karena kurang tepatnya penetapan target pajak yang dilakukan dan menelaah potensi pajak yang dimiliki pada setiap wilayah. Sehingga harapannya dengan penetapan potensi pajak yang dilakukan dengan optimal dapat menetapkan target dengan tepat dan penerimaan pajak dapat diperoleh dengan maksimalsehingga dapat memberikan kontribusi lebih baik pada struktur APBN Indonesia. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan menguji kebenaran teori tersebut yang dituangkan dalam tesis yang berjudul PENGARUH PENGUKURAN POTENSI PAJAK TERHADAP PENETAPAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DAN DAMPAKNYA PADA

REALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUMEDANG. 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Target penerimaan pajak dalam APBN selama ini dianggap mencerminkan potensi pajak yang dipungut pemerintah. Perhitungan target penerimaan pajak dalam APBN selama ini menggunakan pendekatan elastisitas dimana target penerimaan pajak dihasilkan dari persamaan regresi dan historis penerimaan pajak sebelumnya dan pendapatan nasional sebagai tax base dengan memperhitungkan dampak perubahan peraturan perpajakan. Apabila angka target penerimaan pajak yang dihasilkan dari persamaan regresi tersebut dianggap sebagai potensi penerimaan pajak, maka tentu saja kinerja penerimaan pajak akan lebih baik, namun pada kenyataannya tidak demikian. Antara potensi pajak yang ada masih belum tergali dengan baik, hal ini terbukti masih adanya pencapaian realisasi penerimaan pajak melebihi target yang telah ditetapkan, sedangkan tax ratio yang telah dicapai masih kecil baru mencapai 11,4 % untuk tahun 2010. Berdasarkan dari latar belakang dan gambaran yang ada, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh pengukuran potensi pajak terhadap penetapan target penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang?

2. Seberapa besar pengaruh penetapan target penerimaan pajak dan dampaknya pada realisasi penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang? 3. Seberapa besar pengaruh pengukuran potensi pajak terhadap realisasi penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menguji dan menganalisis besarnya pengaruh pengukuran potensi Pajak terhadap penetapan target penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. 2. Menguji dan menganalisis besarnya pengaruh penetapan target penerimaan pajak dan dampaknya pada realisasi penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. 3. Menguji dan menganalisis besarnya pengaruh pengukuran potensi Pajak terhadap realisasi penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. 1.4. Manfaat Penelitian Dari uraian uraian yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para akademi terutama yang mendalami bidang perpajakan mengenai pengaruh potensi pajak, target pajak dan dampaknya terhadap peningkatan penerimaan pajak. 2. Praktis Memberi bahan masukan dan bahan evaluasi bagi pengambil kebijakan di bidang perpajakan mengenai potensi pajak, target pajak dan penerimaan pajak sehingga tidak menimbulkan gap yang terlalu besar pada unsurunsur tersebut, sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap penyebab gap tersebut. 1.5. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, sistematika penulisannya adalah: Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab ini berisi mengenai teori yang melandasi penelitian tentang perpajakan, konsep pajak, potensi pajak, target pajak dan penerimaan pajak.

Bab 3 Rerangka Pemikiran, Model dan Hipotesis Penelitian Dalam bab ini akan dibahas mengenai rerangka pemikirian penelitian, tinjauan empiris terhadap peneliliti sebelummnya, model penelitian dan hipotesis penelitian. Bab 4 Metode Penelitian Bab ini dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, mencakup pula populasi dan sampling penelitian, teknik pengambilan data, operasionalisasi variabel dari masing-masing variabel penelitian. Bab 5 Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Sumedang, pelaksanaan potensi pajak, pelaksanaan penetapan pajak, pelaksanaan realisasi penerimaan pajak, hasil pengolahan data, uji data statistik dan implikasi penelitian. Bab 6 Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.