BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Jasa

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU R.I. NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLEMENTASI UU NO. 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMSOSTEK PADA PT. RIMBA MATOA LESTARI DI KABUPATEN JAYAPURA

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan

PELAKSANAAN PROGRAM JAMSOSTEK DITINJAU DARI PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA. DAHLIA Dosen Fakultas Hukum UNISRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c menetapkan Peraturan Pemerintah te

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. resiko.resiko terdapat dalam berbagai bidang, dan bisa digolongkan dalam dua

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KE LIMA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN KERJA, PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA

A. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasi sebagai those actions by public or private individuals (or groups) that are

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PROGRAM JAMSOSTEK, HAMBATAN DAN UPAYA MENGEJAR KEPESERTAAN GERRY SILABAN. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN TEORI. manajemen, outsourcing diberikan pengertian sebagai pendelegasian operasi dan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Ta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MMS CONSULTING Advocates & Counselors at Law

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN PEKERJA DALAM MENGANTISIPASI PEMOGOKAN KERJA DI PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya menghadapi ketidakpastian, baik itu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-23/MEN/V/2006

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga 1. Pekerja adalah setiap orang yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER. 12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pemba

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM KETENAGAKERJAAN TENAGA KERJA, JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PELAKSANAAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA DALAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) (Studi Kasus pada PT Batik Keris Sukoharjo)

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik I

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

BAB III TINJAUAN HUKUM TENTANG KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN PEKERJA. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 dalam passal 1 angka (2)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, JAMINAN SOSIAL, DAN BPJS KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENGAGA KERJA

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NO. 04 TH 1993

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA 1. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Jasa Konstruksi a. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dalam hidupnya, manusia menghadapi ketidakpastian, baik itu ketidakpastian yang sifatnya spekulasi maupun ketidakpastian murni yang menimbulkan selalu menimbulkan kerugian. Ketidakpastian inilah yang sering disebut dengan resiko. Resiko terdapat dalam berbagi bidang, dan biasa digolongkan dalam dua kelompok, yaitu resiko fundamental dan resiko khusus. Resiko fundamental ini sifatnya kolektif dan dirasakan oleh seluruh masyarakat, seperti risiko politis, ekonomi, sosial, hankam dan internasional. Sedangkan resiko khusus, sifatnya lebih individual karena dirasakan oleh perorangan, seperti risiko terhadap harta benda, terhadap diri sendiri, dan terhadap kegagalan usaha. Untuk menghadapi resiko ini tentunya diperlukan suatu instrument atau alat yang setidak tidaknya akan dapat mencegah atau mengurangi timbulnya resiko itu. Instrumen atau alat itu disebut dengan Jaminan sosial. 19 Bagi tenaga kerja apa yang dinamakan jaminan sosial sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja terlebih jika tenaga kerja tersebut hanya dengan mengandalkan kekuatan fisiknya saja seperti halnya tenaga h. 75. 19 Sofyan Efendi, 1999, Hukum Perburuhan di Indonesia. Cet. II, Asa Mandiri, Jakarta, 15

kerja yang bekerja pada sektor jasa konstruksi. 20 Kiranya dapat dibayangkan bagaimana keadaannya apabila tenaga kerja yang bekerja tanpa adanya jaminan atau kesejahteraan sama sekali, keadaannya mirip dengan kerja paksa atau kerja rodi yang pernah menimpa bangsa Indonesia. Menurut Keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No Kep-150/Men/1999 pasal 1 ayat (2), tenaga kerja harian lepas adalah Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan untuk melakukan pekerjaan tertentu yang berubah ubah dalam hal waktu maupun kontinuitas pekerjaan dengan menerima upah didasarkan atas kehadirannya secara harian. Sedangkan menurut Keputusan Mentri tenaga Kerja RI No. Kep- 150/Men/1999 didalam pasal 1 ayat (3), tenaga kerja borangan adalah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan untuk melakukan pekerjaan satuan hasil kerja yang diselesaikan secara langsung. Dewasa ini banyak terjadi kecelakaan yang menimpa tenaga kerja, sehingga banyak perusahaan yang mengikutsertakan tenaga kerjanya kedalam program Jaminan Sosial Tenga Kerja, untuk memperbaiki kinerja tenaga kerja dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu, yang penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. 20 Sendjun H. Manulang, 2001, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan. Cet. 3, Rineka cipta dan PT. Asdi Maha satya,, h. 130.

JAMSOSTEK dilandasi oleh filosofi kemadirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung pada orang lain dalam membiayai perawatan pada saat sakit, kehidupan di hari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasian orang lain. Menurut Imam Soepomo jaminan sosial adalah : Pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh diluar kesalahannya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian (Income Security) dalam kehilangan upahnya karena diluar kehendaknya. 21 Menurut Gunawi Kartasaputra, jaminan sosial adalah : Sistem perlindungan yang dimaksud untuk mengulangi resiko sosial yang secara langsung mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya penghasilan dari tenaga kerja atau buruh. 22 Pengertian jaminan sosial diatas yang secara sempit ini lebih dipertegas lagi oleh Helena Poerwanto yang mengatakan bahwa: Program jaminan sosial adalah program yang meliputi jaminan sakit, hamil, bersalin, hari tua/pensiun, kecelakaan/cacat dan meninggal dunia bagi tenaga kerja dan/atau keluarganya. 23 21 Imam Soepomo, 1999, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet. 12, (ed). Helena Poerwanto dan Sulianti Rachat, Djambatan, Bandung,, h 189. 22 Gunawi Katasapoetra, 1992, Hukum Perburuhan di Indonesia Berdasarkan Pancasila, Cet. 3, Sinar Grafika, Jakarta, h. 178. 23 Helena Perwanto dan Suliati, 2001, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja. Cet. 9, Djambatan, Jakarta,.h. 98.\

Sedangkan pengertian Jaminan Sosial dalam bahasa Inggris disebut dengan Social Security. Istilah ini untuk pertama kalinya dipakai secara resmi oleh Amerika Serikat dalam suatu undang-undang yang bernama The Social Security Act Of 1935. Kemudian dipakai secara rsemi oleh New Zealand Tahun 1938 sebelum secara resmi dipakai oleh ILO (International LabourOrganization). 24 Perlindungan ini diharapkan bisa membawa ketenangan kerja, sehingga tercipta ketentraman dan sekaligus dapat menghindarkan terjadinya perselisihan perburuhan. Disamping itu perlu pula diciptakan perlindungan tenaga kerja yang lebih mantap sehingga dapat terhindar dari masalah hubungan kerja, kecelakaan kerja serta dapat lebih ditingkatkannya kesejahteraan tenaga kerja. Seperti yang disebutkan dalam Undang Undang No. 3 tahun 1992 dalam pasal 3 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Sehingga jelas bahwa pada dasarnya setiap tenaga kerja berhak ikut serta dalam program jaminan social tenga kerja setelah bekerja pada suatu perusahaan, dan berkewajiban untuk membayar iuran sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku, atau membayar iuran untuk ditempatkan dalam suatu dana yang telah dipercayakan pengelolanya. Seorang tenaga kerja yang tidak tahu haknya maka besar kemungkinan kehilangan penghasilannya, tenaga kerja yang cacat fisiknya dikarenakan kecelakaan kerja akan kehilangan daya untuk meningkatkan penghasilan walaupun sebenarnya ia masih mampu bekerja. 24 Soesilo, 1997, Hukum Perburuhan, Cet 5, Politeia, Bogor, h. 78.

Demikian juga halnya bagi tenaga kerja yang sudah lanjut usia, pihak majikan akan bermaksud untuk memberhentikan atau mengurangi gajinya, keadaan yang seperti inilah yang sangat menghawatirkan tenaga kerja. 25 Dalam Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), yang dimaksud dengan jaminan sosial tenaga kerja adalah: Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang di alami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal Mengingat ketentuan penyelenggaraan program astek ini ketentuannya bersifat wajib, maka setiap badan usaha baik swasta maupun milik pemerintah harus ikut serta dalam program JAMSOSTEK. Namun karena pesertanya sangat banyak maka pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Berkaitan dengan jaminan sosial tenaga kerja, maka yang menjadi landasan yuridisnya adalah: 1. Undang-Undang Dasar 1945, dalam pasal 27 ayat (2) dinyatakan bahwa tiaptiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ini berarti bahwa setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan didalam melakukan pekerjaan mempunyai hak yang sama. Dan tenaga kerja juga mempunyai kebebasan untuk memilih pekerjaan, tempat kerja serta menentukan pada perusahaan mana ia akan bekerja. 25 Soejono Wiwoho, 1998, Hukum Perjanjian Kerja, Cet III, Penerbit Bina Aksara, Jakarta, h. 58.

2. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 3. Keputusan Presiden RI No.22 tahun 1992 tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja, di dalam pasal (2) disebutkan bahwa : Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir 4. Peraturan Mentri Tenaga Kerja RI No. 05 Tahun 1993, tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Dalam Peraturan Mentri Tenaga Kerja tersebut, dijelaskan tentang petunjuk teknis pendaftaran kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja kepada badan penyelenggara. 5. Keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No. Kep-105/Men/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Waktu Tertentu, serta Keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No. Kep-196/Men/ 1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi. Peraturan ini mengatur mengenai jaminan sosial yang diberikan bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian waktu tertentu pada sektor jasa konstruksi serta pelaksanaannya.

b. Pengertian Jasa Konstruksi Dewasa ini banyak kita temukan lapangan kerja bagi para pekerja, salah satunya adalah pekerjaan pada sektor jasa konstruksi yang sedang marak saat ini dikarenakan bangsa kita Indonesia masih dalam masa pembangunan pada berbagai sektor untuk memajukan kualitas kehidupan bangsa kita. Dalam hal ini jasa konstruksi merupakan lapangan kerja sangat banyak memerlukan tenaga kerja. Akan tetapi pekerjaan ini sangat tinggi resikonya dikarenakan mereka bekerja dilapangan dan dituntun untuk waspada akan sekitarnya, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi saat kita melakukan pekerjaan kita. 26 Pengertian jasa konstruksi menurut Djumialdji adalah Layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. 27 Jasa Konstruksi menurut Imam Soepomo adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. 28 26 Soekarno, 1997, Perkembangan Hukum Perburuhan, Alumni Bandung, h. 46 27 Djumialdji, 1997, Perjanjian Kerja, Cet. III, Bina Aksara, Jakarta, h. 88 28 Imam Soepomo, 1998, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja. Cet. 9, Djambatan, Jakarta, h. 65.

Sedangkan menurut Soebekti adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yg profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yg mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain. 29 Dalam pasal 1 ayat (5) Keputusan Mentri Tenaga Kerja RI no. Kep 196/Men/1999 yang dimaksud jasa kontruksi adalah: Keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya. 2. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas dan Borongan pada Sektor Jasa Konstruksi. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek mengatur jenis program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kematian dan jaminan pemeliharaan kesehatan. a. Jaminan Kecelakaan Kerja Jaminan kecelakaan kerja memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja pada saat mulai berangkat bekerja sampai tiba kembali di rumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. 29 Soebekti, 1991, Hukum Dagang Indonesia, Pradnya Paramitha, Jakarta,h. 97

b. Program Jaminan Hari Tua 1. Program jaminan hari tua diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua yang iurannya ditanggung pengusaha dan tenaga kerja. 2. Kemanfaatan jaminan hari tua sebesar iuran yang terkumpul ditambah hasil pengembangan. c. Program Jaminan Kematian Jaminan kematian dibayarkan kepada ahli waris tenaga kerja dari peserta yang meninggal dunia, bukan karena kecelakaan kerja, sebagai tambahan bagi jaminan hari tua yang jumlahnya belum optimal. Jaminan Kematian ini meliputi : 1. Biaya pemakaman 2. Santunan berupa uang Yang dimaksud dengan biaya pemakaman antara lain; pembelian tanah, peti mayat, kain kafan, transportasi dan lain-lain, yang bersangkutan dengan tata cara pemakaman sesuai dengan adat istiadat, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kondisi daerah masingmasing berupa tenaga kerja yang bersangkutan. Jaminan kematian ini dibayarkan sekaligus, urutan penerima yang diutamakan dalam pembayaran santunan kematian dan jaminan kematian, yaitu : 1. Janda atau duda 2. Anak 3. Orang tua 4. Kakek atau nenek

5. Saudara kandung 6. Mertua Bagi tenaga kerja yang tidak memiliki keluarga, hak atas jaminan kematian dibayarkan kepada pihak yang mendapat surat wasiat dari tenaga kerja yang bersangkutan atau ada perusahaan untuk mengurus pemakaman. d. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat dasar diberikan kepada tenaga kerja dan keluarga maksimum dengan 3 (tiga) orang anak. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan meliputi : 1. Rawat jalan tingkat pertama Semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan dilaksanakan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama. 2. Rawat inap tingkat lanjut Semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan merupakan rujukan lanjutan dari pelaksanaan-pelaksanaan kesehatan rawat jalan tingkat pertama. 3. Rawat inap Merupakan pemeliharaan kesehatan dimana penderita tinggal/mondok di rumah sakit sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain.

Pelaksana pelayanan kesehatan rawat inap: a. Rumah sakit pemerintah dan daerah b. Rumah sakit swasta yang ditunjuk 4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan. Pertolongan persalinan normal, tidak normal dan/atau gugur kandungan. 5. Penunjang diagnostik Semua pemeriksaan dalam rangka mengesahkan diagnosa yang dipandang perlu oleh pelaksana pengobatan lanjutan dan dilaksanakan di bagian diagnostik, rumah sakit atau di fasilitas khusus untuk itu, meliputi: kaca mata, prochese gigi, alat bantu dengar, prothese anggota gerak dan prothese mata. 6. Keadaan gawat darurat Suatu keadaan yang memerlukan pemeriksaan medis segera, yang apabila tidak dilaksanakan akan menyebabkan hal yang fatal bagi penderita. Besarnya iuran bagi kepesertaan tenaga kerja harian lepas, borongan dalam program jaminan sosial tenaga kerja ditetapkan sebagai berikut: 1. Jaminan kecelakaan kerja sebesar 1,74 % dari upah sebulan. 2. Jaminan kematian sebesar 0,30 % dari upah sebulan. 3. Jaminan hari tua sebesar 5,70 % dari upah sebulan dengan rincian sebesar 3,70% tanggungan penyedia jasa (pengusaha) dan sebesar 2 % tanggungan tenaga kerja.

4. Jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 6 % dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga dan 3 % dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga, dengan ketentuan upah sebulan setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). 3. Maksud dan Tujuan Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja Untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan maka diwujudkan dalam perlindungan terhadap resiko-resiko sosial yang mengakibatkan berkurangnya penghasilan seperti kecelakaan kerja, sakit hari tua dan meninggal dunia. Penanggulangan terhadap resiko-resiko tersebut dapat dilakukan secara individual, tetapi karena pada umumnya tenaga kerja berpenghasilan rendah, sehingga sulit untuk mengatur kebutuhan keuangannya. Disamping itu masih banyak pengusaha yang belum menyadari pentingnya kesejahteraan tenaga kerjanya, maka cara paling tepat adalah melalui program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang bersifat wajib dan dilakukan secara nasional. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja merupakan jaminan yang bersifat sosial dan mempunyai manfaat yang begitu besar bagi setiap tenaga kerja guna menunjang kelangsungan hidup keluarganya, dimana peningkatan kesejahteraan tersebut ditujukan kepada kesejahteraan kini dan hari tua, yaitu pada saat mereka tidak mampu lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan yang disebabkan karena usia lanjut, atau cacat tubuh akibat

kecelakaan dalam hubungan kerja. Jadi jelaslah bahwa tujuan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sebagai berikut : 1. Untuk memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja dan keluarganya terhadap resiko hilangnya atau berkurangnya penghasilan sebagai akibat dari kecelakaan kerja seperti cacad atau usia tua dan kematian untuk jaminan kelangsungan hidupnya beserta keluarganya. 2. Untuk meningkatkan adanya rasa aman akan jaminan perawatan dan santunan apabila terjadi suatu resiko sosial yang merupakan suatu faktor penting dalam mendorong para tenaga kerja untuk bekerja lebih produktif. 3. Untuk memberikan bekal uang bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja karena usia lanjut (telah mencapai usia 55 tahun), meninggal dunia atau cacat tetap. 4. Untuk memberikan kepastian hukum bagi tenaga kerja yang mengalami resiko sosial, sehingga adanya kepastian siapa yang mengganti kerugian apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja. 5. Mendidik tenaga kerja agar mereka sejak dini telah mempersiapkan hari tua mereka. 6. Untuk mengumpulkan dana sebagai penunjang kehidupan tenaga kerja. Dengan melihat tujuan dari jaminan sosial tersebut, maka hendaknya pengusaha mentaati ketentuan-ketentuan yang mewajibkan pemberian tunjangan bagi tenaga kerja yang mengalami musibah atau menanggung tenaga kerjanya dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sesuai dengan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.