1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Status adalah simbol dari kesuksesan hidup, status pada dasarnya mengarah pada posisi yang dimiliki seseorang di dalam sejumlah kelompok atau organisasi dan prestise melekat pada posisi tersebut. Di dalam kehidupan masyarakat secara umum, seseorang yang memiliki suatu pekerjaan, memiliki status yang baik (dokter, pengacara, pengusaha) dan yang lainnya memiliki status yang lebih kecil (pedagang kaki lima, buruh harian, pemulung sampah). Status merupakan kekuatan yang besar di dalam masyarakat yang digunakan untuk mengendalikan orang dengan cara yang halus. Selain itu status merupakan simbol stratifikasi sosial dalam bermasyarakat. Selain hal-hal tersebut di atas, penguasaan dan penggunaan kosakata juga dapat menunjukkan status sosial seseorang atau sekelompok orang. Orang yang memiliki status tertentu kerap kali juga dihubungkan dengan gaya hidup. Gaya hidup merupakan sebuah penggambaran keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002: 22). Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Namun, gaya hidup tidak cepat berubah, sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relatif permanen. Bahasa berkaitan dengan tingkatan sosial di dalam masyarakat. Adanya tingkatan sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari dua segi: pertama, dari segi kebangsawanan, dan kedua, dari kedudukan sosial yang ditandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian (gaya hidup) yang dimiliki (Abdul Chaer, 2004:39). 1
2 Chaer (2007: 6-7) menjelaskan bahwa kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Ramli, (2011: 6) mengemukakan bahwa kosakata dapat dipakai sebagai ukuran kepandaian seseorang. Semakin banyak kosakata yang dimiliki oleh seseorang maka semakin luas pula pengetahuan orang tersebut. Banyaknya kata tidak dapat disebutkan jumlahnya dengan pasti, karena kata-kata itu merupakan bagian dari sistem bahasa yang rentan terhadap perubahan dan perkembangan sosial budaya masyarakat, sehingga jumlahnya sewaktu-waktu dapat bertambah maupun berkurang. Hal ini sejalan dengan pendapat Engel, (1994: 118) yaitu seseorang yang memiliki stratifikasi sosial tinggi biasanya memiliki komunikasi yang baik, misalnya dengan menggunakan gaya bahasa yang teratur dan intelek. Dalam kehidupan masyarakat akan selalu ada kelompok-kelompok sosial dengan status yang berbeda, ada kelompok yang dianggap berstatus tinggi dan berstatus rendah. Salah satu kelompok masyarakat yang dianggap rendah adalah yang terdapat dalam wacana acara Orang Pinggiran Episode 13 dan 20 Maret di Trans7, peneliti melihat bahwa orang pinggiran yang ditayangkan di Trans7 memiliki ciri-ciri tertentu, khususnya dari segi bahasanya. Terdapat kosakata dan makna kata tertentu yang menjadi ciri khas gaya hidup mereka sebagai orang pinggiran. Kosakata dan makna yang termasuk dalam gaya hidup pada wacana Orang Pinggiran episode Persembahan Hidup untuk Biyung dan Rindu di Ujung Senja yang tayang pada 13 dan 20 Maret di Trans7 sangat menarik bagi penulis. Oleh karena itu penulis meneliti kosakata dan makna sebagai ungkapan gaya hidup pada wacana Orang Pinggiran di Trans7. Sebenarnya ada beberapa kosakata dan makna yang dapat diteliti selain pada wacana Orang Pinggiran di Trans7 seperti pada acara-acara lain yang ditayangkan di televisi, namun penulis memilih mengambil dari acara Orang
3 Pinggiran di Trans7 dengan beberapa alasan. Pertama, acara Orang Pinggiran di Trans7 sudah lama tayang sejak 13 Desember 2010, sudah mengambil sumber data di seluruh wilayah Indonesia. Kedua, orang pinggiran yang disorot dalam wacana Orang Pinggiran episode Persembahan Hidup Untuk Biyung dan Rindu di Ujung Senja yang tayang pada 13 dan 20 Maret 2014 di Trans7 menggunakan kosakata dan makna yang berhubungan dengan gaya hidup mereka. Ketiga, orang yang disorot dalam acara Orang Pinggiran di Trans7 banyak yang berpendidikan rendah sehingga dalam berbahasa Indonesianya kurang lancar. Bahasa yang mereka gunakan terdiri dari sejumlah kosakata dan makna kata. Kosakata tersebut dapat digolongkan berdasarkan aspek-aspek tertentu. Misalnya, kosakata umum dan khusus penggolonganya berdasarkan ruang lingkup maknanya. Kosakata baku dan nonbaku digolongkan berdasarkan situasi pemakaian (resmi atau tidak resmi). Kosakata dapat digolongkan berdasarkan jenis makna, seperti makna denotatif dan konotatif. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian mengenai kosakata dan makna sebagai ungkapan gaya hidup perlu untuk dilakukan. Oleh karena itu, peneliti menjadikan Kajian Kosakata dan Makna sebagai Ungkapan Gaya Hidup dalam Wacana Orang Pinggiran Episode Maret 2014 di Trans7, sebagai judul penelitian. Penulis mengkaji deskripsi jenis kosakata (umum-khusus, baku-nonbaku, dan asli-serapan) dan makna (denotatif - konotatif) sebagai ungkapan gaya hidup yang terdapat dalam wacana Orang Pinggiran di Trans7. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kosakata dan wahana memperkaya kajian jenis kosakata dan makna.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Jenis kosakata apa sajakah yang menjadi ungkapan gaya hidup dalam wacana Orang Pinggiran episode Maret 2014 di Trans7? 2. Jenis makna denotatif dan konotatif yang terdapat dalam ungkapan gaya hidup wacana Orang Pinggiran episode Maret 2014 di Trans7? C. Tujuan Penelitian Penelitian mengenai kosakata sebagai ungkapan gaya hidup pada wacana Orang Pinggiran episode Maret 2014 di Trans7 memiliki tujuan sebagai berikut : 1. mendeskripsikan jenis kosakata sebagai ungkapan gaya hidup yang terdapat dalam wacana Orang Pinggiran episode Persembahan Hidup untuk Biyung 13 Maret 2014 dan Rindu di Ujung Senja 20 Maret 2014 di Trans7. 2. mendeskripsikan jenis makna konotatif dan denotatif sebagai ungkapan gaya hidup yang terdapat dalam wacana Orang Pinggiran episode Persembahan Hidup untuk Biyung 13 Maret 2014 dan Rindu di Ujung Senja 20 Maret 2014 di Trans7. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan praktis yang akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Secara Teoretis Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan bagi kajian linguistik,
5 khususnya bidang semantik. 2. Secara Praktis a. Bagi mahasiswa Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan tambahan dalam menganalisis jenis kosakata dan jenis makna. b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan pembaca tentang menganalisis jenis kosakata dan jenis makna pada wacana.